saya pikir dampak ke Indonesia tidak seberat dampak kepada negara maju,
Jakarta (ANTARA) - Danareksa Investment Management (DIM) meyakini relaksasi dan stimulus pemerintah akan menahan imbas yang lebih dalam akibat penurunan harga minyak dunia kepada perekonomian nasional karena sebagian besar pertumbuhan ekonomi RI ditopang konsumsi domestik.

"Selama di Indonesia tidak panik, daya beli dijaga, relaksasi dari pemerintah terhadap korporasi dan kebijakan omnibus law, saya pikir dampak ke Indonesia tidak seberat dampak kepada negara maju," kata Direktur Utama DIM Marsangap P Tamba di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Minyak anjlok 25 persen, terpukul perang harga minyak Saudi-Rusia

Menurut dia, kebijakan stimulus dan relaksasi yang diambil pemerintah diyakini juga sekaligus menahan dampak merebaknya wabah Virus Corona jenis baru atau COVID-19 terhadap perekonomian RI.

Dengan keyakinan itu, perusahaan manajer investasi itu optimistis secara valuasi Indonesia akan lebih baik dan diperkirakan pada semester kedua tahun ini perekonomian RI akan naik kembali.

"Di zaman sekarang otoritas cenderung antisipatif. Dari pesan-pesan pemerintah juga mereka selalu mencoba di depan kalau dalam kondisi diangap tidak normal, mereka bersedia merelaksasi baik kebijakan fiskal dan moneter," ucapnya.

Meski begitu, ia mengakui penurunan harga minyak dunia membuat pelaku pasar saat ini melakukan aksi wait and see setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat anjlok sekitar 6 persen pada Senin (9/3).

Baca juga: Pertamina diminta turunkan harga BBM ikuti harga minyak dunia

"Kalau investasi di equity itu pasti kami bicara growth, jika growth ekonomi dianggap akan turun signifikan maka pertumbuhan laba perusahaan turun dan akibatnya valuasi itu harus mencerminkan, harga saham yang tercerminkan," imbuhnya.

Sementara itu, setelah sempat anjlok, IHSG BEI pada Selasa dibuka menguat 12,68 poin atau 0,25 persen ke posisi 5.149,49.

Baca juga: Luhut: anjloknya harga minyak dunia harus dicermati

Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 3,17 poin atau 0,39 persen menjadi 816,92.

Menguatnya IHSG seiring sinyal positif dari pasar saham AS.

Sinyalemen tersebut setidaknya diperkirakan menjadi katalis positif bagi pasar termasuk saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan indeks acuan IHSG bisa terbawa sentimen dari pasar AS tersebut.

Baca juga: Sri Mulyani pantau dampak penurunan harga minyak dunia terhadap APBN

 

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020