Manado, 23/11 (AntaraSulut) - Wali Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara Jimmy F Eman meraih anugerah kebudayaan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bersama kepala daerah lainnya, yang akan diserahkan pada Hari Pers Nasional (HPN) 2016 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

"Di era otonomi daerah, bupati dan wali kota merupakan ujung tombak kebudayaan nasional. Untuk mencari figur-figur kepala daerah yang pro kebudayaan yang bisa menjadi inspirasi bersama, PWI Pusat memberikan anugerah kebudayaan kepada delapan bupati dan wali kota," kata Ketua Umum Margiono dalam rilis,, Senin.

Margiono mengharapkam kepala daerah yang menerima penghargaan ini lebih memacu diri membangun kebudayaan di daerahnya masing-masing dalam kepedulian melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkan kebudayaan lokal untuk pembangunan yang berkeadaban.

"Ini juga hendaknya dapat menjadi inspirasi kita bersama serta memotivasi para pimpinan daerah seluruh Indonesia dalam berlomba-lomba memajukan kebudayaan," harap Margiono.

Sekretaris Jenderal PWI Hendry Ch Bangun menambahkan, negara maju seperti Jepang dan Tiongkok, meski globalisasi mendera namun hingga saat ini tetap hidup dengan kebudayaannya yang terus diaktualisasikan, sehingga selaras dan bisa menjawab tantangan yang ada tanpa kehilangan karakter dan jatidiri.

"Mereka tidak ketinggalan, dan berada dalam kemajuan dengan karakternya budayanya sendiri. Indonesia dengan kebudayaannya yang ada, sudah seharusnya bisa," katanya.

Wali Kota Tomohon Jimmy F Eman meraih anugerah kebudayaan karena melalui "Tomohon International Flower Festival" (TIFF) berhasil menjadikan kota ini semakin cantik, pemasok bunga di kawasan Sulawesi Utara, dan kini mulai merambah ke Jawa dan bersiap ekspor ke luar negeri.

TIFF dijadikan "trigger" mengaktualisasikan falsafah orang Minahasa "Si Tou Timou Tumou Tou" (manusia hidup, menghidupkan manusia lain), terutama dalam meningkatkan kesejahteran dan kunjungan wisata.

Iven tahunan ini, juga sebagai pemantik merawat hutan agar bahan kayunya bisa melanjutkan rumah-rumah adat, terus memelihara budaya gotong royong, di bidang sosial maupun pertanian.

Bahkan melalui pendidikan terus mengupayakan pelestarian dan pewarisan kearifan lokal, antara lain seni musik kolintang yang sudah terkenal sampai manca negara meskipun belum mendapat pengakuan Unesco dan musik bambu Klarinet, dan tari-tarian Maengket dan Kabasaran, dan dansa Katrili.

Ketua Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI Pusat Yusuf Susilo Hartono menambahkan, dalam konteks otonomi daerah, wajah kebudayaan nasional pada hakekatnya adalah himpunan dari berbagai kebudayaan daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

"Kalau kebudayaan di masing-masing daerah itu maju, maka akan majulah wajah kebudayaan nasional kita. Sebaliknya, kalau kebudayaan di masing-masing daerah banyak yang �sakit�, otomatis kebudayaan nasional kita juga sakit," katanya.

Dia menambahkan, bila dalam UUD 1945 disebutkan yang bertanggungjawab memajukan kebudayaan nasional adalah negara, maka representasi di lapangan (daerah) secara otomatis adalah kepala daerah bupati/wali kota yang memiliki wilayah, penduduk, dan aset kebudayaan (baik yang bendawi/tangible maupun bukan bendawi/intangible).***4***






(T.K011/B/G004/G004) 23-11-2015 18:01:36

Pewarta : Karel A Polakitan
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024