Manado, (AntaraSulut) - Dinas Kehutanan memperkirakan seluas 5.683 hektare hutan dan lahan di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) hangus terbakar hingga 12 Oktober 2015.

"Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Sulut selain disebabkan oleh faktor alam karena fenomena El-Nino tapi juga akibat kesengajaan oknum masyarakat yang membuka lahan dengan cara membakar," kata Kepala Dinas Kehutanan Herry Rotinsulu di Manado, Rabu.

Kawasan hutan/lahan yang terbakar tersebut, kata dia, terdiri atas hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi seluas 3.616 hektare dan di luar kawasan hutan dan lahan perkebunan seluas 2.067 hektare.

"Telah dibentuk satuan tugas pengendalian kebakaran hutan dan lahan hingga ke tingkat desa serta kelurahan. Satgas ini melibatkan unsur pemerintah, dinas terkait, TNI polri, organisasi massa, relawan serta organisasi terkait lainnya," kata Rotinsulu.

Pemerintah daerah dalam mengatasi kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sulut mencanangkan Gerakan Sumarsono Menanam (GSM) pada 10 November hari pahlawan mendatang.

Pencanangan GMS tersebut disampaikan Penjabat Gubernur Sulut Soni Sumarsono pada rapat koordinasi terbatas pengendalian kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan di Dinas Kehutanan Provinsi Sulut Selasa (13/10) lalu.

"Urusan kehutanan menjadi salah satu sektor prioritas karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan merupakan salah satu sumber potensi daerah," katanya.

Menurut Sumarsono, kekeringan dan kebakaran hutan yang belakangan ini terjadi menjadi isu aktual sehingga memerlukan respon dan penanganan pemerintah daerah secara tepat, efektif dan efisien.

"Dalam tataran implementasinya perlu dilakukan beberapa upaya, salah satunya melalui GSM.

Orang yang menanam akan disebut pahlawan sekaligus sebagai kader penggerak. Gerakan sulut menanam adalah gerakan rakyat, bukan gerakan pemerintah, karena fungsi pemerintah hanya membuat regulasi dan rakyat menjadi pelopor," jelasnya.






Pewarta : Karel A Polakitan
Editor :
Copyright © ANTARA 2024