Manado (ANTARA) - Presiden Joko Widodo diketahui kerap "blusukan" ke berbagai daerah untuk menemui warga Indonesia. "Blusukan" tersebut juga kadang mengikutsertakan 1-2 orang menteri, namun jumlah menteri tersebut dapat bertambah bila ada agenda yang cukup penting untuk dibahas dan dikerjakan.
Pada kunjungan kerja (kunker) Presiden Jokowi ke Sulawesi Utara pada 4-5 Juli 2019, Presiden pun membawa tak kurang enam orang menterinya, yaitu Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly ditambah staf khusus Presiden Johan Budi Sapto Pribowo.
Agenda penting yang dibahas adalah bagaimana mengintegrasikan kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung pariwisata di provinsi Sulawesi Utara yang dinobatkan sebagai "the Rising Star" oleh Kementerian Pariwisata karena kemampuannya mendongkrak kunjungan wisatawan hingga 600 persen dalam waktu 4 tahun terakhir.
Namun pembahasan dan pengerjaan agenda tersebut tidak melulu di dalam ruangan dan bahkan dapat dilakukan di luar ruangan, kali ini di atas kapal Bunaken Crystal 7 yang mengantarkan rombongan Presiden ke Taman Nasional Bunaken pada sekitar pukul 07.00 WITA.
"Pak Menko gak pakai pelampung? Emang bisa berenang?" tanya Presiden Joko Widodo kepada Menko Perekonomian Darmin Nasution di atas kapal tersebut. Presiden duduk di depan Darmin.
Lantai dua kapal cepat itu memang memiliki tempat duduk untuk memandang Teluk Manado yang biru cerah. Namun meski tampak kokoh, penumpang yang naik ke bubungan kapal tetap harus mengenakan jaket pelampung, persoalannya meski Presiden sudah mengenakan jaket namun Menko Perekonomian Darmin Nasution belum mendapatkan jaket berwarna oranye cerah itu.
"Yang ini gak muat Pak," kata Menko Darmin sambil menunjuk pelampung yang diberikan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
"Ya sudah ini saja copot, pakai yang itu saja," kata Presiden bergurau sambil menunjuk pelampung kapal berbentuk bulat seperti donat yang menyender di sisi kapal.
Menko Darmin pun tampak tertawa kecil. "Tapi ini sudah komplit ya," kata Presiden kepada Seskab Pramono Anung yang duduk di bangku sebelahnya.
"Iya Pak, gak kalah dengan di Bali," balas Pramono.
"Di sini malah bagusnya ada kelapa-kelapanya juga," ungkap Presiden.
"Yang kurang itu bau-bau dupa loh Pak," balas Pramono
Pembicaraan pun mengalir ditambah dengan sejumlah informasi mengenai wilayah sekeliling Bunaken dari Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey.
Sekitar pukul 07.35 WITA, Presiden tiba di dermaga Taman Nasional Bunaken dan berpindah ke kapal yang lebih kecil untuk menuju perairan di tengah taman nasional tersebut.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, Presiden dan rombongan kembali lagi pindah ke kapal yang memiliki ruangan kaca di bagian bawah sehingga dapat memandangi terumbu karang, koral maupun ikan di perairan taman Nasional Bunaken.
Seusai lebih kurang 45 menit perjalanan, rombongan tiba di Dermaga Bunaken dan berganti kapal khusus yang dilengkapi ruang bawah kapal untuk menuju laut lepas dan menikmati kecantikan ikan-ikan tropis serta terumbu karang yang eksotis di salah satu perairan di tempat dengan biodiversitas tertinggi di dunia.
Kawasan wisata tersebut memang menjadi salah satu magnet pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Setiap tahunnya, pemerintah setempat menggelar Festival Pesona Bunaken yang selalu diminati wisatawan asing.
