Manado, (AntaraSulut) – Ketiga mengunjungi pulau terluar Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Pulau Miangas yang teletak di ujung bagian utara Indonesia yang berbatasan langsung dengan Filipina, pasti langsung terlintas dibenak kita daerah yang terpencil dan tidak memiliki apa-apa. Pulau Miangas yang kecil dengan luas 6.277m2 dengan penduduk berjumlah ratusan jiwa dan letaknya secara geografis yang berada di bagian paling utara Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Filipina, membuat Miangas menjadi tema yang menarik. Dari soal batas perairan antar dua negara hingga mengenai isu kesejahteraan masyarakat. Aroma ketakutan berlebihan tentang bakal lepasnya pulau kecil ini juga terbaca jika kita sudah pernah mengunjungi Miangas. Semua aktivitas ekonomi masyarakat di Miangas menggunakan mata uang Rupiah seperti layaknya daerah lain yang termasuk dalam wilayah Indonesia. Miangas memang memiliki masalah soal jarak. Melonguane yang terletak di pulau Karakelang dan merupakan ibukota Kabupaten Talaud mesti ditempuh lebih dari 100 mil laut. Sementara jika ingin mencapai ibukota propinsi Sulawesi Utara yaitu Manado, maka ada jarak sejauh 300 mil laut yang membentang. Hal ini secara matematis sungguh tidak sebanding jika mereka ingin mencapai daratan San Agustin di pulau Mindanao di bagian selatan Filipina yang hanya berjarak 50 mil laut. Kendati jarak dan waktu yang cukup jauh untuk mengunjungi Pulau Miangas terluar di Indonesia, namun masyarakat disana cukup kaya dan mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Begitu pula dengan kebutuhan telekomunikasi ternyata sangat dibutuhkan, namun jaringan layanan broadband belum mampu menjangkau daerah tersebut akibat jarak tadi, dan medan yang agak sulit untuk menjangkau daerah tersebut. Ternyata, masyarakat yang terbilang masih sedikit di Pulau Miangas tersebut, telah memiliki telepon genggam yang berbasis data bahkan 4G, namun belum ada provider yang mampu memberikan layanan tersebut. Hingga saat ini, layanan telekomunikasi yang berada di pulau terluar Indonesia tersebut hanya Telkomsel namun masih berbasis 2G yang hanya bisa telepon dan SMS saja. Yang lebih menarik hanya ada waktu-waktu tertentu layanan telekomunikasi bisa diakses di wilayah perbatasan tersebut, sehingga masyarakat datang berbondong-bondong ke lokasi TNI hanya untuk mendapatkan signal dan bisa mengakses berbagai media sosial seperti Facebook, email dan sebagainya. Ternyata layanan broadband sangat dibutuhkan di daerah perbatasan tersebut, karena layanan telekomunikasi saat ini sangat dibutuhkan. Sejumlah masyarakat di pulau kecil tersebut sangat mengharapkan Telkomsel akan meningkatkan layanan jaringan di wilayah tersebut. PT Telkomsel menargetkan wilayah kepulauan di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) bisa masuk layanan 3G di tahun 2016. "Tahun ini kami menargetkan agar tiga kabupaten kepulauan di Sulut bisa menikmati layanan 3G," kata Branch Manager Telkomsel Manado Royke Sumual di Manado. Dia mengatakan, tiga kabupaten tersebut, yakni Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud. Kabupaten kepulauan tersebut, katanya, saat ini masih dilayani dengan layanan 2G yang hanya bisa telepon dan pesan singkat. Apalagi, katanya, Kabupaten Kepulauan Talaud berbatasan langsung dengan Filipina sehingga tahun ini akan diupayakan bisa mendapatkan layanan 3G. Dengan layanan 3G pengguna Telkomsel bisa memanfaatkan layanan data dan bisa mengakses internet. Beroperasinya nanti jaringan 3G di wilayah perbatasan Indonesia dan Filipina merupakan wujud komitmen Telkomsel sebagai operator Paling Indonesia untuk menghadirkan mobile broadband kepada masyarakat di berbagai penjuru tanah air, termasuk di wilayah perbatasan Republik Indonesia. Hal ini ditujukan untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor di seluruh Indonesia dengan ketersediaan informasi melalui teknologi telekomunikasi menjadi salah satu faktor yang amat penting. "Kami juga berharap ketersediaan layanan 3G di perbatasan ini juga akan semakin menunjang berbagai kegiatan operasional TNI yang bertugas di garda terdepan dalam menjaga keutuhan negara dan sekaligus mempermudah komunikasi mereka dengan keluarganya di berbagai lokasi di seluruh Indonesia," katanya. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan pengguna layanan selular di daerah ini, Telkomsel terus meningkatkan kualitas layanan dengan membangun insfrastruktur guna memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat. Harus diakui, kata Royke, pelanggan Telkomsel di Provinsi Sulut khususnya Kota Manado sudah didominasi oleh pengguna data, sehingga kualitas jaringan broadband semakin ditingkatkan. "Pelanggan Telkomsel di Manado sekitar 80 persen telah beralih ke layanan broadband," katanya. Royke mengatakan jumlah pelanggan di Area Manado sudah mencapai 2,7 juta dan diperkirakan akan terus meningkat. Dia menjelaskan sehingga peningkatan kualitas jaringan broadband itu dilakukan agar dapat memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan. Pertumbuhan penggunaan ponsel pintar dan hadirnya berbagai aplikasi digital ikut mendongkrak penggunaan layanan data di Indonesia khususnya di Manado. Jumlah pengguna smartphone di jaringan Telkomsel sangat banyak dari total pengguna data. Ini menjadi saat yang tepat untuk meningkatkan layanan broadband. Ia berharap kehadiran penguatan kualitas ini dapat mendorong jumlah pelanggan data dalam beberapa waktu ke depan. Telkomsel, katanya, secara berkala memiliki komitmen untuk menjaga kualitas internet 3G maupun 4G di Indonesia. Manado, katanya, Telkomsel membangun puluhan eNode B (BTS 4G) yang mencakup lokasi-lokasi strategis di kota Manado termasuk kawasan Mega Mall, Manado Town Square dan kawasan bandara. "Kami ingin agar pelanggan dapat menikmati layanan 4G LTE yang maksimal, dan untuk itu dalam menggelar layanan Telkomsel 4G LTE ke kota baru, kami selalu memastikan bahwa jaringan kami telah meliputi 80 persen atau mencakup sebagian besar wilayah kota tersebut dan bukan hanya di titik-titik tertentu saja," jelasnya.  Selain itu, katanya, ketersediaan perangkat dan aplikasi yang sesuai juga berperan penting dalam membangun ekosistem 4G di suatu wilayah baru.***

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024