Manado (ANTARA) - Sebulan terakhir, wabah virus corona telah menyebar ke puluhan negara atau wilayah di luar daratan China. Virus corona jenis baru atau 2019-nCoV ini bahkan telah merenggut nyawa ratusan orang.
Penyebaran virus corona di luar China jelas mengkhawatirkan. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tidak langsung merekomendasikan tindakan yang membatasi perjalanan atau perdagangan internasional. Kendati cara ini dinilai ampuh untuk membendung penyebaran penyakit, kondisi tersebut belum diperlukan.
Bahkan, organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan global, karena wabah terus menyebar ke sejumlah negara di luar China.
WHO mengkhawatirkan wabah virus mematikan itu dapat menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.
Sebagian besar kasus muncul pada orang yang melakukan perjalanan dari kota Wuhan di China, wilayah yang diyakini sebagai pusat penyebaran virus mematikan tersebut.
Pemerintah Indonesia untuk sementara tidak akan mengizinkan semua pendatang yang tiba dari China dan sudah berada di wilayah itu selama 14 hari untuk masuk dan transit di Indonesia. Bahkan menutup penerbangan dari dan menuju China.
Keputusan ini dibuat setelah pemerintah Indonesia telah mengevakuasi lebih dari 238 WNI dari Provinsi Hubei yang kemudian ditempatkan di Pulau Natuna selama dua pekan untuk diobservasi.
Penerbangan sewa China-Manado secara resmi ditutup, pada Rabu (05/02) , dan tidak ada lagi pelayanan terhadap warga China.
"Keputusan tersebut mulai berlaku saat ini, baik untuk penerbangan yang berangkat maupun pergi" Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kakanwil Kemenkumham) Sulut Lumaksono di Manado.
Kantor Imigrasi Kelas I Manado menghentikan pelayanan terhadap Warga Negara Asing (WNA) asal Tiongkok di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, langkah tersebut diambil menyusul keputusan bersama Menteri Luar Negeri, Menteri Kesehatan, Menteri Perhubungan dan Menteri Hukum dan HAM. "Jadi, kami mengikuti instruksi pusat.
Kepala Kantor Imigrasi Manado Arthur Mawikere mengatakan, setelah keputusan itu, tak ada lagi pelayanan bagi WNA Tiongkok. Demikian pula bagi penerbangan yang masuk maupun keluar.
Dia mengatakan langkah itu diambil menyusul ancaman masuknya virus Corona (2019-nCoV) penyebab pneumonia dari Negeri Panda. Ini semata-mata demi keamanan negara.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro mengatakan untuk tujuan beberapa kota di China yang mengalami pembatalan atau penghentian penerbangan sementara secara bertahap menurut jadwal keberangkatan dan kedatangan hingga pemberitahuan lebih lanjut (until further notice).
Untuk Rute Manado-China yakni Manado – Tianjin – Manado, Manado – Fuzhou – Manado, dan Manado – Hangzhou – Manado," kata Danang.
Operasional penerbangan yang masih berjalan atau beroperasi ke China bertujuan untuk pemulangan tamu atau penumpang.
Layanan penerbangan kembali dioperasikan sebagai ferry flight yakni hanya membawa kru dan tidak menerbangkan tamu atau penumpang.
Keputusan penghentian sementara merupakan bagian dari langkah antisipasi berdasarkan pemberitahuan larangan perjalanan dari otoritas Wuhan mengenai dampak wabah virus corona.
Wisatawan Mancanegara (wisman) asal China yang berkunjung ke Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengalami penurunan drastis hingga 0 persen akibat wabah virus corona.
"Mulai adanya wabah virus corona di China, secara cepat pemerintah Indonesia, menutup penerbangan dari dan menuju China, dan berdampak juga ke Sulut," kata General Manager Bandara Samrat Manado, Minggus Gandeguai.
Dia mengatakan beberapa tahun terakhir ini kunjungan wisman asal China ke Sulut meningkat hingga ratusan persen, karena adanya penerbangan sewa langsung Manado-China. Namun untuk menjaga keselamatan akibat wabah virus corona, semua jadwal penerbangan dari China dihentikan, hingga menunggu pemerintah membukanya kembali.
