Chicago (ANTARA) - Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menghentikan kenaikan selama empat hari berturut-turut, karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS mengganjal dukungan dari dolar yang lebih lemah saat investor menunggu data harga konsumen AS untuk mengukur inflasi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, turun 1,5 dolar AS atau 0,08 persen menjadi ditutup pada 1.836,10 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (10/5/2021), emas berjangka terangkat 6,3 dolar AS atau 0,34 persen menjadi 1.837,60 dolar AS, penyelesaian teraktif tertinggi sejak 10 Februari.
Emas berjangka melonjak 15,6 dolar AS atau 0,86 persen menjadi 1.831,30 dolar AS pada Jumat (7/5/2021), setelah melambung 31,4 dolar AS atau 1,76 persen menjadi 1.815,70 dolar AS pada Kamis (6/5/2021), dan terkerek 8,3 dolar AS atau 0,47 persen menjadi 1.784,30 dolar AS pada Rabu (5/5/2021).
Kejatuhan emas pada Selasa (11/5/2021) juga merupakan jenis koreksi setelah naik selama empat hari berturut-turut dan mencapai level tertinggi sejak 10 Februari, menurut analis pasar.
"Jika imbal hasil (obligasi pemerintah AS) terus naik, ini dapat menyeret logam mulia lebih rendah meskipun ada suasana risk-off (penghindaran risiko)," kata Lukman Otunuga, analis riset senior di FXTM.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan naik untuk hari ketiga berturut-turut, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan suku bunga.
Namun, "indeks dolar AS melemah hari ini ... Itu positif untuk pasar logam mulia, jadi saya tidak akan terkejut melihat penurunan ini sebagai peluang membeli untuk pedagang berjangka jangka pendek," kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, mencapai level terendah lebih dari dua bulan di sesi ini, membantu emas mengurangi kerugian sebelumnya.
Investor juga menunggu indeks harga konsumen AS untuk April, yang akan dirilis pada Rabu waktu setempat, untuk mengukur apakah Federal Reserve akan mulai mengubah sikap kebijakannya terhadap inflasi. Pada saat stimulus pemerintah besar-besaran, emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap potensi inflasi.
Pejabat Fed ingin melihat inflasi yang lebih tinggi, lebih banyak pertumbuhan upah dan beberapa bulan kenaikan lapangan kerja yang kuat sebelum mereka mempertimbangkan untuk menyesuaikan kebijakan moneter, Presiden Chicago Fed Bank Charles Evans mengatakan pada Senin (10/5/2021).
"Bullish tetap memegang kendali selama 1.800 dolar AS terbukti menjadi level dukungan yang andal ... Penutupan mingguan yang solid di atas 1.840 dolar AS dapat menandakan pergerakan lebih tinggi menuju kisaran 1.855 dolar AS dan 1.870 dolar AS," kata Otunuga dari FXTM.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 17,5 sen atau 0,64 persen menjadi ditutup pada 27,677 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 24,3 dolar AS atau 1,92 persen menjadi ditutup pada 1.241,2 dolar AS per ounce.
Berita Terkait
Ditreskrimsus Polda Sulawesi Utara gagalkan pengiriman 10 kg emas
Rabu, 24 April 2024 22:49 Wib
Thiery Henry: Prancis harus raih emas sepak bola Olimpiade 2024
Jumat, 12 April 2024 17:10 Wib
Harga emas Antam kembali naik
Rabu, 27 Maret 2024 10:34 Wib
WHDI bangun wanita cerdas menuju generasi emas
Senin, 4 Maret 2024 23:06 Wib
Harga emas Antam hari ini sekitar Rp1.132.000/gram
Selasa, 27 Februari 2024 9:50 Wib
Kemendag sebut perlu transformasi SDM UMKM menuju Indonesia Emas 2045
Minggu, 11 Februari 2024 23:15 Wib
Jelang final Piala Asia: Qatar vs Yordania, kejar tinta emas
Sabtu, 10 Februari 2024 6:36 Wib
Harga emas Antam sekitar Rp1,142 juta/gram
Selasa, 30 Januari 2024 9:16 Wib