Minahasa (ANTARA) - Umat Katolik di seluruh dunia memulai berpuasa dan berpantang selama 40 hari ditandai dengan merayakan Rabu Abu, dengan Misa Kudus yang ditandai penerimaan abu di dahi bagi seluruh umat.  Rabu Abu jadi tanda umat Katolik memasuki masa pra-Paskah, masa tobat.

Pastor Timotius MSC ketika memimpin Misa di Gereja Paroki Bunda Hati Kudus Yesus Rumengkor, Kabupaten Minahasa, Sulut, Rabu, mengatakan, penerimaan abu di dahi sebagai tanda kerendahan diri dan juga sebagai  tanda pertobatan.Umat Katolik diingatkan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan suatu ketika akan tiada lalu kembali menjadi debu.

Abu yang digunakan sendiri terbuat dari hasil pembakaran daun palma yang sudah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Dikisahkan, Yesus disambut bak raja di Kota Yerusalem. Orang-orang bersorak dan bernyanyi sembari melambaikan daun palma. Dalam tradisi umat Katolik, daun palma mengandung makna kemenangan.

Saat perayaan Rabu Abu, sembari menorehkan abu di dahi, imam akan berucap 'Bertobat lah dan percayalah pada Injil' atau 'Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu'.

Abu yang dioleskan di dahi bukan dilakukan tanpa makna. Mengutip berbagai sumber, abu di dahi membantu umat untuk mengenali kembali area spiritual. Dahi dan kepala adalah tempat pikiran dan akal budi bekerja.

Terhitung sejak Rabu Abu, umat Katolik akan melangsungkan masa pertobatan selama 40 hari tanpa menghitung hari Minggu. Masa ini akan genap pada Sabtu sebelum perayaan Minggu Palma.

Angka 40 mengingatkan umat Katolik akan perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun dan puasa Yesus selama 40 hari.

Pewarta : Guido Merung
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024