Rute penerbangan China-Manado pada kondisi normal sebanyak tiga penerbangan setyiap hari dengan wisman diperkirakan 500 orang, namun saat ini tidak ada sama sekali.
Dampak ke Ekonomi
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Utara (Sulut) Ivanry Matu mengatakan sesuai data sejak dibukanya penerbangan Langsung China-Manado pada tahun 2016 sampai dengan awal 2020, turis China ke Manado selama tiga tahun lebih mencapai di atas 300ribuan.
Dia mengatakan peningkatan yang sangat signifikan, tak heran di sudut-sudut kota sering dijumpai beberapa turis China berjalan bergerombol, atau tampak banyaknya bus-bus pariwisata yang memuat turis China di jalan lalu lalang dan beberapa tempat wisata pun terlihat selalu ada turis China. Manado memang ramai dengan turis China.
Begitu penasarannya pemerintah pusat terhadap pemerintah Daerah Sulut, katanya, sehingga Presiden Jokowi pun pada beberapa bulan lalu turun Langsung dan melakukan survey ke Likupang hingga akhirnya ditetapkannya KEK Pariwisata Likupang dan menjadikan sebagai lima destinasi super prioritas.
Ada semacam gairah baru dalam dunia pariwisata, dan harapan besar untuk hadirnya industri Pariwisata berkelas di Sulut, tampaknya bukan isapan jempol belaka dan ini mulai terwujud ketika para investor pun memberanikan diri masuk Sulut.
Terlihat marak pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata seperti Bandara, hotel, jalan diperlebar, Rumah sakit, dan destinasi Pariwisata Baru, Resto, dan lain-lain.
Idealnya, ketika banyak aktivitas semacam itu, secara umum akan memberikan dampak yang saling bersinggungan terhadap geliat ekonomi, karena hal itu tidak hanya membuka lapangan pekerjaan tapi aktifitas ekonomi di sektor riil akan sangat terasa, apalagi para UKM, para petani dan nelayan pun tidak sulit menjual produk atau hasil tani atau hasil tangkapannnya, apalagi hotel dan destinasi wisata.
Namun ada hal yang perlu dicermati, kata Ivanry, ketika membuka data angka pertumbuhan ekonomi Bila melihat perbandingan year on year (y on y) sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2015 tumbuh 6,12 persen; tahun 2016 mulai ada turis naik sedikit ke posisi 6,17 persen; lalu tahun 2017 naik tajam sebesar 6,32 persen.
Namun di tahun 2018 turun pada posisi 6,01 persen, dan tahun 2019 berada di kisaran 5,9-6,0 persen, jika melihat data ini seharusnya kedatangan turis China memberikan dampak bagi PE Sulut, tapi ketika tahun 2018 dan 2019 turun ini menjadi pertanyaan juga soal peningkatan 600 persen turis china harusnya memberikan dampak signifikan secara terus-menerus.
Karena itu, ketika melihat data ini sepertinya kedatangan turis belum menyentuh Langsung pelaku usaha lokal di Sulut, artinya belanja Langsung ke para UKM sangat kecil, dan ini yang harus menjadi perhatian.
"Namun hal lain kita bersyukur karena pertumbuhan ekonomi Sulut Masih di atas Angka PE nasional," kata Ivanry yang juga Ketua Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Manado.
Terkait virus corona yang menguak dan mengakibatkan terhentinya turis masuk ke Manado sudah pasti memberi dampak, katanya, apalagi kepada pihak pengusaha yang mengelola itu.
"Tetapi bagi kami pelaku usaha bahwa “dunia belum berakhir toh ini hanya sementra dan saya optimis beberapa bulan ke depan akan normal kembali," jelasnya.
Di sisi lain, seharusnya ini menjadi kesempatan yang baik untuk menggarap rute penerbangan baru seperti Jepang, Korea, Vietnam, Filipin dan beberapa negara di Asia yg potensial.