Puas menikmati keindahan isi laut, Presiden, Ibu Negara serta rombongan kembali merapat ke dermaga Taman Nasional Bunaken untuk menyapa warga yang sudah menanti mereka. Warga pun mendekati Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko WIdodo untuk berswafoto dan bersalaman.
Warga yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bunaken meminta bantuan perbaikan listrik dan fasilitas air bersih kepada Presiden Joko Widodo.
"Pak tolong untuk masalah listrik dan air bersih," kata seorang ibu dari pinggir dermaga Bunaken, Sulawesi Utara, Jumat.
"Dua itu saja? Listrik dan air bersih, OK saya catat," kata Presiden Joko Widodo.
Presiden lalu memanggil Sekretaris Kabinet Pramono Anung untuk mencatat kebutuhan warga tersebut.
"Tahun ini dimulai di Bunaken kan, listrik dan nanti air bersih akan dikerjakan oleh menteri PU. Sudah dicek tinggal dikerjakan, kita sudah tahu di situ ada masalah air bersih," kata Presiden.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa sumber air bersih di Bunaken berasal dari reverse osmosis yaitu metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring).
"Dengan reverse osmosis yaitu 0,58 liter per detik jadi ada reverse osmosis dengan desalinasi. Itu masih kurang, di sana akan kita bikin embung," kata Basuki.
Embung berukuran kecil tersebut akan dibangun pada 2020.
"Insya Allah cukup, (Ditjen) Cipta Karya suda datang, sudah ditambahi, tapi kalau listrik saya belum," tambah Basuki.
Presiden selanjutnya kembali menaiki kapal Bunake Crystal 7 untuk mengantarkannya ke Pelabuhan Manado. Dalam perjalanan ke Manado, Presiden pun masih menyempatkan untuk bicara soal pariwisata dengan para menteri yang menyertainya.
"Dicueki" anak sekolah
Selain terkenal dengan keindahan laut, Sulut juga dikenal dengan kekayaan budaya termasuk ragam lagu yang mencerminkan budaya nusantara.
Presiden dan rombongan disambut dengan lagu bertema nusantara dan saling menyayangi saat mengunjungi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung.
"Terima kasih yang mulia/tuntutan tangannya setia/dari Tuhan pelindung kita/tuntutan tangannya setia dari Tuhan/ pelindung kita ke tempat tinggi/ Sungguh trima kasih yang mulia
Bersatu giat menyayangi/berat ringan semua tua muda kita maju bersama-sama harum negeri damai sesama/bersatu giat menyayangi dalam budaya negeri ini/
terpelihara dan lestari kian hari kian berseri/gema damai di dalam kita bersaudara bersamaan bagi Tuhan/
tua muda kita maju bersama, harus negeri maju bersama/"
Demikianlah petikan lagu yang dinyanyikan paduan suara SDN Pusukan, pulau Lembeh, yang bernyanyi lengkap dengan gerakan serempak.
Dua kali paduan suara itu mendendangkan lagu dengan gerakannya. Pertama saat Presiden berdiskusi dengan para menteri di depan gerbang KEK Bitung dan kedua saat akhirnya perhatian Presiden tertuju pada mereka karena Ibu Negara Iriana Joko Widodo sudah lebih dulu memberikan buku tulis kepada anggota paduan suara.
Namun saat Presiden berupaya untuk mengajak bicara para penyanyi cilik tersebut, tak ada yang menyambut pertanyaan Presiden dan semuanya tetap berkonsentrasi bernyanyi dan menari.
Semua anggota paduan suara tetap setia dengan perintah pemimpinnya, seorang bocah kecil yang juga masih duduk di bangku kelas 5 SD.
"Wah ini profesional sekali. Suaranya bagus, pas diajak omong gak mau," kata Presiden sambil tertawa.
"Saya nanya ke dua orang, satu gak mau, yang satu lagi juga gak ada yang mau, bagus profesional," ungkap Presiden memberikan apresiasi kepada para anggota paduan suara tersebut.
