Ramallah, Palestina (ANTARA) - Tahanan Palestina di penjara Israel, Ismail Ali --yang telah mogok makan selama 82 hari untuk memprotes penahanan administratif tidak sah terhadap dia, berada dalam kondisi kritis.

Ali telah sampai pada tahap sangat kritis dan menderita kemerosotan fungsi jantung, kehilangan berat badan, ketidakmampuan gerak anggota tubuh, dan sakit perut serta sakit kepala parah, kata Komisi Urusan Tahanan di Pemerintah Otonomi Nasional Palestinam sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Palestina, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin.

Pekan lalu, Ali dipindahkan ke rumah sakit, setelah kondisi kesehatannya memburuk, dan belakangan dipindahkan ke tempat penahanan terisolasi di penjara Ramla.

Ali ditangkap pada 12 Januari 2019 dan ditempatkan pusat penahanan administratif, tanpa dakwaan atau pemeriksaan pengadilan.

Baca juga: Tahanan Palestina di penjara Israel umumkan mogok makan

Kebijakan Israel yang dikutuk banyak kalangan mengenai penahanan administratif membuat orang Palestina ditahan tanpa tuntutan atau pemeriksaan pengadilan selama tiga sampai enam bulan, yang bisa diperpanjang, berdasarkan bukti yang tidak diungkapkan yang bahkan pengacara tahanan dilarang bertemu.

"Penggunaan penahanan administratif oleh Israel adalah secara nyata melanggar hukum internasional. Israel melakukannya dengan cara yang sangat rahasia dan tak memberi tahanan kemungkinan untuk melakukan pembelaan diri yang layak," kata kelompok hak asasi manusia Israel, T'Tselem.

Sumber: WAFA

Baca juga: Dinas Penjara Israel pindahkan tahanan Palestina yang mogok makan
Baca juga: Pejabat: Kejahatan terhadap tahanan Palestina membahayakan

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019