kemampuan siswa akan matematika masih heterogen
Jakarta (ANTARA) - Kemampuan matematika siswa di Tanah Air masih heterogen dan belum memuaskan, kata Kepala Seksi Pembelajaran Subdit Kurikulum Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
 
"Memang kita akui kemampuan siswa akan matematika masih heterogen. Kemampuan mereka tidak sama satu sama lain," ujar Setiawan dalam konferensi pers Kejuaraan Matematika Shinkenjuku di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan belum meratanya kemampuan siswa tersebut juga berkaitan dengan kondisi sekolah yang ada di Tanah Air. Hal itu dikarenakan kualitas sekolah yang ada belum merata.

Untuk itu, dia mengajak pihak swasta untuk ikut berperan dalam meningkatkan minat siswa untuk menyukai matematika.

Dengan keterlibatan pihak swasta, lanjut dia, secara tidak langsung membantu Kemendikbud dalam melakukan pembinaan peserta didik.

Baca juga: Kemendikbud terapkan HOTS dongkrak kemampuan matematika Indonesia

"Kami harapkan apa yang sudah diinisiasi bisa semakin meluas. Kita perlu mengetahui lebih detail dan rinci, dalam rangka membina peserta didik dalam mempelajari matematika," terang dia.

Setiawan juga menambahkan sejumlah upaya telah dilakukan pihak Kemendikbud untuk meningkatkan minat siswa dan juga kemampuan berpikirnya. Sejak 2018, untuk jenjang SD sudah dimasukkan soal-soal yang berbasis daya nalar tinggi.

Dalam pembelajaran juga dilakukan perubahan, yakni ditambah dengan materi penguatan pembelajaran yang di dalamnya terdapat materi daya nalar tingkat tinggi.

"Kami berharap dengan upaya yang dilakukan. maka minat dan kompetensi anak-anak akan pelajaran matematika itu dapat terus meningkat," harap Setiawan.

Shinkenjuku mengadakan gelaran “The 3rd Shinkenjuku Math Championship” dengan mengusung soal-soal kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Presiden Direktur PT Benesse Indonesia sebagai penyelenggara kompetisi, Keiko Toyoizumi, mengatakan kompetisi itu dilangsungkan pada tanggal 18 dan 26 Januari 2020.

"Ajang itu dipersiapkan sebagai salah satu sarana mengasah dan mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi anak-anak," kata Toyoizumi.

Baca juga: Kemampuan literasi rendah sebabkan anak sulit pahami soal matematika

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020