Manado, 21/11 (Antara) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) mengembangkan ekonomi keuangan syariah pondok pesantren di daerah tersebut.

"Salah satu perwujudan dedikasi Bank Indonesia dalam kerangka pengembangan ekonomi daerah melalui pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dari pondok pesantren," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Soekowardojo di Manado, Selasa.

Dia mengatakan dengan adanya program pengembangan kemandirian pondok pesantren ini, harapannya pondok pesantren dapat mandiri secara finansial.

Dan, katanya, para santri mendapatkan tambahan ilmu yang bermanfaat sekaligus inspirasi dan motivasi untuk mandiri dalam artian dapat berwirausaha sendiri ketika sudah selesai melaksanakan studi di pondok pesantren.

"Kami berkeyakinan bahwa wirausaha yang berbasis ekonomi syariah akan mengantarkan Indonesia sebagai negeri makmur dan aman yang diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa," jelasnya.

Perlu diketahui bahwa jumlah penduduk muslim di Indonesia sebesar 207 juta atau 82 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia.

Besarnya populasi umat muslim tersebut turut menghiasi berbagai sisi kehidupan masyarakat baik di bidang sosial, budaya, politik, ekonomi maupun pendidikan.

Di bidang ekonomi, perkembangan ekonomi yang berlandaskan syariah Islam tumbuh pesat sejak beberapa dekade terakhir. Di bidang pendidikan, pendidikan berbasis islam yang lebih dikenal dengan sebutan pondok pesantren berkembang dengan pesat.

Data Kementerian Agama menyebutkan pada tahun 2005 jumlah pesantren mencapai 14.798 dengan jumlah santri 3.464.334. Pada tahun 2012 jumlah pesantren meningkat tajam mencapai 27.230 dengan jumlah santri 3.759.198.

Dan data terakhir pada tahun 2013 jumlah pesantren mencapai 29.535 dengan jumlah santri sebanyak 3.876.696.

Berdasarkan data tersebut, pondok pesantren diyakini memiliki potensi besar untuk terus berkembang, bukan hanya
terbatas pada pengembangan aspek pendidikan, keagamaan dan sosial terutama juga aspek lainnya, terutama aspek ekonomi.

Pesantren dinilai memiliki peran strategis, yaitu mendukung program ketahanan pangan pemerintah dan pengembangan bisnis syariah karena umumnya usaha yang dikembangkan bergerak di sektor pertanian, perikanan, dan sektor lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pesantren.

Soekowardojo menjelaskan pesantren memiliki potensi untuk pemberdayaan ekonomi di lingkungan pesantren maupun masyarakat sekitar.

"Sebagian besar pesantren merupakan pusat ekonomi desa dan berperan dalam pengembangan riil aktivitas ekonomi," katanya.

Alumni pesantren berpotensi untuk menjadi wirausaha. Alumni pondok pesantren yang berjumlah ribuan bahkan puluhan ribu menjadi potensi yang sangat besar apabila ditumbuhkembangkan menjadi wirausaha.

Ribuan wirausaha yang terbentuk dari alumni ponpes tentunya akan menjadi wirausaha yang berbudi pekerti luhur, jujur, amanah.

Pada akhirnya, bertambahnya wirausaha ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan sektor riil, serta mendukung program ketahanan pangan dan pengendalian inflasi daerah.

Dengan bertambahnya jumlah wirausaha, pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Terciptanya wirausaha baru akan menambah lapangan kerja baru dan akan menyerap tenaga kerja, sehingga pengangguran akan berkurang.

Apabila pengangguran berkurang, kemiskinan akan berkurang dan pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan masyarakat.

"Kami membayangkan suatu negara dengan jumlah wirausaha berbudi pekerti luhur yang besar, pasti lah negara tersebut akan menjadi maju dan sejahtera," ujar Soekowardojo.***3***

(T.KR-NCY/B/S025/C/S025) 21-11-2017 17:53:44

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024