Manado, (Antaranews Sulut) - Serapan beras Bulog Sulawesi Utara (Sulut) hingga Juni 2018 masih sangat minim, karena harga jual petani yang lebih tinggi dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

"Kami tidak bisa memaksa petani menjual ke Bulog, karena harga jual di pasar masih lebih tinggi yakni di kisaran Rp9 ribu hingga Rp10 ribu per kilogram," kata Kepala Perum Bulog Divre Sulut Eko Pranoto di Manado, Rabu.

Eko mengatakan sedangkan HPP pemerintah hanya sebesar Rp7.300 per kilogram. Jadi, petani dan pengusaha di penggilingan masih enggan menjual beras ke Bulog.

Namun, katanya, Bulog terus melakukan serapan beras lokal dan bekerja sama dengan para gapoktan, Dinas Pertanian, TNI maupun mitra lainnya.

Sehingga, kata Eko, di tahun 2018 ini sudah terserap beras dari petani di Sulut dan Gorontalo sebanyak 686 ton, yakni masih jauh dari target sebesar 8.500 ton.

Apalagi, katanya, Sulut dan Gorontalo bukan daerah sentra produksi gabah sehingga Bulog agak kesulitan menyerap beras petani lokal.

"Harus diakui beras produksi petani di Sulut dan Gorontalo yakni jenis premium sehingga lebih mahal," jelasnya.

Dia menjelaskan namun masyarakat tidak perlu khawatir karena stok beras Sulut cukup banyak dan mampu memenuhi kebutuhan di daerah tersebut.

Stok beras Bulog Sulut saat ini, katanya, hingga Januari 2019 atau dengan ketahanan tujuh bulan ke depan yang tersebar di gudang Bitung, Kotamobagu dan kepulauan.



(T.KR-NCY/C/B008/B008) 04-07-2018 10:56:18

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw

Copyright © ANTARA 2024