Manado (ANTARA) - Sektor jasa Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Menyusul perlambatan ekonomi yang terjadi di Sulut pada triwulan II tahun 2019, karena produk pertanian dan perkebunan yang anjlok," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat di Manado, Jumat.

Arbonas mengatakan event-evenf MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Segala jenis festival dan perayaan-perayaan itu meningkatkan permintaan barang dan jasa. Konsumsi pasti naik," katanya.

Event dimaksud seperti Manado Fiesta, Tomohon International Flower Festival, Festival Pesona Bunaken dan Festival Selat Lembeh.

"Dampaknya ke mana-mana menang, hotel penuh, penerbangan 'full', orang belanja, makan di restoran," katanya.

Begitu juga dengan Pengucapan Syukur dan perayaan lainnnya yang digelar bergantian.

"Hal tersebut mendorong konsumsi. Sebab orang belanja terutama bahan makanan," katanya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dr Ateng Hartono mengatakan, perlambatan ekonomi berlangsung tiga tahun terakhir. Tahun 2017, Pertumbuhan Ekonomi Sulut 6, 31 persen, tahun 2018 PE Sulut 6, 01 persen. Sementara, hingga Juni 2019, PE Sulut secara kumulatif 6, 02 persen.

"Jatuhnya harga kopra di pasar dunia, begitu pula cengkih. Permintaan berkurang sehingga pasar lesu. Sementara, industri pengolahan dan manufaktur di Sulut belum bisa diandalkan," katanya.

Diketahui, pertanian perkebunan dan perikanan adalah kontributor utama produksi dan ekspor Sulut selama ini. Di tengah perlambatan itu, muncul harapan baru, yakni sektor pariwisata.

"Pariwisata kini jadi harapan baru ekonomi Sulut," katanya.

Di triwulan II 2019, sektor jasa lainnya yang di dalamnya ada pariwisata tumbuh 9 persen.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024