Manado (ANTARA) - Sekolah Lapang Iklim (SLI) diharapkan dapat meningkatkan literasi petani tentang informasi iklim serta mampu diterapkan di sektor pertanian, kata Widyaiswara Utama BMKG Nurhayati  mewakili Deputi Klimatologi BMKG.

"BMKG sejak tahun 2011 telah menyelenggarakan kegiatan SLI secara bertahap di provinsi sentra pangan Indonesia. Ini sebagai bentuk pendekatan literasi iklim guna mengurangi resiko iklim ekstrem," ujarnya    saat pembukaan SLI di Manado, Kamis.

Literasi tersebut berupa pelatihan dalam bentuk konsep dan praktik/simulasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keaksaraan petani tentang isi informasi iklim dan pemanfaatannya di bidang pertanian.

Sejak SLI dilaksanakan mulai tahun 2011-2018, sebanyak 9.435 peserta yang telah mendapatkan pengetahuan "agroklimat" (penyuluh pertanian lapangan petani termasuk pemerintah daerah dan babinsa).

Dia mengatakan SLI  dilaksanakan dalam tiga tahap, SLI I (peserta pemda, babinsa dan dinas pertanian), SLI II (PPL) dan SLI III (PPL terdidik pada SLI II mempraktekkan pengetahuan agroklimat bersama petani dan kelompok tani).

"SLI III waktu pembelajarannya selama sepuluh bulan atau 12 kali pertemuan, dan pertemuan dilaksanakan setiap 10 hari," katanya.

Pada setiap pertemuan, lanjut dia, peserta memaparkan materi, diskusi dan pemaparan hasil temuan pengamatan agroekosistem di lahan terkait pengukuran suhu, curah hujan dan hama penyakit, sedangkan pada pertemuan ke 12 dilaksanakan panen raya.

"BMKG memberikan bimbingan kepada PPL dan petani agar mampu menterjemahkan informasi iklim," katanya.
 

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024