Profesionalisme dipadu dengan seni budaya memang jadi resep manjur untuk mendorong pertumbuhan industri pariwisata, mampukah pemerintah dan warga Sulawesi Utara menunjukkannya secara konsisten? Mari kita tunggu jawabannya.
Pada kunjungan kerja (kunker) Presiden Jokowi ke Sulawesi Utara pada 4-5 Juli 2019, Presiden pun membawa tak kurang enam orang menterinya, yaitu Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly ditambah staf khusus Presiden Johan Budi Sapto Pribowo.
Agenda penting yang dibahas adalah bagaimana mengintegrasikan kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung pariwisata di provinsi Sulawesi Utara yang dinobatkan sebagai "the Rising Star" oleh Kementerian Pariwisata karena kemampuannya mendongkrak kunjungan wisatawan hingga 600 persen dalam waktu 4 tahun terakhir.
Namun pembahasan dan pengerjaan agenda tersebut tidak melulu di dalam ruangan dan bahkan dapat dilakukan di luar ruangan, kali ini di atas kapal Bunaken Crystal 7 yang mengantarkan rombongan Presiden ke Taman Nasional Bunaken pada sekitar pukul 07.00 WITA.
"Pak Menko gak pakai pelampung? Emang bisa berenang?" tanya Presiden Joko Widodo kepada Menko Perekonomian Darmin Nasution di atas kapal tersebut. Presiden duduk di depan Darmin.
Lantai dua kapal cepat itu memang memiliki tempat duduk untuk memandang Teluk Manado yang biru cerah. Namun meski tampak kokoh, penumpang yang naik ke bubungan kapal tetap harus mengenakan jaket pelampung, persoalannya meski Presiden sudah mengenakan jaket namun Menko Perekonomian Darmin Nasution belum mendapatkan jaket berwarna oranye cerah itu.
"Yang ini gak muat Pak," kata Menko Darmin sambil menunjuk pelampung yang diberikan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
"Ya sudah ini saja copot, pakai yang itu saja," kata Presiden bergurau sambil menunjuk pelampung kapal berbentuk bulat seperti donat yang menyender di sisi kapal.
Menko Darmin pun tampak tertawa kecil. "Tapi ini sudah komplit ya," kata Presiden kepada Seskab Pramono Anung yang duduk di bangku sebelahnya.
"Iya Pak, gak kalah dengan di Bali," balas Pramono.
"Di sini malah bagusnya ada kelapa-kelapanya juga," ungkap Presiden.
"Yang kurang itu bau-bau dupa loh Pak," balas Pramono
Pembicaraan pun mengalir ditambah dengan sejumlah informasi mengenai wilayah sekeliling Bunaken dari Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey.
Sekitar pukul 07.35 WITA, Presiden tiba di dermaga Taman Nasional Bunaken dan berpindah ke kapal yang lebih kecil untuk menuju perairan di tengah taman nasional tersebut.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, Presiden dan rombongan kembali lagi pindah ke kapal yang memiliki ruangan kaca di bagian bawah sehingga dapat memandangi terumbu karang, koral maupun ikan di perairan taman Nasional Bunaken.
Seusai lebih kurang 45 menit perjalanan, rombongan tiba di Dermaga Bunaken dan berganti kapal khusus yang dilengkapi ruang bawah kapal untuk menuju laut lepas dan menikmati kecantikan ikan-ikan tropis serta terumbu karang yang eksotis di salah satu perairan di tempat dengan biodiversitas tertinggi di dunia.
Kawasan wisata tersebut memang menjadi salah satu magnet pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Setiap tahunnya, pemerintah setempat menggelar Festival Pesona Bunaken yang selalu diminati wisatawan asing.
Puas menikmati keindahan isi laut, Presiden, Ibu Negara serta rombongan kembali merapat ke dermaga Taman Nasional Bunaken untuk menyapa warga yang sudah menanti mereka. Warga pun mendekati Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko WIdodo untuk berswafoto dan bersalaman.
