ribuan sensor bekerja untuk memindai situasi
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengkaji ekosistem kendaraan autonomous yang dikembangkan guna menunjang konsep kota cerdas atau smart city untuk Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur.

Kepala BPPT Hammam Riza dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu, mengatakan indikator kota cerdas adalah smart mobility, smart people dan smart building yang tentu akan berdampak pada model transportasi yang digunakan.

Sesuai dengan permintaan Presiden Joko Widodo pada berbagai kesempatan agar sistem transportasi di ibu kota baru sudah menganut autonomous vehicle atau kendaraan otonom tanpa pengemudi, maka untuk dapat merealisasikan itu di suatu wilayah tentu membutuhkan ekosistem penunjang.

Baca juga: Pemerintah akan hadirkan kendaraan tanpa awak di ibu kota baru
Baca juga: China uji coba bus nirawak 5G


BPPT, ujar dia, telah menyiapkan konsep ekosistem penunjang bernama Driverless Ecosystem yang terus dikaji terap oleh para perekayasa atau engineer di BPPT. Ada beberapa hal yang harus dibangun untuk percobaan ekosistem serta untuk hilirisasi ekosistem kendaraan otonom.

Ekosistem kendaraan otonom ia mengatakan harus dibangun secara bertahap diantaranya dengan level automation.

"Ada lima level, mulai dari parsial, no automation at all, sampai full automatisasi dengan infrastruktur yang memadai,” kata Hammam.
 
Kendaraan otonom unutk olipiade 2020 (Antara News/Toyota)


Staf Khusus Menteri Perencanaan Pembangunan Chairul Abdini yang menuturkan bahwa tantangan autonom ini banyak dan rumit dibanding pesawat terbang, karena mobil ini bergerak di jalan dan menghadapi banyak hal hal yang tidak terduga.

“Kendaraan autonomous ini perlu memahami perilaku kendaraan, dan respon terhadap situasi di jalan. Karena ketika kendaraan berapa miles berjalan, maka ribuan sensor bekerja untuk memindai situasi,” katanya.

Baca juga: DK PBB setujui penggunaan UAV di Kongo
Baca juga: Bus tanpa supir diuji coba di Paris

Senada dengan Hammam, Dedi Cahyadi dari Puslitbang Kementerian Perhubungan mengatakan jika bicara mengenai penerapan kendaraan autonomous, maka harus menyiapkan ekosistem dan infrastrukturnya serta kendaraannya.

Autonomous, menurut dia, kendaraan pintar yang menggunakan robot, meski begitu tetap menggunakan manusia dan bisa menggunakan kecerdasan buatan dalam rutenya. Saat ini autonomous baru dikembangkan di China dan Korea.

Dedi mengatakan ada prinsip-prinsip yang menjadi tantangan dalam pengembangannya. Regulasi juga menjadi pertimbangan untuk menyesuaikan dengan teknologi baru.

“Kemudian juga harus user friendly dan scalability, infrastruktur support. Dan sistem yang dikembangkan harus dapat diandalkan. Jadi walau ada kegagalan sinyal, rem, kendaraan. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah training dan edukasinya,” ujar dia.

Baca juga: Angkutan umum akan jadi tulang punggung transportasi ibu kota baru
Baca juga: Menanti kapal tanpa awak UI berlaga di Amerika Serikat
 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020