Manado (ANTARA) - Kepala Dinas Perkebunan Sulawesi Utara Ir Refly Ngantung mengatakan Sulut masih mengandalkan tiga komoditas unggulan untuk menopang perekonomian daerah.

"Kami masih punya komoditas kelapa, pala, dan cengkih. Produktivitasnya terus kami tingkatkan," kata Ngantung di Manado, Senin.

Kelapa dari provinsi ujung utara Sulawesi itu, sebut dia, masih terbaik di dunia karena tergolong kelapa organik.

Begitupun dengan tanaman pala yang selain telah mendunia juga memiliki indikasi geografis dari Siau (Kabupaten Kepulauan Sitaro), sehingga "branding" ini kerap disalahgunakan daerah lain.

Komoditas selanjutnya adalah cengkih, di mana kadar eugenol (minyak cengkih) tanaman perkebunan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain.

"Kita punya posisi tawar terhadap komoditas ini, kita memiliki bahan baku yang tidak dimiliki negara lain, akan tetapi harganya di bawah, itulah politik dagang," ujarnya.

Dia menambahkan, saat ini sentra tanaman kelapa di Kabupaten Minahasa Utara yaitu Desa Pinilih, Klabat dan Kumeresot terus dipacu produktivitasnya.

Bila dibandingkan dengan sentra tanaman kelapa di daerah ini, produktivitas di tiga desa tersebut bisa mencapai tiga ton kopra kering per hektare.

Produktivitas ini, sebut dia, tidak diikuti di sentar-sentra lainnya karena minim pemeliharaan sehingga produksinya hanya berkisar 500 kilogram kopra kering per hektare.

"Khusus tanaman kelapa yang telah tua dan tidak produktif lagi, pemerintah mendorong dilakukan regenerasi dan pemeliharaan secara intensif," ujarnya.

Selain tiga tanaman perkebunan tersebut, secara perlahan petani juga mulai mengembangkan komoditi vanili dan kopi.

"Khusus kopi untuk kebutuhan lokal belum men cukup karena semakin banyak permintaan, menjamur rumah-rumah kopi. Sentra tanaman kopi berada di Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Raya," sebutnya.

Perkebunan kopi setiap hektare mampu menghasilkan sebanyak 663 kilogram per tahun, sedangkan produksi secara keseluruhan per tahun mencapai 3.665 ton per tahun.

Pewarta : Karel Alexander Polakitan

Copyright © ANTARA 2024