Manado (ANTARA) - Petani akan mengalami keuntungan jika harga cengkih di atas angka Rp100 ribu per kilogram (kg).

"Harga cengkih saat ini sebesar Rp75 ribu per kg, dinilai masih sangat merugikan petani," kata R Sumual, petani cengkih asal Kabupaten Minahasa Selatan, Senin.

Dia mengatakan kalau hitung-hitungan berdasarkan inflasi sebenarnya harga tersebut masih jauh di bawah itu. Contoh, tahun 2018 harga saat panen ada di kisaran Rp95.000-Rp100.000/kg.

"Seharusnya tahun 2019 minimal seperti itu, hitung-hitungan inflasi sekitar 5 persen berarti harusnya di atas Rp100 ribu/kg. Menurut kita idealnya begitu," jelasnya.

Kalau harga tidak naik, katanya, petani akan merugi karena biaya panen saat ini sangat tinggi.

Namun, dia juga mengapresiasi langkah yang diambil Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang bekerja sama dengan perusahaan nasional untuk membeli cengkih Sulut dengan harga Rp85 ribu per kg.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Jenny Karouw mengatakan pemerintah daerah terus mencari cara agar harga cengkih di Sulut tidak anjlok saat produksi melimpah.

"Pemerintah terus mencari terobosan sehingga harga cengkih Sulut dijual dengan harga yang wajar dan menguntungkan petani," jelasnya.

Pemerintah Sulut, katanya, menjalin kerja sama dengan PT Djarum Kudus yang siap membeli cengkih Sulut dengan harga Rp85 ribu per kilogram, dan memiliki kadar air 13 persen.

"Kami tahu komoditas cengkih Sulut memiliki ciri khas dan kualitas yang berbeda dengan cengkih di daerah lain," katanya.

Sehingga, katanya, sejumlah perusahaan rokok wajib menambahkan komoditas cengkih asal Sulut dalam setiap produknya, karena memiliki kekhasan tersendiri.

Kesediaan PT Djarum menyerap sebagian besar komoditas yang sering disebut "emas cokelat" ini dengan harga layak dapat dimanfaatkan oleh petani di Sulut.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024