Manado, (AntaraSulut) - Kaum Bapak Katolik Keuskupan Manado (KBK–KM) yang tersebar di tiga provinsi yakni Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah merasa terpanggil untuk ikut memberikan andil dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal mana sejalan dengan semboyan KBK-KM yakni Pro Familia, Ecclesia et Patria (untuk keluarga, geeja dan tanah air).
Itulah sebabnya, saat Konferensi KBK-KM di Managran (Talaud), baru–baru, seluruh peserta memberi rekomendasi termasuk dalam bidang sosial kemasyarakatan.
"Dalam bidang sosial kemasyarakatan, KBK – KM terpanggil untuk senantiasa menjaga kelestarian Pancasila, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta menolak masuknya radikalisme dan terorisme di wilayah Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah," kata Adry Manengkey (Ketua Panitia Pengarah Konferensi) mengutip salah satu butir rekomendasi.
Bagi KBK – KM, sebut Ketua 1 Badan Pengurus KBK-KM itu, Pancasila adalah falsafah dan dasar Negara yang harus dipertahankan dan dilestarikan, NKRI adalah harga mati yang harus dijaga, radikalisme dan terorisme harus ditolak / ditangkal dan tidak boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.
KBK – KM, tambah Lexie Kalesaran (Sekretaris Panitia Pengarah) mendukung tindakan tegas dari pemerintah membubarkan organisasi radikal dan yang dapat merusak keragaman, persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
"Kaum Bapak Katolik Keuskupan Manado menolak tegas segala bentuk radikalisme, terorisme dan gerakan -gerakan intoleran. Keutuhan Negara adalah harga mati," tegas Kalesaran.
Manengkey dan Kalesaran adalah pimpinan sementara Konferensi. Kalesaran terpilih sebagai Pimpinan Sidang Konferensi.
Ketua Umum KBK-KM masa bakti 2017 – 2021 Edwin Kindangen secara tegas mengungkapkan, NKRI, Pancasila, UUD 1945, Kebhinekaan adalah harga mati. Pilar - pilar tersebut harus dijaga. Tidak boleh dirongrong oleh siapapun," ujar Kindangen, Ketua Umum Panitia Pelaksana Pertemuan Raya dan Konferensi KBK-KM Tahun 2017.