Ketua DPR Puan Maharani mengungkapkan alasan dan cita-citanya terjun ke dunia politik, salah satunya ingin menjadi bagian membangun bangsa Indonesia.
"Cita-cita saya ingin menjadi bagian dalam membangun bangsa ini. Ingin jadi orang yang berperan walau sedikit saja untuk membuat bangsa ini lebih baik dari sebelumnya," kata Puan dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa.
Namun, Puan menyadari banyak pihak yang menganggapnya remeh karena lahir dari keluarga Presiden pertama RI Soekarno dan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.
Puan menegaskan, ia tak bisa memilih lahir dari latar belakang keluarga siapa pun. "Saya tidak memilih jadi cucunya Bung Karno dan anaknya Megawati Soekarnoputri, tetapi memang lahirnya di situ," tutur Puan.
Ia juga menegaskan, bukan berarti karir politiknya menjadi mudah karena lahir dari keluarga sang proklamator. Mantan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini mengklaim, tidak ada karpet merah yang diberikan kepadanya.
Baca juga: Ketua DPR memimpin Rapat Paripurna persetujuan RUU TPKS
Baca juga: Puan Maharani ingatkan perlu gotong royong untuk bangun Indonesia
Baca juga: Ketua DPR memimpin Rapat Paripurna persetujuan RUU TPKS
Baca juga: Puan Maharani ingatkan perlu gotong royong untuk bangun Indonesia
"Semua manusia itu untuk mencapai cita-citanya itu pasti perlu perjuangan. Tidak mungkin ada yang instan, karpet merah tiba-tiba jadi, enggak ada. Semuanya itu perlu perjuangan," kata Puan.
Puan pun sampai saat ini mengaku masih terus berjuang bersama PDIP untuk berkontribusi membawa Indonesia ke arah lebih baik.
"Saya tidak pernah bicara jabatan, hanya semangatnya saya menjadikan Indonesia ini Merah Putih. Menjadikan Indonesia saling bergotong royong, saling mencintai tanpa ada perbedaan, tanpa sekat-sekat miskin dan kaya," ucapnya.
Sebelumnya, dalam "Sinau Bareng Cak Nun" di halaman belakang Masjid At- Taufiq, Jakarta, Minggu (10/4), Cendekiawan muslim Muhammad Ainun Nadjib atau Cak Nun mengaku baru pertama kalinya bertemu langsung dengan Puan Maharani. Selama ini, ia hanya mengamati kiprah politik Puan dari kejauhan.
Setelah bertemu langsung dan berada di atas satu panggung dengan Puan, Cak Nun pun baru menyadari bahwa sosok cucu Soekarno itu lebih hebat daripada yang ia kira selama ini.
"Saya menemukan Mbak Puan ini jauh lebih dewasa dari yang saya sangka, jauh lebih tajam pikiran-nya dari yang saya sangka, dan jauh lebih sareh atau lebih bijaksana dari yang saya duga," ujar Cak Nun.