Jakarta, 6/12 (AntaraSulut) - Situasi arus lalu lintas di beberapa ruas jalan protokol di Jakarta, Minggu, tidak sepadat hari-hari biasa, karena kondisi cuaca ibu kota itu pun cerah dari pagi hingga siang hari.

         Situasi tersebut membuat pengemudi ingin mendapatkan sensasi lain dalam berkendara di ibu kota negara yang terkenal dengan kemacetan lalu-lintasnya itu.

         Sopir angkutan umum pun juga tidak mau ketinggalan memanfaatkan situasi tersebut. Pada saat hari-hari sibuk saja, mereka "kesetanan "menjalankan kendaraannya, apalagi pada saat jalanan lengang dengan jumlah penumpang terbilang sedang.

         Demikian halnya dengan petugas pengatur lalu lintas di jalan raya tidak sesibuk hari-hari biasa. Namun dua peristiwa kecelakaan lalu lintas yang melibatkan moda transportasi kaum urban memaksa mereka turun ke jalan.

         Peristiwa pertama terjadi di perlintasan sebidang di dekat Stasiun Angke, Jakarta Barat, pada pukul 08.45 WIB. Hingga berita ini diturunkan, tercatat 18 penumpang bus Metromini jurusan Kalideres-Grogol tewas dan belasannya luka parah setelah "dilabrak" Kerete Rel Listrik (KRL) Stasiun Kampung Bandan-Stasiun Duri yang menerobos palang pintu perlintasan.

         Informasi yang dihimpun Antara dari berbagai sumber menyebutkan bahwa palang pintu perlintasan kereta api belum tertutup sepenuhnya. Celah itu coba dimasuki Metromini nomor polisi B-7060-FD.

         Namun nahas bagi Asmadi (35) karena pada saat bus mini yang dikemudikannya terhalang oleh laju truk di depannya sehingga berhenti persis di atas rel kereta api.

         Kesalahan fatal menerobos palang pintu perlintasan itu harus ditebusnya dengan penuh kepasrahan oleh hantaman keras KRL sebagai "pemilik" jalan.

         Bus dengan warna kebesaran oranye itu terseret tak berdaya sejauh beberapa meter hingga emplasemen Stasiun Angke.

         Sementara para penumpang di dalam bus itu terkoyak tak karuan karena dahsyatnya serudukan si kuda besi bertenaga listrik 1.500 volt tersebut.

         Saking hebatnya benturan tersebut, sampai-sampai petugas memotong badan bus untuk memudahkan evakuasi korban yang semuanya adalah penumpang Metromini.

         KRL yang mengalami kerusakan ringan juga dikandangkan  ke Depo Bukit Duri setelah sempat menjalani perbaikan. Perlintasan kereta api ruas Tanah Abang-Kampung Bandan berangsur-angsur normal setelah sempat terhambat selama beberapa jam akibat peristiwa tersebut.

         "Beberapa rangkaian KRL lain dapat melintas dengan kecepatan terbatas, sekitar 5 kilometer per jam," kata Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Muhammad Nurul Fadhila
    Nyawa Asmadi dan kondekturnya, Agus Muhamad Irpan, bersama 16 penumpang Metromini tidak bisa diselamatkan.

        Dari 18 korban tewas, sebanyak 15 jenazah berada di Ruang Jenazah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, sedangkan tiga jenazah lain masih berada di RS Sumber Waras.

         Keseluruhan jenazah akan disimpan di RSCM untuk memudahkan proses identifikasi dan administrasi. Polda Metro Jaya membuka posko "Ante-Mortem" di RSCM.

         Sampai saat ini, posko itu telah didatangi enam keluarga korban.

        "Setiap keluarga yang datang akan dimintai keterangan mengenai ciri korban yang meninggal dalam kecelakaan itu," kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak.

    
Penyeberang ditabrak Kopaja
    Kemudian berita duka kedua datangnya dari Jakarta Pusat. Bus mini milik Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) P-19 menabrak pembatas jalan di Jalan MH Thamrin, sekitar pukul 12.35 WIB.

