Manado (ANTARA) - PASKAH adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Perayaan Paskah ini identik dengan peringatan atas kebangkitan Yesus Kristus yang diyakini oleh umat kristen telah menyelamatkan mereka dari segala perbuatan dosa.

Sama hal juga dengan perayaan bulan suci RAMADHAN dan perayaan IDHUL FITRI yang sering disebut sebagai momentum introspeksi dan muhasabah diri. Ibarat motor, puasa merupakan saatnya ‘turun mesin’ untuk meneliti dan memeriksa sekaligus memperbaiki berbagai onderdil yang rusak.

Ibarat komputer, RAMADHAN dan PASKAH merupakan proses me-restart diri. Restart dapat diartikan sebagai proses memulai kembali yang sebelumnya dimatikan beberapa saat, kemudian dihidupkan lagi.

Proses restart diri sangat penting bagi kita manusia. Metode restart bisa disebut sebagai langkah mengintegrasikan antara software (rohani) dan hardware (jasmani) agar dapat terkoneksi secara baik dan holistik.

Ibadah puasa menurut dogmatika ISLAM yang disyariatkan oleh Allah SWT dengan kaifiyah atau tata cara tertentu, puasa mempunyai tiga dimensi penting, yakni;

Pertama, dimensi ritual formal (fisik). Di sini puasa dimaknai sebagai ritual mencegah dari segala sesuatu yang membatalkan (makan, minum, bersetubuh).

Kedua, dimensi ritual spiritual (rohaniah). Artinya, puasa sebagai ritual menjauhkan diri dari segala sifat buruk dan sesuatu yang diikuti nafsu.

Ketiga, dimensi ritual intelektual. Artinya, dengan berpuasa, kita akan semakin tahu siapa sebenarnya diri kita. Dengan kata lain, puasa bukan sekadar ritus tahunan yang berisi ritual peribadatan. Namun, puasa menghadirkan ruang untuk merenung dan berkontemplasi.

Begitu juga dengan Paskah memiliki banyak dimensi dalam hal kita memperbaiki diri sesuai dengan kehendak Tuhan, yang antara lain adalah;

1. PASKAH ADALAH PENGGENAPAN JANJI ALLAH:
Paskah bagi umat kristiani bahwa kematian Yesus Kristus adalah sebuah proses penggenapan sebagaimana yang tertulis dalam Perjanjian Lama.

2. PASKAH ADALAH PENGAMPUNAN:
Paskah bagi umat Kristen adalah sebuah proses pengampunan atas segala dosa dan perbuatan jahat manusia yang mendapatkan pengampunan dari Allah Tuhan kita.

3. PASKAH ADALAH PEMULIHAN MENUJU KESELAMATAN:
Paskah bagi orang percaya adalah jalan menuju pemulihan dan keselamatan.

Namun Pelaksanaan ibadah baik PASKAH maupun RAMADHAN tahun 2020 ini jauh berbeda dengan pelaksanaan ibadah dengan tahun-tahun sebelumnya karena dunia termasuk Indonesia diperhadapkan dengan suasana yang sangat mencekam akibat dari wabah pandemic Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Untuk mencegah dan menangkal penyebaran COVID-19, ibadahpun dilakukan secara on-line dan tidak musti harus ke gereja dan mesjid agar tdk terjadi pertemuan yg melibatkan banya jema'at/jama'ah. Pelaksanaan ibadah semacam ini tentunya tidak akan mengurangi kekhusukan ibadah kita kepada Allah yg kita sembah.

Umat Kristen merayakan Paskah dalam kebersamaan keluarga masing-masing, untuk menghindari kerumunan di gedung Gereja karena penyebabnya satu karena merebaknya wabah virus Corona (COVID-19) yang potensi menularnya sangat tinggi melalui kontak langsung antar manusia.

Apakah dengan begitu, keceriaan Paskah menjadi tidak bermakna bagi Kita? "Tidak juga. Perayaan Paskah adalah perayaan tentang kebangkitan Kristus". Bila merayakan Paskah dalam kerumunan umat, kehidupan menjadi terancam, maka tindakan itu berlawanan dengan berita penting dari Paskah itu sendiri.

"Dalam suasana Paskah bersama keluarga dirumah masing-masing mengajak saudara- saudara menyimak makna Paskah yang dirumuskan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia dalam situasi pandemi Corona ini,".

Berita Paskah yang menjadi pusat iman kita adalah bahwa Kristus telah bangkit mengalahkan kematian. Pesan Alkitab dari Lukas 24 ayat 5 dan 6 berkisah tentang berita Paskah yang disampaikan oleh dua malaikat kepada para perempuan yang mendatangi kuburan Yesus.

Berita itu sangat jelas. Ia (Yesus) telah bangkit. Di dalam iman kepada Allah yang telah membangkitkan Jesus Kristus melalui kuasa roh kudus, kita menjadi umat kebangkitan.

"Kita diutus untuk terus mempersaksikan kehidupan yang kita temukan di dalam Kristus, yang bangkit melalui kehidupan kita secara pribadi, maupun bersama- sama sebagai satu tubuh," terang dia. Hal ini harus disambut dengan terus memperjuangkan, merawat dan memberikan kehidupan. Bukan yang mengancam kehidupan.

"Itulah Paskah yang sejati. Komitmen untuk merawat dan memberikan kehidupan ini mengakar kuat pada identitas kita, bukan hanya sebagai umat kebangkitan, namun juga umat berpengharapan. Identitas ini harus terwujud secara nyata di dalam keberanian iman kita melawan pandemi COVID-19,"

Bahwasanya sikap iman dan harap itu harus diwujudkan ke dalam cinta kasih. Salah satunya adalah kepatuhan kita pada anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah demi memutus rantai penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) ini.

"Sebagai gereja kita juga menerjemahkan usaha ini dengan mengubah cara beribadah kita. Dari ibadah secara ragawi berkumpul di gedung gereja, jadi ibadah di rumah dengan keluarga masing- masing yang disebut juga sebagai gereja kecil (eklesiola),"

Begitu pulalah dengan Ibadah di bulan Suci Ramadhan serta doa Id dalam perayaan Idul Fitri, bukanlah sebuah pelarangan yang sifatnya diskriminatif, namun hal ini lebih mematuhi protokol kesehatan yang ujung-ujungnya demi untuk KESELAMATAN kita bersama.

Tidak ada satu institusi termasuk permerintah melarang rakyatnya melakukan Ibadah.Tapi karena sikon yang tidak memungkinkan kita melakukan kontak phisik, maka pelarangan dilakukan demi menghindari terjadi penularan, itulah menjadi perhatian pemerintah sekarang ini.

Kalimat Motivasi Iman
Andai semua harta adalah RACUN, maka ZAKAT dan SODOKAH adalah penawarnya......., Andai seluruh umur adalah DOSA, maka TOBAT dan TAQWA adalah obatnya......., Jika semua bulan adalah NODA, maka RAMADHAN adalah pembersihnya......., Jika COVID'19 adalah UJIAN, maka SHOLAT dan DOA adalah jawabannya.....!

Pewarta : Jorie MR Darondo/ Ventje Jacob /Pemerhati Sosial Kemasyarakatan)
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024