Manado (ANTARA) - Tumpukan sampah plastik tampak menggunung di sekitar pondok di Kelurahan Sumompo Lingkungan 1, Kecamatan Tuminting, Kota Manado, Sulawesi Utara. Sampah plastik dalam sejumlah karung dan kantong plastik besar tersebut siap untuk diproses menjadi barang bernilai ekonomis.

Di pondok berukuran sekitar 6 x 15 meter itu terdapat sebuah mesin pencacah dan pres plastik yang dikelola oleh komunitas Manado Micro Recycling Centre (MMRC).

Sementara itu, di antara tumpukan sampah plastik, seorang pemuda lulusan SMA, Geofani, tampak sedang menyusun dan memilah sampah-sampah plastik, seperti tas kresek, kantong plastik dan sejenisnya.

Geovani yang merupakan seorang warga sekitar pondok yang diberdayakan MMRC dalam melakukan daur ulang sampah. Dia mengatur sampah-sampah plastik dan menyusunnya dengan rapih untuk kemudian meletakkan di atas mesin pres listrik.

"Ini proses untuk membuat panel atap dari sampah plastik yang tidak laku dijual seperti tas kresek, kantong plastik, polybag dan lainnya," kata Koordinator Tim MMRC Novita Sikome, menjelaskan. Selain panel atap, bahan plastik yang didaur ulang itu dibuat keranjang sampah atau tempat sampah.

MMRC melakukan daur ulang sejak Desember 2024 dengan binaan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Manengkel Solidaritas. Sejak beroperasi, MMRC telah menghasilkan sekitar 500 panel atap dan 50 kotak sampah.

Produk panel atap dan keranjang sampah tersebut telah didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Panel atap disalurkan untuk masyarakat di Kapitu, Kabupaten Minahasa Selatan, sedangkan kotak sampah kepada kios-kios, warung dan sekolah di sekitar pondok.


Pembuatan panel

Untuk pembuatan satu panel atap berukuran panjang satu meter dan lebar 60 centimeter dibutuhkan sekitar 1, 5 kilogram sampah plastik. Sedangkan pembuatan keranjang sampah memerlukan tiga kilogram sampah plastik.

Pembuatan panel atap diawali dengan menyortir sampah-sampah tersebut. Ada jenis-jenis plastik yang bisa langsung dipres dan ada juga jenis-jenis plastik yang harus dicacah.

Sampah-sampah yang akan dipres itu ditumpuk dan setiap panel ada 15 lapisan dengan berat 1,5 kilogram. Setelah ditumpuk , kemudian dipres menggunakan mesin pres listrik, dengan sistem pemanasan.

Setelah melewati waktu tertentu, sampah plastik yang selesai dipres kemudian diangkat dan diletakkan pada tatakan seng untuk mendapatkan bentuk dari panel atap. Ada yang berbentuk gelombang ada juga yang berbentuk rata, sesuai dengan yang diinginkan.

Sementara jenis plastik yang harus dicacah, diproses dulu melalui mesin pencacah. Selanjutnya menggunakan plastik transparan sebagai dasar, plastik yang dicacah itu diletakkan dan dipres kembali sehingga menghasilkan panel atap.

Sedangkan untuk pembuatan tempat sampah, setelah panel-panel itu terbentuk, dipotong sesuai ukuran tempat sampah dinginkan baik besar, sedang ataupun kecil. Panel yang sudah dipotong, kemudian dipanaskan lagi dibentuk sesuai keinginan, seperti berbentuk bulat dan kotak.

Untuk pembuatan keranjang sampah atau kotak sampah menggunakan dua panel, dengan bahan baku sampah plastik dibutuhkan sekitar tiga kilogram. "Kami terus berinovasi dan berkreasi untuk membuat produk lain dari daur ulang sampah ini," kata Novita.

Dalam mendaur ulang sampah plastik, MMRC memberdayakan warga sekitar, seperti ibu rumah tangga dan para pemuda. MMRC juga bekerja sama dengan ibu-ibu pengepul sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo. Melalui koordinator mereka, sampah-sampah tersebut dibawa ke MMRC dan dibeli dengan harga bervariasi.

"Ada yang dibeli dengan harga Rp2.000 per kilogram untuk sampah plastik biasa dan Rp3.000 per kilogram untuk sampah-sampah yang sudah bersih dan siap untuk diproduksi," katanya.


