Manado, (Antara) - Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Utara Clay Dondokambey SSTP MAP mengatakan, pemimpin pelayan (servant leader) dibutuhkan bangsa saat ini.

"Servant leader merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan atau dengan kata lain dibutuhkan oleh bangsa dewasa ini," kata Clay dalam kegiatan pembaretan dan kemah juang di Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat, seperti dikutip Kepala Bagian Humas Christian Iroth di Manado, Kamis.

Saat membakar semangat 1.543 praja IPDN Angkatan XVIII, Clay mengatakan, para pemimpin-pelayan atau servant leader mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya.

Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.

"Pemimpin-pelayan punya cara holistik, cara pandang secara keseluruhan dan memahami kejiwaan anggota yang dipimpinnya dan beroperasi secara moral spiritual, artinya tetap berpedoman kepada Tuhan dan sadar bahwa anggota yang dipimpinnya juga ada sesama ciptaan Tuhan," bebernya.

Clay, kata dia, menambahkan, kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin (leader) dengan pengikut (followers) berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual.

"Pemimpin-pelayan mempunyai tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin," paparnya.

Menurut dia, kepemimpinan yang melayani (servant leadership) juga dapat diterapkan pada semua bidang profesi, organisasi, lembaga, perusahaan (bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.

Seorang "servant leader" harus memiliki visi pemimpin, orientasi pada pelayanan, membangun kepengikutan (followership), membentuk tim dan bekerja dengan tim, setia pada misi, menjaga kepercayaan, mengambil keputusan, melatih dan mendidik pengganti (membentuk kader), memberi tanggung jawab, memberi teladan, menyadari pentingnya komunikasi dan kemampuan berinovasi, ungkapnya.

"Konteks kepemimpinan yang ideal di Indonesia, seorang pemimpin harus tetap berpedoman pada empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.



(T.K011/B/G004/B/G004) 12-07-2018 15:48:13

Pewarta : Karel Alexander Polakitan

Copyright © ANTARA 2024