Manado (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merekam sebanyak 23 kali gempa guguran Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara, pada periode 1 - 15 Juli 2025.
"Seismograf juga merekam sebanyak 19 kali gempa vulkanik dangkal, 13 kali gempa vulkanik dalam, dua kali gempa tektonik lokal, dan 68 kali gempa tektonik jauh," kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid AN dalam laporan yang diterima di Manado, Kamis.
Dalam laporan yang dibagikan Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku Juliana DJ Rumambi tersebut, berdasarkan data pengamatan visual, guguran masih tidak teramati dan tinggi asap kawah rata-rata masih di bawah 100 meter dari puncak.
Adapun secara instrumental, aktivitas kegempaan Gunung Soputan masih tinggi dan berfluktuatif.
"Secara keseluruhan, pada periode ini aktivitas kegempaan relatif sama bila dibandingkan dengan periode sebelumnya baik gempa vulkanik maupun gempa tektonik, dan secara deformasi juga tidak ada perubahan yang signifikan," katanya.
Dia menjelaskan, potensi bahaya aktivitas Gunung Soputan saat ini berupa lontaran dan aliran/guguran lava maupun piroklastik.
"Jika terjadi erupsi gunung api, potensi bahaya sekunder berupa lahar dapat terjadi di sepanjang sungai/lembah yang berhulu di Gunung Soputan," jelas dia.
Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara dari siaga menjadi waspada.
Penurunan status tersebut berlaku mulai tanggal 8 Oktober 2019, pukul 16:00 Wita.