Apalagi mulai akhir Maret penerbangan Davao-Manado (PP) akan ditambah dengan masuknya maskapai milik Filipina dengan harga yang lebih kompetitif.
Harus ada kiat dan strategi bagaimana menarik wisatawan yang ada di Cebu dan Davao yang jumlahnya ratusan ribu, bahkan Kemenpar menargetkan di atas 200ribuan dari Filipina.
Sulut sebenarnya sangat diuntungkan karena ‘rasa penasaran’ naiknya turis China di Manado merupakan ‘iklan gratis’ untuk dipromosikan ke negara lain.
Jadi ini harus menjadi target yang serius oleh pemerintah Sulut dibanding promosi Pariwisata ke Eropa, padahal yang seharusnya bukankah lebih baik promosi ke Filipina, Korea, dan negara terdekat sangat potensial untuk digarap.
Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr Joy Tulung mengatakan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tetap optimis pertumbuhan di sektor pariwisata masih akan tetap tumbuh meski adanya wabah virus corona dari China.
Apalagi, katanya, ada penerbangan langsung antara Manado-China, jika ditutup akan berdampak pada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dari China.
Target Sulut
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2020 mencapai sebanyak 200.000 orang mengalami peningkatan sebesar 33,33 persen dari 150.000 orang pada 2019
Gubernur Sulut optimistis mencapai target tersebut dan bahkan kemungkinan melampaui, karena semakin banyak objek wisata yang ada di Sulut.
Menurut dia, dukungan pemerintah dalam membuka rute penerbangan sewa antara Manado-China juga semakin membuat banyak wisman yang berkunjung di Sulut.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut, kunjungan wisman ke Sulut sebanyak 118.844 orang pada Januari-November 2019. Pencapaian itu naik 4,96 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang periode itu, kunjungan wisman asal China juga mendominasi sebanyak 105.738 orang.
Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey menargetkan pertumbuhan ekonomi (PE) tahun 2020 sebesar 6,2 persen.
"Kami optimistis target tersebut bisa tercapai, dengan dukungan semua pihak sampai 15 kabupaten dan kota di Sulut," katanya.
Penyebaran virus corona di luar China jelas mengkhawatirkan. Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO tidak langsung merekomendasikan tindakan yang membatasi perjalanan atau perdagangan internasional. Kendati cara ini dinilai ampuh untuk membendung penyebaran penyakit, kondisi tersebut belum diperlukan.
Bahkan, organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyatakan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan global, karena wabah terus menyebar ke sejumlah negara di luar China.
WHO mengkhawatirkan wabah virus mematikan itu dapat menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.
Sebagian besar kasus muncul pada orang yang melakukan perjalanan dari kota Wuhan di China, wilayah yang diyakini sebagai pusat penyebaran virus mematikan tersebut.
Pemerintah Indonesia untuk sementara tidak akan mengizinkan semua pendatang yang tiba dari China dan sudah berada di wilayah itu selama 14 hari untuk masuk dan transit di Indonesia. Bahkan menutup penerbangan dari dan menuju China.
Keputusan ini dibuat setelah pemerintah Indonesia telah mengevakuasi lebih dari 238 WNI dari Provinsi Hubei yang kemudian ditempatkan di Pulau Natuna selama dua pekan untuk diobservasi.
Penerbangan sewa China-Manado secara resmi ditutup, pada Rabu (05/02) , dan tidak ada lagi pelayanan terhadap warga China.
"Keputusan tersebut mulai berlaku saat ini, baik untuk penerbangan yang berangkat maupun pergi" Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kakanwil Kemenkumham) Sulut Lumaksono di Manado.
Kantor Imigrasi Kelas I Manado menghentikan pelayanan terhadap Warga Negara Asing (WNA) asal Tiongkok di Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, langkah tersebut diambil menyusul keputusan bersama Menteri Luar Negeri, Menteri Kesehatan, Menteri Perhubungan dan Menteri Hukum dan HAM. "Jadi, kami mengikuti instruksi pusat.
