Banda Aceh (ANTARA) - Organda Aceh menyatakan terdapat sekitar 7.000 awak angkutan umum di provinsi ujung barat Indonesia tersebut yang membutuhkan bantuan pemerintah akibat dampak COVID-19 terhadap kondisi perekonomian mereka.

Ketua Organda Aceh H Ramli di Banda Aceh, Selasa, mengatakan pandemi COVID-19 membuat sektor transportasi lumpuh, penumpang turun drastis, sehingga pendapatan awak angkutan merosot.

"Ada sekitar 7.000 awak angkutan umum, baik orang maupun barang, yang harus dibantu. Mereka juga ikut terdampak COVID-19. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah," kata H Ramli.

Untuk angkutan penumpang, kata H Ramli, kondisinya kini sangat memprihatinkan. Jumlah penumpang merosot hingga 70 persen, sehingga menyebabkan pendapatan sopir dan kernet berkurang.


Sedangkan angkutan barang masih bertahan, namun mereka kini merasa khawatir dengan kondisi COVID-19 di Sumatera Utara. Sebab, mereka mengangkut kebutuhan pokok dari gudang-gudang di Sumatera Utara dan membawanya ke Aceh.

"Risiko mereka terpapar COVID-19 tinggi sekali. Jadi, sopir angkutan barang ini juga termasuk mereka yang berada di garda terdepan di tengah pandemi COVID-19," kata H Ramli.


H Ramli tidak bisa membayangkan bagaimana jika para sopir angkutan barang tersebut tidak mau berangkat karena khawatir terpapar COVID-19. Akibatnya, persediaan berkurang dan harga kebutuhan pokok meningkat.

"Kondisi inilah yang harus dihindari, jangan sampai sektor transportasi, terutama angkutan barang terhenti. Jika ini terhenti, berdampak pada kebutuhan pokok masyarakat Aceh," kata H Ramli,

 

Pewarta : M.Haris Setiady Agus
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024