Minahasa Tenggara, Sulut (ANTARA) - Alumni Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) James Sumendap, melontarkan penyesalannya terkait pengambilalihan aset, dengan melakukan penyegelan fasilitas kampus dari Yayasan Pendidikan Pendidikan Tinggi Kristen (YPTK), yang dilakukan Badan Pengurus Majelis Sinode (BPMS) Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) pekan lalu.
Sumendap menyindir tindakan tersebut, dengan menyamakannya seperti telah terjadi aksi premanisme.
“Apa yang dilakukan ini (penyegelan), seperti telah ‘kehilangan Roh Kudus.’ Kalau mau bergaya preman, kenapa tidak dari dulu,” kata James.
Ia menyebutkan, aksi tersebut telah mengkhianati upaya penyatuan UKIT yang telah melibatkan pimpinan civitas akademika dari rektor, wakil rektor, dan pengurus kedua yayasan sudah menyatakan bersatu, tapi kemudian dilakukan penyegelan.
“Ini tidak masuk akal, tidak masuk dalam logika. Walau saya mendukung penyatuan UKIT, namun caranya (penyegelan) ini yang saya tidak suka,” ujar Bupati Minahasa Tenggara ini.
Ia menegaskan, esensi penyatuan UKIT antara YPTK dan Yayasan AZR Wenas ini bukan hanya penyatuan dosen, atau penyelenggara, tapi paling penting persoalan mahasiswanya.
“Esensi persoalan ini bagaimana mereka (mahasiswa), yang juga anak-anak Tuhan ini tidak terabaikan. Ini yang saya coba lakukan. Namun saya bersyukur karena kalau saya tidak mulai, mereka juga tidak akan mulai. Mereka sudah didinginkan lewat penyatuan,” jelasnya.
Ia juga mengakui telah berusaha memfasilitasi penyatuan dua yayasan yakni Yayasan Perguruan Tinggi Kristen (YPTK) GMIM dan Yayasan GMIM Ds AZR Wenas.
"Saya sudah berusaha memfasilitasi. Saya dukung semua yang dilakukan. Apa yang dilakukan untuk penyatuan UKIT saya dukung," tandasnya.***3***
Sumendap menyindir tindakan tersebut, dengan menyamakannya seperti telah terjadi aksi premanisme.
“Apa yang dilakukan ini (penyegelan), seperti telah ‘kehilangan Roh Kudus.’ Kalau mau bergaya preman, kenapa tidak dari dulu,” kata James.
Ia menyebutkan, aksi tersebut telah mengkhianati upaya penyatuan UKIT yang telah melibatkan pimpinan civitas akademika dari rektor, wakil rektor, dan pengurus kedua yayasan sudah menyatakan bersatu, tapi kemudian dilakukan penyegelan.
“Ini tidak masuk akal, tidak masuk dalam logika. Walau saya mendukung penyatuan UKIT, namun caranya (penyegelan) ini yang saya tidak suka,” ujar Bupati Minahasa Tenggara ini.
Ia menegaskan, esensi penyatuan UKIT antara YPTK dan Yayasan AZR Wenas ini bukan hanya penyatuan dosen, atau penyelenggara, tapi paling penting persoalan mahasiswanya.
“Esensi persoalan ini bagaimana mereka (mahasiswa), yang juga anak-anak Tuhan ini tidak terabaikan. Ini yang saya coba lakukan. Namun saya bersyukur karena kalau saya tidak mulai, mereka juga tidak akan mulai. Mereka sudah didinginkan lewat penyatuan,” jelasnya.
Ia juga mengakui telah berusaha memfasilitasi penyatuan dua yayasan yakni Yayasan Perguruan Tinggi Kristen (YPTK) GMIM dan Yayasan GMIM Ds AZR Wenas.
"Saya sudah berusaha memfasilitasi. Saya dukung semua yang dilakukan. Apa yang dilakukan untuk penyatuan UKIT saya dukung," tandasnya.***3***