New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), membalikkan kenaikan awal setelah sebuah laporan menunjukkan permintaan bensin turun di Amerika Serikat (AS) selama minggu terakhir.
Patokan global, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November merosot 1,15 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi menetap di 44,43 dolar AS per barel, setelah mencatat kenaikan selama dua hari berturut-turut.
Sementara itu harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup 1,25 dolar AS atau 2,9 persen lebih rendah, menjadi 41,51 dolar AS per barel.
Harga berjangka berubah negatif setelah data mingguan pemerintah menunjukkan permintaan bensin lebih rendah dari seminggu sebelumnya, mendorong para pedagang untuk mengabaikan data persediaan minyak mentah AS yang bullish.
"Pasar mencoba untuk mengabaikan angka tersebut karena salah satunya terkait badai," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago. "Meskipun badai mungkin telah membesarkan angka-angka tersebut, itu tidak membenarkan jumlah penjualan yang kami dapatkan."
Persediaan minyak mentah turun 9,4 juta barel dalam pekan lalu menjadi 498,4 juta barel, jauh lebih curam daripada penurunan 1,9 juta barel yang diperkirakan analis dalam jajak pendapat Reuters. Data mencerminkan periode di mana Badai Laura menutup fasilitas produksi dan pemurnian.
Permintaan bensin dalam sepekan turun menjadi 8,78 juta barel per hari dari 9,16 juta barel per hari pada pekan sebelumnya, menurut laporan itu.
Data lain juga memicu kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi dari pandemi Virus Corona melambat. Pengusaha-pengusaha swasta AS mempekerjakan lebih sedikit pekerja dari yang diperkirakan untuk bulan kedua berturut-turut pada Agustus, menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja melambat karena pandemi COVID-19 berlanjut serta dukungan pemerintah untuk pekerja dan pemberi kerja mengering.
Harga minyak telah pulih dari posisi terendah bersejarah yang dicapai pada April, ketika Brent merosot ke level terendah 21 tahun di bawah 16 dolar AS dan minyak mentah AS mengakhiri satu sesi di wilayah negatif.
Sebuah rekor pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah mendukung harga.
Produsen telah mulai mengembalikan beberapa minyak mentah ke pasar karena sebagian permintaan pulih dan OPEC pada Agustus menaikkan produksi sekitar satu juta barel per hari (bph), survei Reuters menemukan pada Selasa (1/9/2020).
Berita Terkait
Meski ada konflik Iran-Israel, harga BBM tak akan naik
Selasa, 16 April 2024 16:45 Wib
Dampak konflik Iran dan Israel, Mari Elka Pangestu ingatkan gejolak harga minyak
Senin, 15 April 2024 15:08 Wib
Warga Gorontalo rayakan Tumbilotohe dengan penuh makna
Minggu, 7 April 2024 8:29 Wib
Luhut komitmen tuntaskan pembayaran utang selisih harga minyak goreng
Senin, 25 Maret 2024 13:57 Wib
Wamendag Jerry Sambuaga optimis minyak goreng tak akan jadi langka
Sabtu, 19 Agustus 2023 12:17 Wib
Kejagung dalami peran Airlangga Hartarto di dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah
Selasa, 25 Juli 2023 6:13 Wib
Airlangga tidak hadir panggilan Kejaksaan terkait saksi korupsi ekspor minyak sawit
Selasa, 18 Juli 2023 20:02 Wib
Presiden Jokowi: MinyaKita untuk kebutuhan masyarakat bawah
Kamis, 13 April 2023 15:51 Wib