Talaud (ANTARA) - Masyarakat Pulau Miangas, Sulawesi Utara, pulau terluar di bagian utara Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga Filipina, terancam rawan pangan menyusul keengganan para pedagang bahan kebutuhan pokok di daerah tersebut takut keluar, akibat penyebaran virus COVID-19.

"Dengan adanya COVID-19 di Indonesia, kondisi perekonomian di Miangas cukup terganggu. Masyarakat yang punya kios dan juga para nelayan, saat ini enggan untuk keluar, takut terjangkit virus,  Posisi Miangas sekarang yakni waspada kerawanan pangan," kata Kepala Kecamatan Khusus Miangas, Sepno Lantaa, ketika dihubungi, Kamis (26/3).

Karena ketakutan tersebut, sambungnya, maka mulai terjadi keterbatasan dan yang sudah terasa kelangkaannya yakni   beras, gula dan minyak kelapa. 

Faktor lain yang juga menjadi penghambat masuknya bahan pokok ke pulau tersebut, yakni alat transportasi kapal laut yang hanya masuk dua atau tiga Minggu sekali.

"Sekarang kapal perintis yang melayani daerah tapal batas Miangans dan Nanusa, hanya tersisa dua kapal yakni Sabuk Nusantara 69 dan Sabuk Nusantara 70. Hanya kapal ini saja yang menjadi alat unggulan pengangkut bahan pokok ke Miangas,"katanya.

Kendati terancam rawan pangan, tetapi Sepno mengakui masyarakat di daerah tersebut tidak sampai kelaparan sama sekali, karena masih ada pangan lokal tersedia cukup seperti keladi, singkong, ubi jalar dan laluga, salah satu makanan khas di daerah perbatasan Miangas.
 
Dia berharap pemerintah daerah dan provinsi tetap memberi perhatian serius dengan  mendistribusikan bahan kebutuhan pokok utama yang sudah terjadi kelangkaan.

"Cuaca saat ini di perbatasan kurang baik, ditambah dengan isu virus yang semakin menguat, untuk itu kami berharap agar dapat memberi  perhatian serius, sehingga tidak terjadi hal paling buruk bagi masyarakat," katanya.

 

Pewarta : Hendry Mangindudu
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024