Warga yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bunaken meminta bantuan perbaikan listrik dan fasilitas air bersih kepada Presiden Joko Widodo.
"Pak tolong untuk masalah listrik dan air bersih," kata seorang ibu dari pinggir dermaga Bunaken, Sulawesi Utara, Jumat.
"Dua itu saja? Listrik dan air bersih, OK saya catat," kata Presiden Joko Widodo.
Presiden lalu memanggil Sekretaris Kabinet Pramono Anung untuk mencatat kebutuhan warga tersebut.
"Tahun ini dimulai di Bunaken kan, listrik dan nanti air bersih akan dikerjakan oleh menteri PU. Sudah dicek tinggal dikerjakan, kita sudah tahu di situ ada masalah air bersih," kata Presiden.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa sumber air bersih di Bunaken berasal dari reverse osmosis yaitu metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring).
"Dengan reverse osmosis yaitu 0,58 liter per detik jadi ada reverse osmosis dengan desalinasi. Itu masih kurang, di sana akan kita bikin embung," kata Basuki.
Embung berukuran kecil tersebut akan dibangun pada 2020.
"Insya Allah cukup, (Ditjen) Cipta Karya suda datang, sudah ditambahi, tapi kalau listrik saya belum," tambah Basuki.
Presiden selanjutnya kembali menaiki kapal Bunake Crystal 7 untuk mengantarkannya ke Pelabuhan Manado. Dalam perjalanan ke Manado, Presiden pun masih menyempatkan untuk bicara soal pariwisata dengan para menteri yang menyertainya.
"Dicueki" anak sekolah
Selain terkenal dengan keindahan laut, Sulut juga dikenal dengan kekayaan budaya termasuk ragam lagu yang mencerminkan budaya nusantara.
Presiden dan rombongan disambut dengan lagu bertema nusantara dan saling menyayangi saat mengunjungi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung.
"Terima kasih yang mulia/tuntutan tangannya setia/dari Tuhan pelindung kita/tuntutan tangannya setia dari Tuhan/ pelindung kita ke tempat tinggi/ Sungguh trima kasih yang mulia
Bersatu giat menyayangi/berat ringan semua tua muda kita maju bersama-sama harum negeri damai sesama/bersatu giat menyayangi dalam budaya negeri ini/
terpelihara dan lestari kian hari kian berseri/gema damai di dalam kita bersaudara bersamaan bagi Tuhan/
tua muda kita maju bersama, harus negeri maju bersama/"
Demikianlah petikan lagu yang dinyanyikan paduan suara SDN Pusukan, pulau Lembeh, yang bernyanyi lengkap dengan gerakan serempak.
Dua kali paduan suara itu mendendangkan lagu dengan gerakannya. Pertama saat Presiden berdiskusi dengan para menteri di depan gerbang KEK Bitung dan kedua saat akhirnya perhatian Presiden tertuju pada mereka karena Ibu Negara Iriana Joko Widodo sudah lebih dulu memberikan buku tulis kepada anggota paduan suara.
Namun saat Presiden berupaya untuk mengajak bicara para penyanyi cilik tersebut, tak ada yang menyambut pertanyaan Presiden dan semuanya tetap berkonsentrasi bernyanyi dan menari.
Semua anggota paduan suara tetap setia dengan perintah pemimpinnya, seorang bocah kecil yang juga masih duduk di bangku kelas 5 SD.
"Wah ini profesional sekali. Suaranya bagus, pas diajak omong gak mau," kata Presiden sambil tertawa.
"Saya nanya ke dua orang, satu gak mau, yang satu lagi juga gak ada yang mau, bagus profesional," ungkap Presiden memberikan apresiasi kepada para anggota paduan suara tersebut.
Profesionalisme dipadu dengan seni budaya memang jadi resep manjur untuk mendorong pertumbuhan industri pariwisata, mampukah pemerintah dan warga Sulawesi Utara menunjukkannya secara konsisten? Mari kita tunggu jawabannya.