Minahasa Utara, 15/12 (Antara Sulut) - Digelarnya prosesi pemindahan budaya leluhur warga tonsea sebagai aset Minahasa Utara dalam bentuk waruga, sebagai salah satu bentuk kepentingan juga kebutuhan masyarakat umum pembuatan waduk di desa Kuwil dan beberapa desa di Kecamatan Kalawat.
Ketua Lembaga Adat Tonsea Yan Wurangian dalam sambutannya, Kamis mengatakan, dipindahkannya kuburan leluhur atau waruga sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah menuju pembangunan untuk kepentingan masyarakat umum.
"Selaku pimpinan adat tonsea setuju adanya mega proyek yang dikemas dalam pembangunan waduk Kuwil. Namun demikian diharapkan seiring pemindahan waruga pemerintah mengembangkannya sambil menata yang terbaik," ujar Wurangian.
Intinya kata dia, pihaknya mendukung pembangunan tapi budaya dan adat ditata dengan baik. Kalau tidak ditata, masyarakat adat akan menentang.
"Kami sudah berembuk untuk pemindahan waruga dan kegiatan ini sudah disepakati bersama," ujar dia.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulutenggo Rusly Manoreh yang turut serta dalam prosesi adat untuk pemindahan waruga mengatakan, proses tersebut akan dibawa ke Dirgen untuk proses juga kepentingan bersama.
"Diharapkan lewat kegiatan tersebut, semua pihak dapat menjaga tradisi yang ada. Ritual ini sebagai bentuk kearifan lokal. Kedepan perlindungan kebudayaan akan dikedepankan tanpa harus menghilangkan tradisi leluhur," katanya.
Dia mengatakan, setiap adanya kegiatan seperti itu, bukan dilakukan semena mena tapi berkomunikasi dengan masyarakat adat sesuai tradisi agar berjalan dengan baik.
Sementara Bupati Minahasa Utara Vonnie A Panambunan melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Femmy Pangkerego mengakui bila kegiatan tersebut sudah ada kesepakatan bersama, sehingga sejak prosesi permintaan petunjuk sampai prosesi ritual pemindahan waruga sudah dilakukan.
"Setelah melalui beberapa tahap, saat inilah ritual pemindahan atau relokasi waruga dilakukan. 47 waruga akan direlokasi dalam rangka pembangunan waduk dengan membutuhkan anggaran cukup besar," katanya.
Pangkerego mengatakan, nantinya pemindahan waruga dilakukan secara apik yang nantinya akan menjadi aset berharga bagi masyarakat setempat juga Minahasa Utara pada umumnya.
"Karena lokasi yang akan dibangun waduk inipun bakal jadi lahan objek wisata unggulan di Minahasa Utara bahkan Sulawesi Utara juga Indonesia untuk menarik turis mancanegara," katanya.
Dia pun mengatakan, rencananya pembangunan waduk tersebut akan dikunjungi langsung oleh Presiden RI Joko Widodo pada akhir Desember mendatang.
Sebelumnya, ritual Pemindahan Waruga Kina Angkoan di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat diawali dengan upacara persiapan, yaitu persediaan di atas meja yang disiapkan para pemangku adat, dalam rangka menyambut salah satu leluhur tertinggi di area Waruga Kina Angkoan.
Setelah semua sesajen usai di tata, Tonaas atau tetuah adat segera membacakan doa kemudian 40 personel tim Budaya Minaesaan Tombulu menyembelih leher sepasang babi kampung, darahnya di ambil untuk dicelupkan ke tangan (sosok orangtua yang jasadnya bakal dimasuki salah satu leluhur), yang nantinya lewat ritual inilah terjadi komunikasi antar dua dunia berbeda.
Dalam ritual itu, tersimpan pesan bilamana kegiatan tersebut boleh dilaksanakan namun setiap ada barang atau peninggalan yang ditemukan ditempat tersebut tidak dibawa pulang melainkan dititipkan ke pemerintah. Jika hal itu diabaikan, akan terjadi hal tidak dinginkan.
Ketua Lembaga Adat Tonsea Yan Wurangian dalam sambutannya, Kamis mengatakan, dipindahkannya kuburan leluhur atau waruga sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah menuju pembangunan untuk kepentingan masyarakat umum.
"Selaku pimpinan adat tonsea setuju adanya mega proyek yang dikemas dalam pembangunan waduk Kuwil. Namun demikian diharapkan seiring pemindahan waruga pemerintah mengembangkannya sambil menata yang terbaik," ujar Wurangian.
Intinya kata dia, pihaknya mendukung pembangunan tapi budaya dan adat ditata dengan baik. Kalau tidak ditata, masyarakat adat akan menentang.
"Kami sudah berembuk untuk pemindahan waruga dan kegiatan ini sudah disepakati bersama," ujar dia.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulutenggo Rusly Manoreh yang turut serta dalam prosesi adat untuk pemindahan waruga mengatakan, proses tersebut akan dibawa ke Dirgen untuk proses juga kepentingan bersama.
"Diharapkan lewat kegiatan tersebut, semua pihak dapat menjaga tradisi yang ada. Ritual ini sebagai bentuk kearifan lokal. Kedepan perlindungan kebudayaan akan dikedepankan tanpa harus menghilangkan tradisi leluhur," katanya.
Dia mengatakan, setiap adanya kegiatan seperti itu, bukan dilakukan semena mena tapi berkomunikasi dengan masyarakat adat sesuai tradisi agar berjalan dengan baik.
Sementara Bupati Minahasa Utara Vonnie A Panambunan melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Femmy Pangkerego mengakui bila kegiatan tersebut sudah ada kesepakatan bersama, sehingga sejak prosesi permintaan petunjuk sampai prosesi ritual pemindahan waruga sudah dilakukan.
"Setelah melalui beberapa tahap, saat inilah ritual pemindahan atau relokasi waruga dilakukan. 47 waruga akan direlokasi dalam rangka pembangunan waduk dengan membutuhkan anggaran cukup besar," katanya.
Pangkerego mengatakan, nantinya pemindahan waruga dilakukan secara apik yang nantinya akan menjadi aset berharga bagi masyarakat setempat juga Minahasa Utara pada umumnya.
"Karena lokasi yang akan dibangun waduk inipun bakal jadi lahan objek wisata unggulan di Minahasa Utara bahkan Sulawesi Utara juga Indonesia untuk menarik turis mancanegara," katanya.
Dia pun mengatakan, rencananya pembangunan waduk tersebut akan dikunjungi langsung oleh Presiden RI Joko Widodo pada akhir Desember mendatang.
Sebelumnya, ritual Pemindahan Waruga Kina Angkoan di Desa Kawangkoan Kecamatan Kalawat diawali dengan upacara persiapan, yaitu persediaan di atas meja yang disiapkan para pemangku adat, dalam rangka menyambut salah satu leluhur tertinggi di area Waruga Kina Angkoan.
Setelah semua sesajen usai di tata, Tonaas atau tetuah adat segera membacakan doa kemudian 40 personel tim Budaya Minaesaan Tombulu menyembelih leher sepasang babi kampung, darahnya di ambil untuk dicelupkan ke tangan (sosok orangtua yang jasadnya bakal dimasuki salah satu leluhur), yang nantinya lewat ritual inilah terjadi komunikasi antar dua dunia berbeda.
Dalam ritual itu, tersimpan pesan bilamana kegiatan tersebut boleh dilaksanakan namun setiap ada barang atau peninggalan yang ditemukan ditempat tersebut tidak dibawa pulang melainkan dititipkan ke pemerintah. Jika hal itu diabaikan, akan terjadi hal tidak dinginkan.