Manado, (Antaranews Sulut) - "Pesona Bunaken", salah satu agenda Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara, Kamis (19/7), oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Manado dijadikan momentum untuk memberi label rumah-rumah makan dan restoran yang sebelumnya diuji keamanan pangannya.

  Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Manado ingin memastikan, apakah dua puluhan usaha kuliner yang menjajakan makanan itu tidak mengandung bahan berbahaya dan sehat saat diolah.

  Sebanyak 13 rumah makan dan restoran di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), dinyatakan lulus uji serta disertifikasi aman dan sehat.

   "Dari 22 rumah makan dan restoran yang sarananya telah diperiksa, sebanyak 13 di antaranya direkomendasikan tim terpadu untuk mendapatkan sertifikat dan pemasangan stiker label pang barasa," kata Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan di Manado Dra Rustyawati Apt MKes Epid di Manado.

   Dia mengatakan, tim terpadu Kota Manado yang bersinergi melakukan pengujian adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan, serta Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Perdagangan Provinsi Sulut.

  Label "Pang Barasa" adalah bagian dari gerakan labelisasi pangan siap saji bebas bahan berbahaya dan sehat, ujarnya menjelaskan.

  Pemilihan nama label "Pang Barasa" berasal dari bahasa Manado yang mengartikan "suka mencicipi", kurang lebih dimaksudkan tim terpadu bersama-sama mengecek, menguji pangan yang beredar.

  "Keamanan pangan dari bahan berbahaya sering diabaikan, begitupun dengan sisi kebersihan dalam pengolahan di sarananya," ujarnya.

  Pemasangan label "Pang Barasa" di Kota Manado dilakukan di empat titik kawasan kuliner yaitu Bahu Mall, Manado Town Square, Wakeke dan Tikala Baru.

  Rustyawati menambahkan, gerakan labelisasi pangan siap saji bebas bahan berbahaya dan sehat berawal dari "workshop" bersama lintas sektor terkait dari kabupaten dan kota di daerah ini.

  Empat daerah ditetapkan sebagai lokus gerakan labelisasi ini yaitu Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon dan Kota Kotamobagu.

  Gerakan labelisasi ini, kata dia, adalah bagian dari upaya BBPOM dan instansi terkait lainnya mendukung program pemerintah daerah di bidang pariwisata, di mana provinsi ini telah menjadi destinasi pariwisata dunia.

  "Kita ingin memberikan rasa aman kepada wisatawan ketika berkunjung ke daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata," ujarnya.

  Sertifikasi sekaligus memberikan label pangan aman dan sehat atas rumah makan atau restoran mendapatkan apresiasi Wakil Gubernur Steven Kandouw.

  Alasannya, provinsi ujung utara pulau Sulawesi itu telah menjadi destinasi wisata bagi wisatawan mancanegara maupun lokal.

  Dia pun optimistis, arus kunjungan wisatawan mancanegara akan semakin melonjak setelah dibukanya penerbangan langsung sewa sejumlah kota di China.

  "Makanan bebas bahan berbahaya dan sehat harus menjadi prioritas dari pelaku-pelaku usaha rumah makan dan restoran daerah ini. Ketika mereka berwisata, pasti akan mencicipi kuliner khas yang tersedia di sini," ajak Wagub Steven.

  Sekadar gambaran, data Badan ?Pusat Statistik Sulut wisman didominasi oleh warga China pada bulan Mei 2018 yaitu sebanyak 8.324 orang atau 88,51 persen dari total wisman.

  Kemudian diikuti oleh Amerika 172 orang (1,83 persen), Jerman 160 orang (1,70 persen), Singapura 104 orang (1,11 persen), Ausatralia 84 orang (0,89 persen). Hongkong sebanyak 73 orang (0,78 persen), Inggris 62 orang (0,66 persen), Perancis 46 orang (0,49 persen), Belanda 44 orang (0,47 persen), Malaysia 28 orang (0,30 persen).

  Jumlah wisman yang datang ke Sulut melalui pintu masuk bandara Sam Ratulangi bulan Mei 2018 sebanyak 9.405 orang atau menurun sebesar 7,79 persen dibanding bulan April 2018 yang berjumlah 10.200 Orang.