         Seorang penyeberang jalan tewas setelah dihantam bus nomor polisi B-7120-BG jurusan Tanah Abang-Blok M yang selip dan terguling di samping gedung Indosurya Plaza tersebut.

         Tujuh penumpang bus yang mengarah menuju Bundaran Hotel Indonesia mengalami luka-luka dalam peristiwa itu.

        "Kopaja terbalik B-7120-BG lepas kendali (out of control) di bawah JPO samping Indosurya Plaza Sudirman arah Bundaran Hi," demikian akun @TMCPoldaMetro dalam twitternya.

         Saat ini, bangkai bus nomor lambung P-19 jurusan Tanah Abang-Blok M itu sudah berhasil ditepikan agar tidak mengganggu arus lalu lintas di ruas Jalan Thamrin-Jalan Sudirman.

         Namun sampai saat ini pula sopir dan kondektur bus Kopaja belum diketahui keberadaannya. Diduga keduanya melarikan diri untuk menghindari amuk massa.

    
Lempar tanggung jawab
    Peristiwa maut di jalanan yang terjadi berulang-ulang selalu menyisakan pertanyaan, siapakah pihak yang harus dimintai 
pertanggungjawaban atas hilangnya sejumlah nyawa secara sia-sia itu?
    Namun yang paling aman adalah menimpakan kesalahan kepada sopir angkutan umum, apalagi si sopir turut tewas dalam kecelakaan itu.

         Dengan demikian, maka polisi tidak perlu susah-susah melakukan penyelidikan dan penyidikan, meskipun peristiwa serupa masih sangat mungkin terjadi pada masa-masa mendatang.

         "Jika dia (pengemudi) selamat, maka sopir itu akan jadi tersangkanya," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti.

         Oleh sebab tersangka utamanya, pengemudi Metromini tewas, maka penyidikan kecelakaan maut di Angke itu dihentikan.

         Mandeknya proses hukum itu diikuti aksi saling lempar tanggung jawab regulator transportasi umum. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menertibkan izin pengoperasian Metromini.

         "Saya minta Gubernur lebih berperan menertibkan karena izin Metromini itu bukan di saya (Kemenhub). Izinnya di Gubernur," kata mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) itu.

         Menurut dia, kecelakaan tersebut bukan disebabkan oleh perlintasan sebidang.

        "Kalau pun itu harus dibuat 'flyover' atau 'underpass' karena 'trafficnya' banyak, tidak melegitimasi untuk menerabas, pasti masalah," kata Jonan beralasan.

         Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Yani Wahyu menuding sopir Metromini sebagai biang keladinya.

         Ia menganggap sopir Metromini telah lalai sehingga orang lain menjadi korban.

       "Ini harus diselesaikan. Tidak boleh ada korban seperti ini lagi. Perlintasan sudah ditutup, kenapa masuk?" ujarnya di lokasi kejadian.

         Yani berjanji akan menjatuhkan sanksi keras terhadap Metromini nomor lambung 80 itu.

       "Kami akan evaluasi trayeknya. Kalau perlu dicabut," katanya menegaskan.

         Presiden Joko Widodo turut berkomentar atas peristiwa tersebut. Melalui akun twitternya, Jokowi menekankan pentingnya evaluasi sistem transportasi di ibu kota agar peristiwa serupa tak terulang.

         Hal itu diamini oleh Ketua DPR Setya Novanto yang menekankan hal serupa di akun twitternya tanpa harus mencari kambing hitamnya.

         Peringatan Presiden dan Ketua DPR tersebut sudah semestinya direspons oleh pemangku kepentingan karena peristiwa kecelakaan maut yang melibatkan angkutan umum di ibu kota bukan kali ini saja terjadi.

         Setidaknya dalam satu tahun terakhir, Metromini telah mencatat tiga peristiwa kecelakaan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, baik dari pihak penumpang maupun pengguna jalan lain.

Pewarta : M Irfan Ilmie
Editor :
Copyright © ANTARA 2024