Manado, (Antaranews Sulut) - Bank Indonesia menyatakan harga kopra yang kini turun signifikan di sentra perdagangan Kota Manado akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara.

"Turunnya harga kopra cukup signifikan, dan akan berdampak pada angka pertumbuhan ekonomi di provinsi ini," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Soekowardojo di Manado, Minggu.

Soekowardojo mengatakan, harga kopra yang rendah akan mempengaruhi produksi dan ekspor sehingga bisa berdampak negatif pada pertumbuhan ekononi.

Di samping itu, katanya, akan menyulitkan dalam memperbaiki nilai tukar petani (NTP) yang juga masih rendah.

Saat ini, katanya, harga kopra turun hingga Rp4 ribu per kilogram sehingga pemerintah dan pemangku kepentingan perlu mengusahakan supaya dampak negatifnya tidak besar pada pertumbuhan ekonomi.

"Kita tahu bersama bahwa sumber pertumbuhan ekonomi Sulut juga masih pada sektor pertanian dan perkebunan," katanya.

BI memperkirakan perokonomian Sulut masih tetap akan tumbuh sebesar 6,2 hingga 6,6 persen (yoy) pada tahun 2018.

Dia menjelaskan perkiraan tersebut karena ada dukungan harga komoditas yang masih tinggi dan perbaikan perekonomian dunia yang terus berlanjut akan berdampak positif bagi kinerja ekspor Sulut.

Ekspor jasa juga akan tumbuh meningkat sebagai dampak upaya pemerintah dalam mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman).

Sejalan dengan peningkatan ekspor, katanya, investasi juga diperkirakan terus meningkat didukung percepatan reformasi struktural untuk penciptaan iklim investasi yang semakin kondusif.

(T.KR-NCY/B/A013/B/A013) 24-06-2018 11:19:44

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Nancy Lynda Tigauw
Copyright © ANTARA 2024