Jakarta (ANTARA) - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Komite Mahasiswa Nusantara untuk Demokrasi (KMND) melakukan aksi long march dari Tugu Proklamasi menuju Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Senin, untuk mengajak penyampaian kritik dengan cara konstitusional.

"Memang situasi hari ini sedang ada beberapa keadaan yang mungkin itu aksi unjuk rasa menyampaikan beberapa poin dari rancangan UU yang bermasalah. Namun di sini kami menekankan ketika UU dibentuk dengan konstitusi maka kita harus mengkritik dengan cara konstitusional," kata Jubir KMND Abraham di lokasi long march, Jakarta, Senin.

Baca juga: Wiranto: Demo boleh, tetapi jangan anarkis

Baca juga: Demonstrasi DPR, massa menyerang mobil polisi

Baca juga: ORI minta Polri bercermin dari penanganan unjuk rasa di Hongkong

Baca juga: Demonstrasi DPR, orasi massa aksi masih berlanjut


Di lapangan, sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas berjalan kaki mengikuti arahan mobil komando dengan kawalan polisi.

Massa berjalan rapi membawa bendera Merah Putih serta sejumlah spanduk dan poster. Meski arus lalu lintas Jalan Penataran sempat tersendat, demonstrasi tersebut berjalan kondusif.

Selain itu, Abraham yang berposisi sebagai Humas KMND tersebut, menambahkan bahwa aksi tersebut juga sebagai bentuk simpati pihaknya yang berduka cita atas tewasnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kendari, Sulawesi Tenggara yang berakhir ricuh.

Dua mahasiswa malang itu bernama Yusuf Kardawi (19) dan Randi (21) yang meninggal dunia akibat tertembak peluru tajam masing-masing di bagian kepala dan dada

"Mahasiswa berduka atas jatuhnya korban di Sultra. Mahasiswa meminta kepolisan mengusut siapa pelakunya," katanya.

Ia juga mengapresiasi langkah dari DPR dan pemerintah yang akhirnya memutuskan untuk menunda pengesahan RUU KUHP. Di mana dalam undang-undang itu dinilai ada beberapa pasal yang kontroversial.

"Mahasiswa mengapresiasi pemerintah sudah menunda RKUHP," katanya.

Abraham mengatakan pihaknya menolak gerakan yang ingin menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada 20 Oktober mendatang. Sebab itu merupakan hasil Pemilu yang sah secara konstitusi.

"Mahasiswa menolak gerakan murni ini ditunggangi oleh oknum atau kelompok yang mencoba menggagalkan pelantikan presiden 20 Oktober yang telah terpilih secara sah dan konstitusional," ujarnya menambahkan.

Adapun aksi tersebut dimulai dari Tugu Proklamasi menuju Bundaran HI melalui Jalan Penataran-Jalan Imam Bonjol- Bundaran HI.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019