Minyak goreng jadi komoditas penyumbang terbesar inflasi Oktober 2021 di Kota Madiun
Manado (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun menyatakan bahwa minyak goreng menjadi komoditas penyumbang terbesar pada laju inflasi bulan Oktober 2021 di Kota Madiun, Jawa Timur yang mencapai 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 105,41.
"BPS mencatat kenaikan harga minyak goreng terjadi hingga 7,05 persen. Kenaikan harga itu memberikan andil sebesar 0,08 persen terhadap inflasi di Kota Madiun," ujar Kepala BPS Kota Madiun Dwi Yuhenny dalam keterangannya di Madiun, Rabu.
Menurut Henny, kenaikan itu dipicu oleh tingginya harga minyak sawit mentah (CPO). Selain itu, pasokan bahan baku di pasar minyak nabati dan lemak secara global mengalami penyusutan.
"Sehingga, kenaikan harga tidak hanya terjadi di Kota Madiun saja. Tapi juga wilayah Jawa Timur, bahkan nasional," katanya.
Selain minyak goreng, sejumlah komoditas lainnya juga memberikan andil terhadap inflasi Kota Madiun. Antara lain, daging ayam ras, sabun mandi, cabai rawit, cabai merah, dan rokok kretek filter.
Sedangkan, komoditas penekan inflasi, di antaranya adalah turunnya harga nangka muda, terong, bawang merah, dan telur ayam ras.
"Angka inflasi di Kota Madiun lebih rendah dibanding inflasi Jawa Timur yang mencapai 0,18 persen dan nasional 0,12 persen," katanya.
Dwi Yuhenny menjelaskan semua kota IHK di Jawa Timur mengalami inflasi pada bulan Oktober 2021 dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,20 persen; diikuti oleh Kota Malang sebesar 0,19 persen; Kota Kediri sebesar 0,18 persen, dan Kota Madiun Sebesar sebesar 0,09 persen.
Selanjutnya diikuti Kabupaten Jember sebesar 0,04 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sumenep masing-masing sebesar 0,02 persen, sedangkan Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,18 persen.
"BPS mencatat kenaikan harga minyak goreng terjadi hingga 7,05 persen. Kenaikan harga itu memberikan andil sebesar 0,08 persen terhadap inflasi di Kota Madiun," ujar Kepala BPS Kota Madiun Dwi Yuhenny dalam keterangannya di Madiun, Rabu.
Menurut Henny, kenaikan itu dipicu oleh tingginya harga minyak sawit mentah (CPO). Selain itu, pasokan bahan baku di pasar minyak nabati dan lemak secara global mengalami penyusutan.
"Sehingga, kenaikan harga tidak hanya terjadi di Kota Madiun saja. Tapi juga wilayah Jawa Timur, bahkan nasional," katanya.
Selain minyak goreng, sejumlah komoditas lainnya juga memberikan andil terhadap inflasi Kota Madiun. Antara lain, daging ayam ras, sabun mandi, cabai rawit, cabai merah, dan rokok kretek filter.
Sedangkan, komoditas penekan inflasi, di antaranya adalah turunnya harga nangka muda, terong, bawang merah, dan telur ayam ras.
"Angka inflasi di Kota Madiun lebih rendah dibanding inflasi Jawa Timur yang mencapai 0,18 persen dan nasional 0,12 persen," katanya.
Dwi Yuhenny menjelaskan semua kota IHK di Jawa Timur mengalami inflasi pada bulan Oktober 2021 dengan inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,20 persen; diikuti oleh Kota Malang sebesar 0,19 persen; Kota Kediri sebesar 0,18 persen, dan Kota Madiun Sebesar sebesar 0,09 persen.
Selanjutnya diikuti Kabupaten Jember sebesar 0,04 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sumenep masing-masing sebesar 0,02 persen, sedangkan Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,18 persen.