Berawal dari keprihatinan

Ketua Umum LSM Manengkel Solidaritas Sella Runtulalo selaku Pembina MMRC menuturkan bahwa kegiatan daur ulang tersebut berawal keprihatinan melihat sampah di TPA Sumompo, menggunung. Sementara itu, masyarakat di sekitar TPA banyak yang miskin. Padahal sampah itu  bisa diolah jadi sirkular ekonomi.

Melihat hal tersebut, LSM Manengkel berusaha menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar TPA sekaligus mengurangi sampah plastik yang tidak bisa dijual kembali, menjadi barang yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.

Pada Desember 2024 LSM ini mendapatkan dukungan Waste Free 23 dari Amerika Serikat untuk melakukan kegiatan daur ulang sampah plastik yang tidak laku dijual itu.  

Dalam kegiatan tersebut sampah-sampah plastik seperti tas kresek, kemasan plastik dan lainnya di daur ulang menjadi panel atap dan keranjang atau tempat sampah. Produk dari daur ulang ini kemudian didistribusikan secara gratis ke masyarakat.

Untuk tempat sampah didistribusikan ke sekolah-sekolah, kios atau warung di sekitar lokasi serta panel atap membantu keluarga yang kurang mampu, perbaikan atap di Minahasa Selatan.

Namun dari evaluasi dilakukan, jumlah sampah yang masuk dengan kapasitas mesin kurang seimbang, sehingga produksinya cukup lambat, sehingga perlu dukungan dari pihak-pihak yang mempunyai visi yang sama guna membantu proses daur ulang plastik dengan  menambah mesin pres untuk pembuatan panel atap, tempat sampah yang lebih estetik.


Apresiasi pemerintah

Upaya mendaur ulang sampah plastik yang dilakukan MMRC dengan memberdayakan masyarakat tersebut mendapatkan apresiasi dari pemerintah setempat. "Menjadi suatu kebanggaan karena tidak semua masyarakat peduli, seperti apa yang dilakukan oleh MMRC," kata Camat Tuminting, Hence Patimbano

Pemerintah sangat mendukung upaya-upaya untuk pelestarian lingkungan yang dilakukan masyarakat. Dengan adanya kegiatan seperti ini, setidaknya dapat meminimalisir sampah yang masuk di area TPA, khususnya sampah plastik.

Dalam berbagai kesempatan, pemerintah juga memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa bukan hanya sampah botol plastik yang memiliki nilai, tapi sampah plastik lainnya seperti tas kresek bisa dikumpul dan dapat menjadi uang.

Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado Lieke Kembuan juga menyampaikan hal yang sama bahwa Pemerintah Kota Manado memberi apresiasi dan sangat mendukung program daur ulang ini dari MMRC.

Apalagi saat ini, pemerintah pusat sampai di daerah memberikan perhatian dan fokus pada penanganan sampah. Program yang dilaksanakan MMRC sesuai dengan program Gerakan Bersih Seluruh Indonesia, yang dicetuskan langsung dari Presiden.

Oleh karena itu, guna mendukung program itu, pemerintah setempat akan membuat bank sampah di semua lingkungan RT/RW dan bank sampah induk.

Menurut data, setiap hari terdapat sekitar 291 ton sampah di Kota Manado. Sampaj itu terdiri sampah organik dan anorganik. Sampah organik yang cukup dominan.

Dari ratusan ton sampah itu, sekitar 42 persen sampah makanan, 9 persen kebun, 2 persen kayu, 10 persen kertas, 9 persen plastik film, 7 persen plastik keras, 2 persen kaca, 2 persen kain dan karet, satu persen logam, tiga persen produk kompleks dan 13 persen lainnya.

Untuk itu, kehadiran MMRC dalam inisiasi mendaur ulang sampah plastik menjadi panel atap dan keranjang sampah itu disambut baik. Sebab, selama ini sampah plastik seperti tas kresek dan bungkus plastik, dianggap tidak bernilai.

Para pemulung lebih memilih sampah plastik botol kemasan, karena bisa memberikan nilai tambah ketika dijual. Sementara sampah-sampah plastik, seperti tas kresek oleh masyarakat hanya dibiarkan, karena tidak memiliki nilai dan berakhir di TPA.

Dengan upaya yang telah dirintis MMRC serta  didukung segenap lapisan masyarakat maupun pemerintah maka penanganan sampah plastik di Kota Manado diharapkan akan lebih efektif dan memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Masyarakat Manado sulap sampah plastik jadi barang bernilai ekonomis

Pewarta : Jorie MR Darondo
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2025