New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh ke level terendah sejak Desember 2018 pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), tertekan melemahnya permintaan China di tengah wabah virus corona dan ketika para pedagang menunggu apakah Rusia akan bergabung dengan produsen lain dalam upaya pengurangan produksi lebih lanjut.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun 1,20 dolar AS atau 2,2 persen menjadi menetap di 53,27 dolar AS per barel, penutupan terendah sejak 28 Desember 2018.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun 0,75 dolar AS atau 1,5 persen menjadi berakhir di 49,57 dolar AS, penutupan terendah sejak 7 Januari 2019.
Penurunan tersebut membuat Brent dan WTI berada di wilayah oversold masing-masing selama 13 hari dan 14 hari, garis bearish terpanjang sejak November 2018.
Minyak telah turun lebih dari 25 persen dari puncaknya pada Januari, dengan minyak mentah AS (WTI) kembali di bawah 50 dolar AS per barel setelah virus yang menyebar memukul permintaan di China, importir minyak terbesar di dunia, dan memicu kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global.
"Pasar minyak terus mengalami tekanan dari krisis kesehatan virus corona, yang telah membuat sektor transportasi dan manufaktur China macet," kata analis di Eurasia Group dalam sebuah laporan.
Impor minyak mentah dan gas alam China telah anjlok karena sebagian besar pabrik penyulingan China secara signifikan memotong operasi mereka, sementara terminal impor memangkas pesanan untuk pengiriman baru dan beberapa telah menyatakan force majeure.
Beijing telah mengatur dukungan untuk perusahaan dan pasar keuangan dalam sepekan terakhir dan investor berharap lebih banyak stimulus untuk mengangkat ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Kekhawatiran atas pasokan tidak berkurang pada Jumat (7/2/2020) ketika Rusia mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk memutuskan rekomendasi dari komite teknis yang telah menyarankan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk mengurangi produksi lagi 600.000 barel per hari (bph).
Grup, yang dikenal sebagai OPEC+, telah menerapkan pemotongan 1,2 juta barel per hari sejak Januari 2019 untuk mengurangi kelebihan pasokan global dan menopang harga minyak mentah.
Menteri Perminyakan Aljazair Mohamed Arkab mengatakan pada Minggu (9/2/2020) komite telah menyarankan pengurangan produksi lebih lanjut sampai akhir kuartal kedua.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow membutuhkan lebih banyak waktu untuk menilai situasi, menambahkan bahwa pertumbuhan produksi minyak mentah AS akan melambat dan permintaan global masih solid.
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib