Manado, (Antaranews Sulut) - Kota Bitung berjarak sekitar 45 kilometer dari ibu kota Sulawesi Utara dan bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

Posisi geografis Kota Bitung sebagai kota pelabuhan internasional dan gerbang perniagaan, menjadikan Pemerintah Kota Bitung mencanangkan visi "Bitung Kota Sejahtera, Maju, Berdaya Saing dan Berbudaya, Menjadi Titik Simpul dan Pintu Gerbang Indonesia di Kawasan Asia Pasifik".

Slogan pemerintah kota adalah "Bitung Bahari Berseri" dengan berlandaskan lima pesona yang menjadi daya tarik pariwisata Kota Bitung, yakni "Pesona Bahari", "Pesona Flora", "Pesona Fauna", "Pesona Industri", "Pesona Sejarah Budaya dan Religi".

Bitung adalah kota yang "berwarna", berkat ragam pesona objek wisata. Kecantikan alam dan laut, khazanah kuliner, serta lanskap kota. Keindahan daratan, lautan perbukitan hingga pegunungan. Keragaman budaya dan jejak sejarah.

Wisatawan bisa memilih bersantai dengan berenang menikmati keindahan pantai bersih dan alami, menginap di resort-resort atau "homestay" yang dikelola masyarakat dengan pemandangan memukau dari Gunung Dua Sudara.

Penyuka petualangan seperti olahraga selam maupun snorkeling dimanjakan dengan pesona Selat Lembeh. Inilah salah satu titik destinasi diving dunia berkat 92 titik selam.

Keunikan Selat Lembeh terletak pada biota berukuran kecil, langka, dan tidak ditemukan di tempat lain karena bersifat endemik yang tidak akan ditemukan di kawasan lainnya.

"The Mecca of Divers"

Hal ini menjadikan Selat Lembeh tersohor sebagai "The Mecca of Divers" atau "The Mecca of Macro Photography".

Cagar Alam Tangkoko menambah pesona Bitung. Inilah rumah alami dan habitat asli bagi ratusan mamalia, burung dan reptil serta amfibi. Jangan lupakan dua primata endemik Sulawesi Utara yang terancam punah, Yaki dan Tarsius, yang bisa ditemukan di Tangkoko.

Kekayaan fauna yang ada di Cagar Alam Tangkoko, Taman Wisata Batu Putih, Taman Wisata Batu Angus seperti pohon enau, woka, ebony hingga pohon bitung, menjadikan treking adalah aktivitas yang tak boleh dilewatkan.

Nikmati keindahan dan keunikan tiga kawasan ekowisata, menyusuri hutan mangrove sekaligus menikmati keindahan pantai. Silakan mampir ke Kawasan Ekowisata Pintu Kota, Ekowisata Kareko dan Ekowisata Pasir Panjang bagi penyuka wisata alam.

Bitung juga merupakan kota multikultur dan multietnis. Etnis Sangihe-Talaud, Minahasa, Gorontalo, Toraja Tionghoa, Makassar, Gowa, Bugis, Jawa, dan lain sebagainya, hidup berdampingan secara damai.

Wisata sejarah juga menjadi daya tarik Bitung. Luangkan waktu untuk datang ke jejak sejarah Perang Dunia II di Monumen Trikora, Monumen Jepang, Kapal Karam/Mawali Wreck, Aer Prang dan masih banyak lagi

Bitung juga merupakan kota industri yang dinamis berkat keberadaan industri perkapalan, pengalengan ikan, minyak goreng, hingga mie instan.

Dengan kondisi alam serta potensi yang ada di Kota Bitung, pemerintah kota maupun provinsi Sulut terus mendorong dan mengupayakan agar bisa dimanfaatkan untuk menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara datang ke daerah tersebut sebanyak-banyaknya.

Sehingga, berbagai kegiatan terus dilakukan, agar wisatawan mancanegara (wisman) semakin banyak datang ke Kota Bitung, dan otomatis akan menggerakkan semua sektor perekonomian.



Festival Pesona Selat Lembeh



Pemerintah Kota Bitung, Sulawesi Utara kembali menggelar "Festival Pesona Selat Lembeh" (FSPL) 2018.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, FSPL kembali diadakan tanggal 6-10 Oktober dengan tema "Sail The Difference".

Wali Kota Bitung Maximilian Jonas Lomban mengatakan FSPL yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Bitung, adalah wujud perayaan masyarakat bahari yang tahun ini kian mengukuhkan festival sebagai pesta rakyat sekaligus etalase pariwisata Kota Bitung.

FSPL tahun 2018 akan meramu secara kreatif pertunjukan ritual budaya, parade perahu "Sailing Pass", syukuran budaya "Thanksgiving Day" yang unik, pertunjukan musik, marathon 10K ekshibisi kuliner dan pemutaran film, marching band, lomba kuliner, hingga aneka lokakarya dengan beragam tema.

Sehingga diharapkan FSPL mampu menjadi destinasi yang memberi kesempatan bagi wisatawan untuk menikmati kecantikan kota Bitung sekaligus menikmati festival wisata kota ini.

Tahun 2018, katanya, penyelenggaraan FSPL yang akan diadakan di Pelabuhan Perikanan Kota Bitung, dikemas berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Yakni dengan rangkaian acara pembuka Sailing Pass yang merupakan parade kapal untuk kian mengukuhkan Kota Bitung sebagai kota bahari.

Dia mengatakan inilah roh yang menghidupkan FSPL dan selaras dengan slogan Pemerintah Kota "Bitung Bahari Berseri".

Sailing Pass adalah acara unggulan yang akan menampilkan parade ratusan kapal nelayan, kapal perang dan kapal layar melintasi perairan Selat Lembeh.

Selain itu, festival tahun 2018 juga dikemas berbeda dengan keberadaan 3 zona tematik yang inspiratif. Zona Tarsius -Eco Area, Yaki-Zona Festival, Pigmy-Zona Kuliner.

Masing-masing zona akan menampilkan rangkaian acara yang variatif. Untuk memberikan kenyamanan dan kepuasan maksimal bagi pengunjung melalui pilihan zona sesuai minat para masyarakat dan wisatawan.

Pelaksanaan tahun ini juga didukung beragam penampil berskala nasional seperti Gugun Blues Shelter, D Massive, Anji, DJ Innocent, Shandrayati Fay, Rhytm Rebels, dengan tak lupa menyuguhkan penampilan budaya tradisional Kota Bitung seperti masamper, maengket, kolintang, tari kabasaran dan barongsay liong sebagai wujud keragaman di kota ini.

Nikmati juga keseruan "Disko Tanah" yang berakar dari kebiasaan masyarakat Bitung. Saksikan penampilan spesial Teater Sanggar Tangkasi yang menjadi sanggar seni kebanggaan Kota Bitung yang akan memeriahkan pelaksanaan Festival Pesona Selat Lembeh tahun 2018.

Beragam lokakarya dengan tema menarik juga menjadi bagian penting FSPL 2018, tak lain agar perayaan tahunan ini dapat menjadi ajang pertukaran ide dan diskusi yang berkenaan dengan tema pariwisata, budaya dan lingkungan dengan menampilkan beragam pembicara yang kompeten di bidang masing-masing.

FSPL 2018 diharapkan menjadi pesta dan temu rakyat yang mengajak semua orang untuk menikmati kegembiraan dan kemeriahan festival.

Dari tahun ke tahun, penyelenggaraan acara tahunan FSPL memang untuk memromosikan sekaligus mengukuhkan Kota Bitung sebagai wisata alternatif baru yang layak diperhitungkan di Sulawesi Utara.

Wakil Wali (Wawali) Kota Bitung, Maurits Mantiri mengatakan Selat Lembeh adalah selat di Kota Bitung, yang menghubungkan daratan utama Pulau Sulawesi dengan Pulau Lembeh, dan bisa ditempuh dengan menyeberang kapal atau ferry selama 10 menit saja.

Ia mengatakan selat Lembeh adalah salah satu destinasi unggulan Kota Bitung yang telah dikenal di kalangan diver mancanegara, sebagai salah satu titik destinasi diving dunia berkat keberadaan "critters" unik yang hanya ada di Bitung. Selat ini juga dikenal sebagai "spot muck" diving terbaik dunia.

FSPL telah diadakan sejak tahun 2009. Festival yang kian tahun kian berkembang, awalnya merupakan wujud rasa syukur para nelayan dan pengusaha ikan atas hasil laut yang berlimpah.

Maurits mengatakan FSPL 2018 akan memberi wadah seluas-luasnya bagi kreatifitas warga Kota Bitung untuk persembahan terbaik dari masyarakat untuk masyarakat, dengan harapan gaung dan promosi wisata Kota Bitung dapat sampai ke masyarakat di luar Kota Bitung bahkan hingga mancanegara.

"Kota Bitung dikarunia Tuhan dengan laut, hutan, dan pulau. Lengkap sebagai satu kota yang tak dimiliki kota lain di Indonesia. Festival Pesona Selat Lembeh ini sudah diselenggarakan bertahun-tahun tetapi baru tahun kemarin didukung pemerintah. Bitung sebelumnya terkenal sebagai perikanan. Saya pikir juga tak bagus, kita tambah pariwisata untuk pengembangan dan kontribusi terhadap pemerintah," katanya.



Ribuan Wisman



Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menargetkan sebanyak 200 ribu wisman ditaregtkan dapat berkunjung ke Sulut pada 2019.

"Tahun depan ditargetkan sebanyak 200 ribu wisatawan asing datang ke Sulut," katanya.

Dia menjelaskan jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut secara akumulatif sampai dengan Juli 2018 mencapai 71 ribu orang. Angka tersebut meningkat dibanding periode yang sama 2017 yaitu 41.487 orang.

Karenanya, Olly optimis pada 2019 jumlah kunjungan wisman ke Sulut dapat mencapai 200 ribu orang.

Ia mengatakan penerbangan dari Tiongkok menuju Manado mampu meningkatkan kunjungan wisman di Sulut.

Ke depan, katanya, akan terus dijajaki penerbangan ke negara lain seperti Filipina dan Korea Selatan juga Jepang.

Pihaknya akan berupaya mendorong sektor pariwisata di Sulut semakin menggeliat, karena akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi lagi.

Sebagai upaya juga mendukung program Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan sebanyak 20 juta kunjungan wisman pada 2019.

Menurut Olly, pihaknya bersyukur dengan peningkatan kunjungan wisatawan itu. Sebab, sambungnya, semakin meningkatnya kunjungan wisatawan, maka sangat berdampak pula bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Sulut.

Dirinya menyadari kunjungan wisatawan ke Sulut harus diimbangi dengan pelayanan prima kepada para wisatawan seperti wisman dari China. Hal itu dapat dicapai dengan baiknya penguasaan budaya dan bahasa. Hut ke -28 Kota Bitung Tahun 2018 (1)
Tingkatkan Koordinasi

Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven OE Kandouw mengatakan bahwa seluruh SKPD baik lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara maupun kabupaten dan kota harus berinovasi dalam mengarahkan program kerjanya guna mendukung program prioritas di bidang pengelolaan pariwisata.

Sektor pariwisata di era pemerintahan Olly-Steven Kandouw adalah primadona, untuk itu adalah kewajiban bagi setiap SKPD untuk memainkan peran mereka melalui program kerja guna mendukung pengembangan pariwisata di Sulut.

Kreatifitas masing-masing kepala SKPD diuji sekaligus dievaluasi dalam berkompetisi memajukan pariwisata di Sulawesi Utara, mereka harus secara aktif berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Sulawesi Utara.

Tidak hanya itu, pemerintah kabupaten/kota juga harus bersinergi bersama pemerintah provinsi dalam memajukan pariwisata Sulawesi Utara.

Seperti di Kota Bitung dengan berbagai potensi bisa dijadikan daya tarik tersendiri untuk wisatawan.

Pengembangan pariwisata, katanya, adalah program "keroyokan". Untuk itu koordinasi antara Pemprov Sulut dengan pemkab/pemkot harus terus ditingkatkan, dan al ini bukan semata-mata tanggung jawab dari Dinas Pariwisata saja melainkan seluruh SKPD, baik di provinsi maupun kabupaten/kota.

"Kita harus berbenah diri karena ini ibarat menjual barang yang kita jualkan iven, alam ,kuliner, pelayanan dan lain-lain, karena capaian belum seperti yang diharapakan," kata Wagub Kandouw.

Ia menegaskan ada empat hal yang harus di lihat dalam dunia pariwisata Sulut, dan itu merupakan keinginan Gubernur Sulut Olly Dondokambey yakni infrastruktur, kemudian revolusi industri generasi keempat, keamanan, serta "event", karena dunia pariwisata membawa angin segar dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta penciptaan lapangan pekerjaan yang rata rata di atas nasional.





(T.KR-NCY/B/A035/C/A035) 08-10-2018 16:45:48

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Nancy Lynda Tigauw
Copyright © ANTARA 2024