New York (ANTARA) - Minyak berjangka naik di atas dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didukung oleh penurunan pengangguran AS dan pengurangan persediaan minyak mentah, tetapi kebangkitan infeksi Virus Corona AS memicu kekhawatiran bahwa kegiatan ekonomi akan melemah dalam beberapa minggu mendatang.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 83 sen atau 2,1 persen menjadi menetap di 40,65 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 1,11 dolar AS atau 2,6 persen menjadi ditutup pada 43,14 dolar AS per barel.
Kontrak berjangka WTI dan Brent pada Kamis (2/7/2020) menandai penyelesaian tertinggi sejak 6 Maret, menurut Dow Jones Market Data. Tidak akan ada perdagangan reguler untuk minyak berjangka AS pada Jumat (3/7/2020) karena liburan Hari Kemerdekaan.
Kasus baru COVID-19 di Amerika Serikat naik hampir 50.000 pada Rabu (1/7/2020), kenaikan satu hari terbesar sejak dimulainya pandemi.
Banyak negara bagian menyarankan warga untuk membatasi pergerakan dan menutup bisnis dan restoran lagi, yang diperkirakan akan menghambat pertumbuhan lapangan pekerjaan.
"Pada saat ini data ekonomi tampaknya melampaui infeksi COVID-19 dan tampaknya pertumbuhan terjadi meskipun ada peningkatan dalam kasus-kasus ini," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago.
Data penggajian non-pertanian AS meningkat sebesar 4,8 juta pada Juni, mengalahkan ekspektasi, bahkan ketika kehilangan pekerjaan permanen meningkat. Para pedagang mengatakan data itu dapat mengurangi keinginan di Washington untuk lebih banyak dukungan pemerintah federal bagi ekonomi.
"Laporan pekerjaan itu bagus, tetapi sisi kurang baiknya adalah bahwa itu sangat bagus sehingga dapat menghambat program stimulus," kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger.
Perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi ke rekor terendah selama sembilan minggu berturut-turut, menurut Baker Hughes Co.
Persediaan minyak mentah AS juga turun 7,2 juta barel dari rekor tertinggi pekan lalu, lebih besar dari yang diperkirakan, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan.
Namun persediaan bensin lebih tinggi dan lonjakan kasus di negara bagian Sun Belt AS yang berpenduduk padat, di antara konsumen bensin terbesar negara itu, dapat menekan permintaan bahan bakar menjelang liburan akhir pekan 4 Juli, sering kali merupakan periode yang sibuk untuk bepergian.
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib