Manado, (Antara) - Tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan September 2017 dinilai masih rendah karena nilai tukar petani (NTP) berada di bawah angka indeks 100.

"Jika NTP masih berada di bawah angka 100 persen, berarti secara umum petani di Sulut belum sejahtera," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Moh Edy Mahmud di Manado, Rabu.

Dia mengatakan NTP di Sulut pada September 2017 naik 0,79 persen dari nilai 92,26 pada bulan Agustus menjadi 92,99.

Secara umum, katanya, kenaikan NTP disebabkan oleh penurunan harga komoditi konsumsi rumah tangga. Nilai NTP secara YoY (tahun ke tahun) juga masih mengalami penurunan 2,95 persen.

Nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) pada September 2017 malah turun 0,32 persen; pada bulan Agustus masih sebesar 103,39 turun menjadi 103,06 di bulan September.

Sejak Agustus 2013 hingga saat ini, NTP Sulawesi Utara masih berada di bawah 100, keadaan ini menunjukan daya beli petani secara umum belum membaik dibanding kondisi pada tahun 2012 (tahun dasar).

Dari pemantauan harga komoditi di perdesaan, secara umum dapat digambarkan menguatnya nilai NTP karena penurunan biaya konsumsi rumah tangga, dimana biaya konsumsi tersebut turun 1,24 persen.

Lima komoditi yang mengalami penurunan mulai dari tertinggi adalah tomat sayur 21,75 persen, tomat buah 17,99 persen; cabe rawit 16,37 persen; bawang putih 11,36 persen dan bawang merah 7,99 persen.

NTP adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani.***3***





(T.KR-NCY/B/G004/G004) 04-10-2017 17:09:23

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor :
Copyright © ANTARA 2024