Kepala Kantor Imigrasi Manado Arthur Mawikere mengatakan, setelah keputusan itu, tak ada lagi pelayanan bagi WNA Tiongkok. Demikian pula bagi penerbangan yang masuk maupun keluar.
Dia mengatakan langkah itu diambil menyusul ancaman masuknya virus Corona (2019-nCoV) penyebab pneumonia dari Negeri Panda. Ini semata-mata demi keamanan negara.
Corporate Communications Strategic of Lion Air Group, Danang Mandala Prihantoro mengatakan untuk tujuan beberapa kota di China yang mengalami pembatalan atau penghentian penerbangan sementara secara bertahap menurut jadwal keberangkatan dan kedatangan hingga pemberitahuan lebih lanjut (until further notice).
Untuk Rute Manado-China yakni Manado – Tianjin – Manado, Manado – Fuzhou – Manado, dan Manado – Hangzhou – Manado," kata Danang.
Operasional penerbangan yang masih berjalan atau beroperasi ke China bertujuan untuk pemulangan tamu atau penumpang.
Layanan penerbangan kembali dioperasikan sebagai ferry flight yakni hanya membawa kru dan tidak menerbangkan tamu atau penumpang.
Keputusan penghentian sementara merupakan bagian dari langkah antisipasi berdasarkan pemberitahuan larangan perjalanan dari otoritas Wuhan mengenai dampak wabah virus corona.
Wisatawan Mancanegara (wisman) asal China yang berkunjung ke Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengalami penurunan drastis hingga 0 persen akibat wabah virus corona.
"Mulai adanya wabah virus corona di China, secara cepat pemerintah Indonesia, menutup penerbangan dari dan menuju China, dan berdampak juga ke Sulut," kata General Manager Bandara Samrat Manado, Minggus Gandeguai.
Dia mengatakan beberapa tahun terakhir ini kunjungan wisman asal China ke Sulut meningkat hingga ratusan persen, karena adanya penerbangan sewa langsung Manado-China. Namun untuk menjaga keselamatan akibat wabah virus corona, semua jadwal penerbangan dari China dihentikan, hingga menunggu pemerintah membukanya kembali.
Rute penerbangan China-Manado pada kondisi normal sebanyak tiga penerbangan setyiap hari dengan wisman diperkirakan 500 orang, namun saat ini tidak ada sama sekali.
Dampak ke Ekonomi
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Utara (Sulut) Ivanry Matu mengatakan sesuai data sejak dibukanya penerbangan Langsung China-Manado pada tahun 2016 sampai dengan awal 2020, turis China ke Manado selama tiga tahun lebih mencapai di atas 300ribuan.
Dia mengatakan peningkatan yang sangat signifikan, tak heran di sudut-sudut kota sering dijumpai beberapa turis China berjalan bergerombol, atau tampak banyaknya bus-bus pariwisata yang memuat turis China di jalan lalu lalang dan beberapa tempat wisata pun terlihat selalu ada turis China. Manado memang ramai dengan turis China.
Begitu penasarannya pemerintah pusat terhadap pemerintah Daerah Sulut, katanya, sehingga Presiden Jokowi pun pada beberapa bulan lalu turun Langsung dan melakukan survey ke Likupang hingga akhirnya ditetapkannya KEK Pariwisata Likupang dan menjadikan sebagai lima destinasi super prioritas.
Ada semacam gairah baru dalam dunia pariwisata, dan harapan besar untuk hadirnya industri Pariwisata berkelas di Sulut, tampaknya bukan isapan jempol belaka dan ini mulai terwujud ketika para investor pun memberanikan diri masuk Sulut.
Terlihat marak pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata seperti Bandara, hotel, jalan diperlebar, Rumah sakit, dan destinasi Pariwisata Baru, Resto, dan lain-lain.
Idealnya, ketika banyak aktivitas semacam itu, secara umum akan memberikan dampak yang saling bersinggungan terhadap geliat ekonomi, karena hal itu tidak hanya membuka lapangan pekerjaan tapi aktifitas ekonomi di sektor riil akan sangat terasa, apalagi para UKM, para petani dan nelayan pun tidak sulit menjual produk atau hasil tani atau hasil tangkapannnya, apalagi hotel dan destinasi wisata.
