Manado, (AntaraSulut) - Memperingati HUT ke-161 tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC/Missionarii Sacratissimi Cordi Jesum), Kelompok Studi Mitra (KSM) Skolastikat MSC Pineleng menggelar seminar ilmiah ensiklik "Laudato Si" (terpujilah Engkau), suatu tanggapan gereja Katolik atas krisis ekologi global di Aula Hati Kudus Yesus Skolastikat MSC Pineleng, Sabtu (28/11).
    
Tampil sebagai moderator KSM Pastor Johanis Ohoitimur MSC menghadirkan pembicara Roy Pangalila dari World Wild Foundation (WWF) Indonesia dan Tim Studi Ensiklik Ladato Si’ Frater Mayor Skolastikat MSC Pineleng (Leonardus Laratmase, Stefanus Ardi Watuseke, Carol Johanes Sompotan dan Ferdinandus Taran).
    
Sementara Alva Montong (Kepala BKLH Minahasa), Pastor Joe Derry Pr (Komisi PSE Keuskupan Manado), dan Adi Lukito tampil sebagai sebagai pemberi tanggapan pada seminar ilmiah yang diikuti ratusan peserta baik pastor, frater, perwakilan mahasiwa dari beberapa perguruan tinggi termasuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado dan undangan lainnya.
    
Roy Panggalila mengupas sejumlah dampak lingkungan yang terjadi di bumi yang diberi judul Sekilas Rupa Bumi Rumah Kita Bersama. Pelbagai masalah di perairan, isi perut bumi dan di udara dikupas disertai fakta-fakta kerusakan yang terjadi.
    
Pelbagai upaya yang dilakukan pemerhati lingkungan (LSM, lembaga lain dan perorangan) dan pemerintah terutama di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo diungkap Pangalila, kendati belum maksimal karena sejumlah sebab.
    
WWF Internasional, sebut Pangalila, sangat mengapresiasi perhatian gereja Katolik termasuk Paus Fransikus yang telah mengeluarkan Ensiklik Laudato Si’ (Terpujilah Engkau) ini.
    
"WWF merasa terbantukan dengan adanya ensiklik ini, yang member perhatian cukup besar terhadap alam semesta. Terhadap masa depan bumi ini," tandas Pangalila.
    
Para frater Mayor Skolastikat mengupas Ensiklik Paus Fransiskus yang dikeluarkan tahun 2015. Pemaparan pada seminar diurai dalam lima bagian di mana setiap bagian dipresentasikan oleh seorang frater. 
    
Bagian pertama diurai tentang latar belakang ensiklik Laudato Si’. Bagian kedua tentang pendasaran biblis Laudato Si’, bagian ketiga tentang ekologi dalam ensiklik Laudato Si’, bagian keempat dialog, pendidikan, dan spiritualitas ekologi sebagai solusi penanganan krisis ekologis global, dan bagian kelima rekomendasi bagi praksis pastoral ekologis.
    
Beberapa peserta memanfaatkan momen ini dengan mengajukan sejumlah pertanyaan dan beberapa masalah konkrit yang terjadi akibat dari pemanasan global/ perubahan iklim dan perusakan lingkungan lainnya.
    
Seminar tidak akan banyak manfaatnya kalau tidak ada solusi atau langkah konkrit yang bisa dibawa pulang oleh peserta. Namun, dalam seminar ini banyak hal bisa dibawa pulang. Ada banyak hal bisa dilakukan.
    
Pastor Johanis Ohoitimur MSC (Moderator KSM) saat menutup seminar menegaskan, alam dan Tuhan selalu memberi tanpa kita minta. "Alam memberi kepada kita, begitu pun Tuhan memberi walau kita tidak meminta karena begitu baiknya,"ujarnya.
    
Beda alam dengan Tuhan, sambung dosen STF Seminari Pineleng, adalah kalau alam dirusak maka manusia akan menerima dampak negatifnya, sementara Tuhan tetap memberi ampun bila kita bertobat.
    
Menjadi pertanyaan, apa yang akan kita lakukan sepulang dari seminar ini ? "Menempatkan sampah pada tempatnya adalah salah satu contoh konkrit yang bisa kita buat," ujar Pastor Yong, sapaan akrab Pastor Johanis.

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024