Minahasa Tenggara, Sulut (ANTARA) - Alumni Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) James Sumendap mengatakan, sudah saatnya salah satu kampus kebanggaan masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) menjadi satu.
"Saat ini sudah saatnya UKIT untuk bersatu kembali menjadi satu kesatuan dengan mengesampingkan ego yang selama ini muncul," kata James yang juga Bupati Minahasa Tenggara itu.
Sebagai alumni, ia mengaku prihatin dengan kondisi dualisme di kampus kebanggaannya sudah berlangsung hampir 13 tahun lamanya.
"Saya selaku almunus hanya melihat dari luar saja. Padahal, ada banyak anak-anak kita, adik-adik kita dan saudara-saudara kita yang menimba ilmu disana. 13 tahun, mereka tak punya status jelas soal pendidikan. Bahkan status kependetaan pun dipermasalahkan," katanya.
Ia mengungkapkan, UKIT yang menjadi lembaga pendidikan di lingkungan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) harus bisa kembali menjadi kebanggaan bersama.
Harapannya, petinggi yayasan baik YPTK maupun AZR Wenas akan dapat memberikan harapan besar penyatuan UKIT demi GMIM secara keseluruhan.
"Kami semua berharap ini dapat segera bersatu. Disini hadir dua rektor UKIT fair YPTK dan AZR Wenas yakni Pak Pendeta Siwu dan Pak Prof Ratag. Mudah-mudahan saja ini segera terselesaikan, karena semua warga GMIM berharap seperti itu," tandasnya.
Sementara, dua tokoh yayasan baik YPTK maupun AZR Wenas masing-masing Richard Siwu dan Profesor Mezak A Ratag, memberikan keterangannya kepada sejumlah awak media.
Dalam pernyataan keduanya, mengakui saat ini tengah melakukan rekonsiliasi hingga penyatuan UKIT secara keseluruhan. "Sedang berproses. Kita tengah melakukan penyatuan UKIT secara keseluruhan," ungkap keduanya usai pelaksanaan ibadah syukur HUT PI-PK Ke-188, di kediaman Bupati James Sumendap, Tombatu.
Menurut Profesor Ratag, keinginan untuk menyatukan GMIM itu sudah ada sudah berlangsung beberapa bulan belakangan ini.
"Dan keinginan ketika itu (UKIT, red) disatukan, tidak ada yang ditinggalkan baik itu mahasiswa dan dosen. Semua kembali pada misi dan visi GMIM. Itu konsep yang dijalankan," ungkap Ratag diiyakan Pendeta Siwu.
Keduanya menerangkan, proses penyatuan UKIT yang tengah dilakukan yakni menginput data mahasiswa sedari 13 tahun silam.
"Satu persatu kita input. Dan itu sudah direkomendasikan pihak kementerian. Artinya, pangkalan data kita sedang disatukan saat ini. Kedepan kita akan sama-sama. Sebab ada sekitar 1700-an data yang harus diselesaikan terlebih dahulu," jelas keduanya.
Sedangkan, proses penyatuan yayasan dikatakan keduanya akan terus menimbulkan masalah. Sebaliknya mereka mengambil langkah mempersatukan terlebih dahulu mahasiswa dan dosen.
"Saat ini sudah saatnya UKIT untuk bersatu kembali menjadi satu kesatuan dengan mengesampingkan ego yang selama ini muncul," kata James yang juga Bupati Minahasa Tenggara itu.
Sebagai alumni, ia mengaku prihatin dengan kondisi dualisme di kampus kebanggaannya sudah berlangsung hampir 13 tahun lamanya.
"Saya selaku almunus hanya melihat dari luar saja. Padahal, ada banyak anak-anak kita, adik-adik kita dan saudara-saudara kita yang menimba ilmu disana. 13 tahun, mereka tak punya status jelas soal pendidikan. Bahkan status kependetaan pun dipermasalahkan," katanya.
Ia mengungkapkan, UKIT yang menjadi lembaga pendidikan di lingkungan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) harus bisa kembali menjadi kebanggaan bersama.
Harapannya, petinggi yayasan baik YPTK maupun AZR Wenas akan dapat memberikan harapan besar penyatuan UKIT demi GMIM secara keseluruhan.
"Kami semua berharap ini dapat segera bersatu. Disini hadir dua rektor UKIT fair YPTK dan AZR Wenas yakni Pak Pendeta Siwu dan Pak Prof Ratag. Mudah-mudahan saja ini segera terselesaikan, karena semua warga GMIM berharap seperti itu," tandasnya.
Sementara, dua tokoh yayasan baik YPTK maupun AZR Wenas masing-masing Richard Siwu dan Profesor Mezak A Ratag, memberikan keterangannya kepada sejumlah awak media.
Dalam pernyataan keduanya, mengakui saat ini tengah melakukan rekonsiliasi hingga penyatuan UKIT secara keseluruhan. "Sedang berproses. Kita tengah melakukan penyatuan UKIT secara keseluruhan," ungkap keduanya usai pelaksanaan ibadah syukur HUT PI-PK Ke-188, di kediaman Bupati James Sumendap, Tombatu.
Menurut Profesor Ratag, keinginan untuk menyatukan GMIM itu sudah ada sudah berlangsung beberapa bulan belakangan ini.
"Dan keinginan ketika itu (UKIT, red) disatukan, tidak ada yang ditinggalkan baik itu mahasiswa dan dosen. Semua kembali pada misi dan visi GMIM. Itu konsep yang dijalankan," ungkap Ratag diiyakan Pendeta Siwu.
Keduanya menerangkan, proses penyatuan UKIT yang tengah dilakukan yakni menginput data mahasiswa sedari 13 tahun silam.
"Satu persatu kita input. Dan itu sudah direkomendasikan pihak kementerian. Artinya, pangkalan data kita sedang disatukan saat ini. Kedepan kita akan sama-sama. Sebab ada sekitar 1700-an data yang harus diselesaikan terlebih dahulu," jelas keduanya.
Sedangkan, proses penyatuan yayasan dikatakan keduanya akan terus menimbulkan masalah. Sebaliknya mereka mengambil langkah mempersatukan terlebih dahulu mahasiswa dan dosen.