Namun ada hal yang perlu dicermati, kata Ivanry, ketika membuka data angka pertumbuhan ekonomi Bila melihat perbandingan year on year (y on y) sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2015 tumbuh 6,12 persen; tahun 2016 mulai ada turis naik sedikit ke posisi 6,17 persen; lalu tahun 2017 naik tajam sebesar 6,32 persen.
Namun di tahun 2018 turun pada posisi 6,01 persen, dan tahun 2019 berada di kisaran 5,9-6,0 persen, jika melihat data ini seharusnya kedatangan turis China memberikan dampak bagi PE Sulut, tapi ketika tahun 2018 dan 2019 turun ini menjadi pertanyaan juga soal peningkatan 600 persen turis china harusnya memberikan dampak signifikan secara terus-menerus.
Karena itu, ketika melihat data ini sepertinya kedatangan turis belum menyentuh Langsung pelaku usaha lokal di Sulut, artinya belanja Langsung ke para UKM sangat kecil, dan ini yang harus menjadi perhatian.
"Namun hal lain kita bersyukur karena pertumbuhan ekonomi Sulut Masih di atas Angka PE nasional," kata Ivanry yang juga Ketua Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Manado.
Terkait virus corona yang menguak dan mengakibatkan terhentinya turis masuk ke Manado sudah pasti memberi dampak, katanya, apalagi kepada pihak pengusaha yang mengelola itu.
"Tetapi bagi kami pelaku usaha bahwa “dunia belum berakhir toh ini hanya sementra dan saya optimis beberapa bulan ke depan akan normal kembali," jelasnya.
Di sisi lain, seharusnya ini menjadi kesempatan yang baik untuk menggarap rute penerbangan baru seperti Jepang, Korea, Vietnam, Filipin dan beberapa negara di Asia yg potensial.
Apalagi mulai akhir Maret penerbangan Davao-Manado (PP) akan ditambah dengan masuknya maskapai milik Filipina dengan harga yang lebih kompetitif.
Harus ada kiat dan strategi bagaimana menarik wisatawan yang ada di Cebu dan Davao yang jumlahnya ratusan ribu, bahkan Kemenpar menargetkan di atas 200ribuan dari Filipina.
Sulut sebenarnya sangat diuntungkan karena ‘rasa penasaran’ naiknya turis China di Manado merupakan ‘iklan gratis’ untuk dipromosikan ke negara lain.
Jadi ini harus menjadi target yang serius oleh pemerintah Sulut dibanding promosi Pariwisata ke Eropa, padahal yang seharusnya bukankah lebih baik promosi ke Filipina, Korea, dan negara terdekat sangat potensial untuk digarap.
Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr Joy Tulung mengatakan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tetap optimis pertumbuhan di sektor pariwisata masih akan tetap tumbuh meski adanya wabah virus corona dari China.
Apalagi, katanya, ada penerbangan langsung antara Manado-China, jika ditutup akan berdampak pada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dari China.
Target Sulut
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada 2020 mencapai sebanyak 200.000 orang mengalami peningkatan sebesar 33,33 persen dari 150.000 orang pada 2019
Gubernur Sulut optimistis mencapai target tersebut dan bahkan kemungkinan melampaui, karena semakin banyak objek wisata yang ada di Sulut.
Menurut dia, dukungan pemerintah dalam membuka rute penerbangan sewa antara Manado-China juga semakin membuat banyak wisman yang berkunjung di Sulut.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut, kunjungan wisman ke Sulut sebanyak 118.844 orang pada Januari-November 2019. Pencapaian itu naik 4,96 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang periode itu, kunjungan wisman asal China juga mendominasi sebanyak 105.738 orang.
Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey menargetkan pertumbuhan ekonomi (PE) tahun 2020 sebesar 6,2 persen.
"Kami optimistis target tersebut bisa tercapai, dengan dukungan semua pihak sampai 15 kabupaten dan kota di Sulut," katanya.