  Bahkan berdasarkan data yang dikompilasi Humas Provinsi Sulut, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Sulut selama dua tahun terakhir mencapai hampir 300 ribu orang di mana pada Juli-Desember 2016 sebanyak 42 ribu turis, tahun 2017 naik menjadi 150 ribu turis, dan sampai Juni 2018 mencapai 60 ribu orang.

  Wagub Steven mengatakan kecenderungan positif kunjungan wisatawan yang datang ke daerah ini akan terus didukung dengan pembangunan infrastruktur termasuk penyediaan pangan bebas bahan berbahaya dan sehat agar nyaman selama berwisata.



Sertifikasi Pangan Menyeluruh

  Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Sulut, Jhony Lieke berharap Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Manado melakukan sertifikasi pangan setiap usaha kuliner di daerah ini.

  "Harus demikian sehingga memberikan rasa aman, dan sehat ketika dikonsumsi tidak hanya warga lokal tetapi juga bagi wisatawan," katanya di Manado, Rabu (25/7).

  Sertifikasi yang dilakukan BBPOM Manado, dalam rangka memastikan pangan yang dikonsumsi bebas bahan berbahaya dan sehat ketika dikelola.

  Upaya ini hendaknya terus dikampanyekan, disosialisasikan, termasuk mensertifikasi semua rumah makan dan restoran di sekitar tempat tujuan wisatawan yang belum disertifikatkan, tambahnya.

  Alasannya, sebut dia, belum semua rumah makan atau restoran layak dari sisi kesehatan dalam mengolah ataupun mengemasnya, bahkan ada yang diduga menggunakan bahan berbahaya untuk mengawetkan makanan.

  "Harus diingatkan bahwa menggunakan atau mencampurkan bahan berbahaya akan berdampak buruk bagi kesehatan warga yang mengkonsumsinya," ujarnya.

  Sertifikasi sekaligus memberikan label atau stiker bagi rumah makan yang tidak menggunakan bahan berbahaya dan sehat pengolahannya, akan memberikan dampak positif menunjang industri pariwisata.

  Apalagi, provinsi berpenduduk lebih dari 2,5 juta jiwa itu telah menjadi salah satu destinasi wisatawan dalam dan luar negeri.

  Dampak derasnya kunjungan wisatawan, lanjut dia, setiap hari ada turis yang mengunjungi destinasi wisata yang tersebar di 15 kabupaten dan kota.

  "Pangan aman dan sehat akan mendukung industri pariwisata, mereka (wisatawan) datang ke sini pasti akan mencicipi makanan khas sehingga keamanan dan kesehatan pangan harus dijamin," terangnya.

  Pangan aman (tidak mengandung bahan berbahaya) dan sehat, harus diutamakan di tengah serbuan kunjungan wisatawan yang intens mendatangi Sulut, kata Hortensia Tawera, pemilik rumah makan ikan bakar "Betania", Karang Ria, Kota Manado.

  "Jangan berharap turis akan datang lagi ke daerah ini kalau sehabis makan sakit hanya karena makanan yang disajikan tidak aman dan sehat, pasti akan terbangun citra buruk bagi wisatawan," katanya.

  Bahkan, kata dia, maju pesat pembangunan infrastruktur (hotel, jalan, jembatan, bandara) akan hancur apabila kualitas makanannya tidak diperhatikan.

  Karena itu menurut Hortensia, uji pangan aman dan sehat harus dilakukan secara bertahap dimulai dari titik-titik yang biasanya menjadi tujuan wisatawan berburu kuliner.

  "Rumah makan saya belum disertifikasi, saya ingin disertifikasi agar bisa diketahui publik selain itu kuliner yang disajikan layak dan memenuhi standar kesehatan," ujarnya.

  Sertifikasi dan labelisasi, lanjut dia, akan memudahkan wisatawan menemukan rumah makan dan restoran pangan aman dan sehat di destinasi-destinasi wisata.

  "Untuk mengawetkan ikan segar tak perlu boraks, bisa menggunakan freezer, memperkuat rasa cukup merendamnya dengan perasan jeruk," ujarnya.

(K011)

(T.K011/B/T007/C/T007) 26-07-2018 08:13:09

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Karel Alexander Polakitan
Copyright © ANTARA 2024