Manado (ANTARA) - Balai Bahasa melakukan berbagai upaya untuk mencegah kepunahan bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Kami telah melakukan berbagai kegiatan dan perlombaan bagi siswa SD, SMP dan SMA menggunakan bahasa daerah agar tidak punah," kata Kepala Balai Bahasa Sulut Januar Pribadi di Manado, Selasa.
Januar mengatakan pihaknya melakukan lomba baca puisi, loma pidato, lomba cerita pendek, dongeng untuk para siswa dengan menggunakan bahasa daerah.
Dia mengatakan karena trigatra bangun bahasa adalah utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing, sehingga pelestarian bahasa daerah sangatlah penting untuk dilakukan.
Ia menjelaskan di Sulut ada empat bahasa daerah yang terancam punah, yaitu Bahasa Ponosakan, Tonsawang, Tonsea, dan Totemboan.
"Dari empat bahasa daerah di Sulut yang terancam punah, Ponosakan sangat rentan punah," katanya.
Faktor penyebab utama ancaman kepunahan bahasa, katanya, karena penutur yang semakin berkurang.
Selain itu, adanya keengganan generasi sekarang atau generasi muda berbahasa daerah.
"Orangtua juga cenderung tidak mewariskan bahasa daerah ke anaknya, karena tidak dibiasakan di lingkungan keluarga," ujar Januar.
Kemudian, adanya anggapan di antara generasi muda bahwa bahasa daerah kesannya kuno dan tidak penting.
Menurut Januar, pihaknya memberi perhatian khusus untuk dialek Ponosakan yang paling rentan punah.
"Di Minahasa Tenggara, lokasi bahasa ini digunakan, penuturnya sudah semakin sedikit, jika tidak ada upaya revitalisasi, Bahasa Ponosakan bisa punah," katanya.
Karena itu, Balai Bahasa melakukan revitalisasi bahasa daerah di Minahasa Tenggara, Minut, Minsel dan Minahasa.
Empat daerah itu merupakan tempat di mana Bahasa Ponosakan, Tonsawang, Tonsea, dan Totembuan digunakan.
Program revitalisasi yang dimulai tahun ini terdiri atas membuat modul belajar dan melatih para guru. "Khusus di Mitra, kita membuat Kamus Bahasa Ponosakan," jelasnya.
Sulawesi Utara memiliki 10 bahasa daerah, yakni dialek Melayu Manado, Mongondow, Bantik, Sangihe, Tonsea, Tonsawang, Toutemboan, Pasan, Ponosakan, dan Gorontalo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Balai Bahasa lakukan upaya cegah kepunahan bahasa daerah di Sulut
"Kami telah melakukan berbagai kegiatan dan perlombaan bagi siswa SD, SMP dan SMA menggunakan bahasa daerah agar tidak punah," kata Kepala Balai Bahasa Sulut Januar Pribadi di Manado, Selasa.
Januar mengatakan pihaknya melakukan lomba baca puisi, loma pidato, lomba cerita pendek, dongeng untuk para siswa dengan menggunakan bahasa daerah.
Dia mengatakan karena trigatra bangun bahasa adalah utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing, sehingga pelestarian bahasa daerah sangatlah penting untuk dilakukan.
Ia menjelaskan di Sulut ada empat bahasa daerah yang terancam punah, yaitu Bahasa Ponosakan, Tonsawang, Tonsea, dan Totemboan.
"Dari empat bahasa daerah di Sulut yang terancam punah, Ponosakan sangat rentan punah," katanya.
Faktor penyebab utama ancaman kepunahan bahasa, katanya, karena penutur yang semakin berkurang.
Selain itu, adanya keengganan generasi sekarang atau generasi muda berbahasa daerah.
"Orangtua juga cenderung tidak mewariskan bahasa daerah ke anaknya, karena tidak dibiasakan di lingkungan keluarga," ujar Januar.
Kemudian, adanya anggapan di antara generasi muda bahwa bahasa daerah kesannya kuno dan tidak penting.
Menurut Januar, pihaknya memberi perhatian khusus untuk dialek Ponosakan yang paling rentan punah.
"Di Minahasa Tenggara, lokasi bahasa ini digunakan, penuturnya sudah semakin sedikit, jika tidak ada upaya revitalisasi, Bahasa Ponosakan bisa punah," katanya.
Karena itu, Balai Bahasa melakukan revitalisasi bahasa daerah di Minahasa Tenggara, Minut, Minsel dan Minahasa.
Empat daerah itu merupakan tempat di mana Bahasa Ponosakan, Tonsawang, Tonsea, dan Totembuan digunakan.
Program revitalisasi yang dimulai tahun ini terdiri atas membuat modul belajar dan melatih para guru. "Khusus di Mitra, kita membuat Kamus Bahasa Ponosakan," jelasnya.
Sulawesi Utara memiliki 10 bahasa daerah, yakni dialek Melayu Manado, Mongondow, Bantik, Sangihe, Tonsea, Tonsawang, Toutemboan, Pasan, Ponosakan, dan Gorontalo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Balai Bahasa lakukan upaya cegah kepunahan bahasa daerah di Sulut