Manado, (Antarasulut) - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Utara (Sulut) menggelar dialog kepemudaan guna mewaspadai ancaman radikalisme atas nama agama.

"Acara kami gelar dengan tujuan untuk mengajak seluruh pemuda daerah ini, mewaspadai ancaman paham radikal atau radikalisme yang bisa merusak sendi-sendi persatuan bangsa," kata Ketua DPD KNPI Sulut, Jackson W.A. Kumaat, di Manado, Minggu.

Kumaat mengatakan, para pembicara yang tampil menjadi pembicara dalam dialog tersebut adalah Heard Runtuwene komisi remaja Sinode GMIM, Zulham Hiola, Sekretaris Umum MA Sulut dan Iswadi Amali Sekretaris DPD KNPI Sulut.

Runtuwene dalam materinya mengangkat tentang pentingnya peran pemuda sebagai pembawa pesan damai, dengan demikian maka radikalime dapat ditangkal dan tidak akan terjadi di Sulut.

Dia mengingatkan Radikalisme adalah sebuah paham yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan, atau dastis dan sikap ekstrem dalam politik, yang berasal dari bahasa Latin radix yang berarti  akar.

"Itulah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal, dan dalam sejarah gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal, mulanya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang menentang partai kanan jauh," katanya.

Begitu juga "radikalisme" historis mulai terserap dalam perkembangan liberalisme politik, kata Heard, maka pada abad ke-19 makna istilah radikal di Britania Raya dan Eropa daratan berubah menjadi ideologi liberal yang progresif, sehingga harus dihindari di Indonesia, khususnya Sulut

Sementara Zulham dalam materinya menjelaskan radikalisme berawal dari adanya pemahaman sempit terhadap nilai-nilai yang diajarkan suatu agama.

"Benih-benih lahirnya radikalisme juga berasal dari lembaga pendidikan yang tidak secara spesifik melakukan patron dalam melakukan filterisasi literatur bacaan bagi para anak didik, untuk itu perlunya selektifitas dari pemerintah," katanya.

Sedangkan Sekretaris DPD KNPI Sulut, Iswadi Amali mememparkan pentingnya peran strategis pemuda sebagai agen of change dalam mendorong perubahan sosial dalam masyarakat, tanpa melepaskan tanggunjawabnya untuk melakukan fungsi kontrol.

"Sekarang di era digital perjuangan pemuda melawan radikalisme adalah dengan berperan salah satunya dengan pesan damai dan menjadi pembawa damai itu sendiri. Pendidikan yang tepat serta komunikasi dan informasi positif, kata Iswadi dapat menjadikan pemuda berperan dalam agen perdamaian.

Pemuda pembawa damai ini dapat dijadikan "virus"  kepada masyarakat, untuk dijangkitkan kepada seluruh rakyat khususnya kalangan pemuda. ***2***





(T.KR-JHB/B/G004/G004) 26-06-2016 21:05:44

Pewarta : Joyce Bukarakombang
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024