Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) melakukan panen perdana cabai rawit di Kota Tomohon untuk mengendalikan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
"Bersama dengan sejumlah anggota kelompok tani (Poktan) Sukoi Rabbit, dan Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kota Tomohon panen perdana cabai rawit di Kaskasen, Kota Tomohon," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Andry Prasmuko, di Manado, Rabu.
Dia mengatakan harapan panen ini dapat memenuhi pasokan cabai rawit di Tomohon dan mendukung pengendalian inflasi, mengingat harga cabai masih cenderung tinggi.
Andry Prasmuko mengaku kagum dengan jenis cabai yang ditanam Poktan Sukoi Rabbit, sebab jenis cabai ditanam tampak gemuk-gemuk rupanya.
"Apa yang sudah diupayakan Poktan Sukoi Rabbit dan Pemkot Tomohon ini adalah terobosan cabai yang dagingnya tebal dan tahan lama, semoga bisa direplikasi oleh poktan lainnya," kata Andry.
Dia juga mendorong Poktan Sukoi Rabbit untuk jangan menyerah mengolah lahan hortikultura yang dimiliki.
Menurutnya, hasil produksi cabai rawit dapat menjaga ketersediaan komoditas pangan bila kekurangan supply.
"Tetap semangat supaya kita terus bertahan dan produksi kita terjaga, harapannya, hasil produksi Poktan Sukoi Rabbit bisa penuhi stok," katanya pula.
Kepala BI Sulut turut mengapresiasi Poktan Sukoi Rabbit yang terus mengembangkan kemampuan dalam Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S). Diharapkan P4S dapat terus diperluas jangkauannya.
"P4S ini akan sangat membantu pengembangan kemampuan para petani," katanya pula.
Ketua Poktan Sukoi Rabbit Richard Kainde menjelaskan nama Sukoi Rabbit diambil dari belasan tahun lalu saat para petani hendak mengembangkan peternakan kelinci di sekitar sungai Jalan Okoi, Tomohon, sehingga mereka sepakat membuat kelompok peternak Sukoi Rabbit.
"Tapi sekarang ini sudah beralih ke poktan hortikultura cabai rawit dan tomat," ujar Richard.
Richard yang termasuk anggota Petani Unggulan Bank Indonesia (PUBI) 2024 ini menerangkan bahwa luas lahan yang digarapnya bersama dengan belasan petani lainnya mencapai 0,6 hektare, dengan jumlah cabai rawit yang ditanam sebanyak 6.000 pohon.
"Kami perkirakan hasil produksi akan mencapai 6 ton per siklus tanam," Richard menambahkan.
Richard memuji program PUBI yang sempat diikutinya karena para petani mendapat pandangan luas agar tetap semangat bertani. Dan menurutnya, ilmu yang didapat dia bagikan kepada rekan-rekan petani dalam Poktan Sukoi Rabbit.
"Begitu juga dengan apa yang kami dapat di P4S, kami tak mau pelit berbagi ilmu," ujarnya lagi.
Sekretaris Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Tomohon Michael Joseph mengatakan petani adalah garda terdepan Pemkot Tomohon dalam meningkatkan ketahanan pangan. Bersama dengan petani, dan stakeholder lainnya, Pemkot Tomohon berupaya semaksimal mungkin meningkatkan produksi pangan.
"Apalagi komoditas cabai rawit mempengaruhi inflasi Tomohon, karena itu kami mengapresiasi apa yang telah dilakukan Poktan Sukoi Rabbit dan BI Sulut, kami berharap kelompok-kelompok tani lainnya dapat mengikuti jejak Kelompok Tani Sukoi Rabbit," katanya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Tim Implementasi Kekda BI Sulut Made Doni, pemerintah kecamatan setempat, dan sejumlah anggota Poktan Sukoi Rabbit.
Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin didampingi Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Kepala BI Sulut Andry Prasmuko, dan Plt Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Taufik Hidayat, saat pemukulan bedug diluncurkannya zona kuliner halal, di Manado, Kamis (4/4/2024). ANTARA/Nancy L Tigauw.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI panen perdana cabai rawit di Tomohon untuk kendalikan inflasi
"Bersama dengan sejumlah anggota kelompok tani (Poktan) Sukoi Rabbit, dan Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kota Tomohon panen perdana cabai rawit di Kaskasen, Kota Tomohon," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Andry Prasmuko, di Manado, Rabu.
Dia mengatakan harapan panen ini dapat memenuhi pasokan cabai rawit di Tomohon dan mendukung pengendalian inflasi, mengingat harga cabai masih cenderung tinggi.
Andry Prasmuko mengaku kagum dengan jenis cabai yang ditanam Poktan Sukoi Rabbit, sebab jenis cabai ditanam tampak gemuk-gemuk rupanya.
"Apa yang sudah diupayakan Poktan Sukoi Rabbit dan Pemkot Tomohon ini adalah terobosan cabai yang dagingnya tebal dan tahan lama, semoga bisa direplikasi oleh poktan lainnya," kata Andry.
Dia juga mendorong Poktan Sukoi Rabbit untuk jangan menyerah mengolah lahan hortikultura yang dimiliki.
Menurutnya, hasil produksi cabai rawit dapat menjaga ketersediaan komoditas pangan bila kekurangan supply.
"Tetap semangat supaya kita terus bertahan dan produksi kita terjaga, harapannya, hasil produksi Poktan Sukoi Rabbit bisa penuhi stok," katanya pula.
Kepala BI Sulut turut mengapresiasi Poktan Sukoi Rabbit yang terus mengembangkan kemampuan dalam Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S). Diharapkan P4S dapat terus diperluas jangkauannya.
"P4S ini akan sangat membantu pengembangan kemampuan para petani," katanya pula.
Ketua Poktan Sukoi Rabbit Richard Kainde menjelaskan nama Sukoi Rabbit diambil dari belasan tahun lalu saat para petani hendak mengembangkan peternakan kelinci di sekitar sungai Jalan Okoi, Tomohon, sehingga mereka sepakat membuat kelompok peternak Sukoi Rabbit.
"Tapi sekarang ini sudah beralih ke poktan hortikultura cabai rawit dan tomat," ujar Richard.
Richard yang termasuk anggota Petani Unggulan Bank Indonesia (PUBI) 2024 ini menerangkan bahwa luas lahan yang digarapnya bersama dengan belasan petani lainnya mencapai 0,6 hektare, dengan jumlah cabai rawit yang ditanam sebanyak 6.000 pohon.
"Kami perkirakan hasil produksi akan mencapai 6 ton per siklus tanam," Richard menambahkan.
Richard memuji program PUBI yang sempat diikutinya karena para petani mendapat pandangan luas agar tetap semangat bertani. Dan menurutnya, ilmu yang didapat dia bagikan kepada rekan-rekan petani dalam Poktan Sukoi Rabbit.
"Begitu juga dengan apa yang kami dapat di P4S, kami tak mau pelit berbagi ilmu," ujarnya lagi.
Sekretaris Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Tomohon Michael Joseph mengatakan petani adalah garda terdepan Pemkot Tomohon dalam meningkatkan ketahanan pangan. Bersama dengan petani, dan stakeholder lainnya, Pemkot Tomohon berupaya semaksimal mungkin meningkatkan produksi pangan.
"Apalagi komoditas cabai rawit mempengaruhi inflasi Tomohon, karena itu kami mengapresiasi apa yang telah dilakukan Poktan Sukoi Rabbit dan BI Sulut, kami berharap kelompok-kelompok tani lainnya dapat mengikuti jejak Kelompok Tani Sukoi Rabbit," katanya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Tim Implementasi Kekda BI Sulut Made Doni, pemerintah kecamatan setempat, dan sejumlah anggota Poktan Sukoi Rabbit.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI panen perdana cabai rawit di Tomohon untuk kendalikan inflasi