Sekarang banyak kawasan perairan yang overfishing (penangkapan berlebih) dibandingkan yang underfishing
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengharapkan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan dalam rangka mengoptimalkan produktivitas perikanan dari tiga jenis komoditas unggulan yaitu rajungan, kerapu, dan kakap.

Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan KKP, Trian Yunanda saat membuka pertemuan pemangku kepentingan terkait pengelolaan perikanan berbasis Wilayah Pengelola Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) di Jakarta, Selasa, menyatakan KKP menyusun "Harvest Strategy" rajungan, kakap, dan kerapu.

Trian memaparkan tahapan penyusunan tersebut adalah penyusunan awal dengan tim teknis, penyusunan road map atau peta jalan, pengumpulan serta konsolidasi data dan informasi, hingga menyepakati dokumen.

"Diharapkan semua stakeholders (pemangku kepentingan) berkomitmen melakukan perannya," katanya.

Ia juga mengutarakan harapannya agar acara ini dapat menguatkan komunikasi antarpemangku kepentingan dalam rangka pengelolaan perikanan rajungan, kakap, dan kerapu.

Sementara itu, Penasihat Bidang Daya Saing SDM, Teknologi dan Riset KKP Rokhmin Dahuri menyatakan bahwa tiga komoditas tersebut merupakan bagian dari sepuluh teratas dari ekspor sektor kelautan dan perikanan nasional.

Rokhmin Dahuri mengemukakan penangkapan rajungan, kakap, dan kerapu tidak boleh melebihi potensi lestarinya.

"Sekarang banyak kawasan perairan yang overfishing (penangkapan berlebih) dibandingkan yang underfishing," ucapnya.

Baca juga: KKP jadikan Meranti sebagai pusat budi daya kakap putih nasional

Menurut dia, perlu dikaji lagi kondisi kawasan perairan karena ada indikasi daerah yang daya tangkapnya meningkat tetapi statusnya dinilai sebagai area penangkapan berlebih.

Sedangkan Dirjen Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar menyatakan bahwa "Harvest Strategy" penting agar pengelolaan komoditas rajungan, kakap dan kerapu benar-benar dilakukan secara berkelanjutan.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Pemerintah Provinsi Riau juga telah sepakat menjadikan Kabupaten Meranti sebagai kawasan pengembangan budidaya kakap putih nasional.

"Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam nota kesepakatan bersama antara Ditjen Perikanan Budidaya, Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Daerah Kabupaten Meranti," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto.

Baca juga: KKP bakal bangun sentra budi daya berbasis komoditas unggulan

Slamet memaparkan, pemilihan Meranti sebagai sentra kawasan budidaya kakap putih nasional, selain karena memiliki potensi pengembangan yang besar akan komoditas tersebut, juga karena komitmen Pemda yang tinggi pada upaya percepatan pembangunan perikanan di daerahnya.

Ia menuturkan, pihaknya telah menangkap komitmen dan harapan daerah tentang bagaimana mendorong budidaya laut di Kabupaten Meranti mengingat potensinya yang sangat besar, sehingga dibuat kesepakatan bersama dengan memilih komoditas kakap putih sebagai unggulan.

Slamet menambahkan, secara nasional potensi indikatif budidaya laut mencapai 12,1 juta hektar dengan potensi nilai ekonomi diprediksi hingga 150 miliar dolar AS per tahun, jika seluruhnya mampu dimanfaatkan optimal (di luar rumput laut).

Namun demikian, lanjutnya, saat ini pemanfaatan potensi budidaya laut masih kurang dari 10 persen. Slamet menegaskan bahwa ini yang akan menjadi pekerjaan rumah yang besar dalam lima tahun mendatang yakni bagaimana mengoptimalkan potensi yang ada menjadi sumber ekonomi.

Baca juga: KKP sebut perikanan budi daya tingkatkan mutu dan nilai ekonomi

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020