Jakarta (ANTARA) - Peneliti bidang material keramik Batan Prof. Dani Gustaman Syarif menyebutkan nanofluida dapat digunakan untuk mengganti fluida konvensional sebagai pendingin reaktor nuklir, hal itu sangat berpotensi meningkatkan keselamatan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir).

"Teknologi keselamatan reaktor nuklir terus dikembangkan. Nanofluida, dengan adanya nanopartikel di dalamnya akan memiliki karakteristik termal yang lebih baik daripada fluida dasarnya," kata Prof. Dani saat orasi pengukuhan professor riset Batan di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan nanofluida mempunyai kemampuan memindahkan panas dengan baik karena memiliki konduktivitas termal yang lebih besar dan dapat mendinginkan material khususnya logam dengan cepat karena memiliki CHF (critical heat flux).

Baca juga: Menristek: Indonesia punya kemampuan untuk mengelola nuklir

"Di bidang nuklir penerapan nanofluida sangat menjanjikan karena ada kemungkinan dapat diterapkan sebagai pendingin primer, pendingin sekunder, pendingin ECCS (Emergency Core Cooling System) dan RVCS (Reactor Vesel Cooling System)," kata dia.

Dalam penelitiannya dia menemukan bahwa nanofluida dengan bahan dasar nanopartikel dari bahan keramik dapat menghasilkan nanofluida yang stabil. Kestabilan nanofluida sangat dipengaruhi oleh karakteristik nanokeramik hasil sintetis.

Nanokeramik untuk nanofluida pemindah panas dapat diproduksi dari bahan lokal yang berlimpah sehingga produksi dan pengembangannya sangat mungkin dilakukan di dalam negeri.

Baca juga: Batan: PLTN tidak beroperasi otomatis ketika terjadi gempa

"Nanofluida berpotensi diproduksi di Indonesia dari bahan lokal terutama mineral seperti bauksiy, zikron, yarosit, pasit besi, dolomit dan monasit, usaha produksi di dalam negeri ini merupakan usaha peningkatan nilai tambah bahan lokal," kata dia.

Sejak 2011, Batan telah melakukan penelitian nanofluida dari keramik antara lain dengan alumunium oksida, zirkonium, magnetit dan ferioksida dari bahan-bahan lokal.

Hasilnya dia berhasil membuat nanofluida dari magnetit dengan kestabilan tinggi dari yarosit lokal dengan metode sederhana yang mudah diperbesar untuk produksi massal.

Di samping itu, dia juga berhasil membuat nanofluida zirkonium dan alumunium oksida dengan kestabilan yang tinggi dari bahan pasir zikron dan bauksit lokal.

Baca juga: Menristek ingin Batan dan Bapeten bumikan nuklir di Indonesia
Baca juga: PLTN bisa jadi solusi peningkatkan elektrifikasi Kalimantan Barat
Baca juga: Menristek: PLTN tetap disiapkan untuk antisipasi kebutuhan listrik

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019