Jakarta (ANTARA) - Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi mengatakan telah menyelesaikan masalah kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya, melalui inovasi teknologi yang dinamakan Dashboard Lancang Kuning.

"Urusan kebakaran, saya untuk mengendalikan operasi pemadaman kebakaran, selesai. Sekarang tinggal kami implementasikan teknologi ini, tinggal kami cek, arahkan tugas dengan benar terus menerus," kata Agung melalui siaran pers, Jumat.

Baca juga: Heli pemadam Karhutla di Sumsel sudah tumpahkan 42 juta liter air

Baca juga: Maksimalkan pemadaman, Kapolda Kalsel tinjau titik api Karhutla

Baca juga: Wakapolri: Penanganan Karhutla tidak hanya melakukan pemadaman


Agung menjelaskan, Dashboard Lancang Kuning memanfaatkan empat satelit yang ada yaitu Satelit Tera, Nora, Lapa dan Aqua.

Satelit yang selama ini hanya digunakan untuk memantau lokasi titik api, saat ini bisa untuk mempermudah mengarahkan jajaran Polda Riau dalam memadamkan api di lapangan.

Agung mencontohkan, terdapat 19 titik api di wilayah Riau berdasarkan pantauan citra satelit, per Kamis (17/10). Rinciannya satu titik api dengan kualifikasi 10-30 persen berwarna kuning, 12 titik api kualifikasi 30-70 persen dan enam titik api dengan kualifikasi 70-100 persen.

"Dari hasil pantauan ini, saya perintahkan kapolres-kapolres melakukan penanganan, yang merah kami prioritaskan," kata Agung.

Langkah-langkah penanganan yang dilakukan oleh anggotanya juga dilaporkan kembali.

"Apa yang dia (anggota) lakukan di lapangan, setelah kami kasih tahu titiknya ada di sini, mengirimkan laporan kembali bersama foto kegiatan. Dari satelit ini bisa kami ketahui posisi dia waktu laporan, apakah betul-betul di lapangan atau tidak," katanya.

Dia mengatakan teknologi Dashboard Lancang Kuning ini masih dalam tahap pengembangan. Ke depan, inovasi teknologi ini bisa mengetahui lokasi kanal, embung atau sungai yang terdekat dari titik api sehingga bisa mempercepat dalam upaya memadamkan api.

"Dengan begitu masalah karhutla ke depan bisa dicegah," katanya.

Ia menerangkan teknologi ini dinamakan Lancang Kuning yang berarti perahu layar.

"Itulah filosofi kapal layar yang artinya jika kami (fokus) pada satu titik dengan semangat yang sama, walaupun malam hari, ada badai, kami akan tetap sampai tujuan. Karena kebakaran ini bukan sejak provinsi ini ada, ini kan baru beberapa tahun belakangan ini. Pak Gubernur minta kita bisa berwisata melihat langit biru. Itu harus dengan usaha keras supaya kita bisa melihat langit biru di Riau," kata mantan Deputi Siber Badan Intelijen Negara (BIN) itu.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019