New York (ANTARA) - Dolar sedikit menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja AS secara tak terduga membaik pada Mei, tetapi mata uang mengakhiri minggu ini lebih rendah, untuk minggu ketiga berturut-turut, karena ketidakpastian ekonomi AS membatasi kenaikan.
Laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan tingkat pengangguran turun menjadi 13,3 persen bulan lalu dari 14,7 persen pada April, merupakan yang tertinggi pasca Perang Dunia Kedua. Angka itu datang setelah survei menunjukkan kepercayaan konsumen, manufaktur dan industri jasa stabil.
Kondisi ekonomi telah meningkat secara signifikan karena bisnis mulai dibuka kembali setelah ditutup pada pertengahan Maret untuk memperlambat penyebaran COVID-19.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,18 persen menjadi 96,93 pada akhir Jumat (5/6/2020). Indeks jatuh 1,4 persen dari penutupan Jumat lalu (29/5/2020).
Dolar menguat 0,38 persen terhadap euro, di 1,129 dolar. Terhadap safe-haven yen Jepang, dolar menguat 0,44 persen menjadi 109,61 yen.
"Hari ini Anda telah melihat data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan keluar dari AS dalam hal angka pekerjaan," kata Manajer Portofolio Manulife Asset Management, Chuck Tomes.
"Reaksi di balik itu adalah ekspektasi pertumbuhan yang lebih baik yang keluar dari AS serta kurva imbal hasil yang semakin menanjak, yang keduanya telah memberikan dorongan pada dolar."
Namun demikian, kata Tomes, ketidakpastian tentang prospek ekonomi dan kemungkinan gelombang kedua infeksi telah membatasi keuntungan greenback.
Beberapa analis mengatakan kenaikan pekerjaan pada Mei mungkin tidak akan terulang lagi.
"Meskipun ini tidak diragukan lagi merupakan laporan ketenagakerjaan yang bagus, banyak kabar baik sudah diperhitungkan. Perkiraan masa depan dan harapan pada rebound ekonomi kemungkinan menjadi lebih tinggi," kata Wakil Ketua Ahli Strategi Investasi John Hancock Investment Management, Matt Miskin.
Penguatan dolar kurang terlihat terhadap euro dan dalam indeks dolar yang sangat membebani euro, setelah mata uang tunggal melonjak ditopang pengumuman Bank Sentral Eropa pada Kamis (4/6/2020) yang memperluas program stimulusnya.
Euro melonjak 1,73 persen minggu ini, kenaikan mingguan ketiga beruntun, meskipun lebih rendah pada Jumat (5/6/2020).
Berita Terkait
SETARA Institute sebut angka kebebasan berpendapat turun di 2023
Minggu, 10 Desember 2023 18:14 Wib
OJK: Indeks literasi dan inklusi keuangan Sulut di atas nasional
Senin, 23 Oktober 2023 23:14 Wib
Kurs rupiah menguat karena pergerakan positif indeks saham Asia
Selasa, 22 Agustus 2023 9:41 Wib
KPK: Sulut jadi "pilot project" indeks pengukuran tata kelola BMD
Jumat, 28 Juli 2023 6:20 Wib
Cuaca panas ekstrem, Kemenkes beri kiat menjaga tubuh sehat
Selasa, 25 April 2023 15:25 Wib
Dokter sarankan pakai tabir surya SPF minimum 30 saat cuaca panas ekstrem
Selasa, 25 April 2023 15:22 Wib
Indeks pembangunan manusia Suluawesi Utara meningkat capai 73,81
Kamis, 13 April 2023 4:50 Wib
Kemenkominfo temukan 9.417 isu hoaks beredar
Sabtu, 25 Februari 2023 13:53 Wib