Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD membahas Soekarno, Kemal Ataturk, dan lahirnya Pancasila bersama para mahasiswa dan warga Indonesia di Ankara dan Istanbul, Turki.
Di sela-sela kunjungannya ke Turki itu, Mahfud menyampaikan bahwa di Ankara ada Jalan Soekarno, karena eratnya hubungan dalam gagasan Soekarno tentang NKRI dengan ideologi Turki di kala itu.
“Tidak berlebihan di Turki ada Jalan Bung Karno, karena langkah-langkah pemikiran yang dibuat Bung Karno tentang Pancasila adalah sintesis Turki lama (Ottoman) dan Turki baru (Kemal Ataturk). Bukan meniru, tapi ide yang lahir sebagai bentuk sintesa berupa NKRI,” kata Mahfud dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.
Bahkan, Mahfud juga menyempatkan diri untuk datang dan berfoto di Jalan Soekarno yang memang tak jauh dari kantor KBRI. Dia menjelaskan bahwa Bung Karno ketika memperjuangkan NKRI, pada awalnya sangat terpengaruh Mustafa Kemal.
Metara Turki Modern, tidak dicampur negara dengan Agama, agar keduanya tidak mundur. Namun, kemudian terjadi kompromi setelah berdebat dengan kelompok Natsir yang menginginkan negara Islam.
“Lantas lahirlah kompromi yang sangat indah. Soekarno menjadikan Indonesia bukan negara sekuler karena masyarakat Indonesia agamis atau beragama, Natsir juga setuju untuk tidak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam,” ujarnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menambahkan Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, sambung Mahfud, Indonesia bukan negara Islam dan tidak beragama.
"Ini prismatika yang sangat indah, produk ijtihad, produk kesepakatan. Modus vivendi, mitsaqan ghalidza, yang terinspirasi Turki lama yang ottoman dan Turki modern Kemal Ataturk," tambah dia.
Adapun dialog dengan warga dan mahasiswa Indonesia di Istanbul berlangsung di Konsulat Jenderal RI di Istanbul dan dimoderatori Konjen RI Darianto Harsono pada Jumat (25/8). Peserta yang hadir antusias mengikuti paparan Mahfud yang kemudian secara bergantian mengajukan pendapat dan pertanyaan.
Banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S2 dan S3 di Turki, sedangkan Dialog Kebangsaan di Ankara berlangsung di Kedutaan Besar RI di Ankara pada Kamis (24/8).
Banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S1 dan S2 di ibukota Turki ini. Dialog dimoderatori Pengurus PPI Fauzul Azhim Fakhurazi.
Lebih lanjut, Menko Mahfud mengapresiasi sambutan dan penghormatan oleh pemerintah Turki yang bersahabat. Menko bercerita betapa hangat dan terhormat sambutan yang diberikan pada Indonesia.
Mahfud juga diantar oleh menteri dan difasilitasi berkunjung ke berbagai tempat termasuk ke makam Bapak Bangsa Turki, Kemal Ataturk dan salat Jumat di Hagia Sophia yakni shaf paling depan. Di Istanbul, Mahfud dijamu secara khusus makan siang oleh Gubernur Istanbul Davut Gul.
“Turki mempunyai kesamaan semangat yang sama dalam memperjuangkan Islam yang modern, Islam yang moderat, Islam yang menerima perbedaan, Islam Wasatiyah, kita juga punya sejarah panjang dengan Turki. Turki memberi gelar Khalifatullah ke Raden Patah ketika menjadi Raja Demak, juga gelar yang sama ke Sultan Hamengkubuwono. Pejuang kita, Teuku umar dan Tjoet Nyak Dien juga dibantu oleh Turki saat mengusir penjajah," ucap Mahfud.
Mahfud meyakini Indonesia lebih maju sebagai negara inklusif, negara yang meyakini agama dan religious nation state. Sementara itu, Turki masyarakatnya Islami meski secara resmi negaranya sekuler.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mahfud MD bahas Soekarno dan lahirnya Pancasila di Turki
Di sela-sela kunjungannya ke Turki itu, Mahfud menyampaikan bahwa di Ankara ada Jalan Soekarno, karena eratnya hubungan dalam gagasan Soekarno tentang NKRI dengan ideologi Turki di kala itu.
“Tidak berlebihan di Turki ada Jalan Bung Karno, karena langkah-langkah pemikiran yang dibuat Bung Karno tentang Pancasila adalah sintesis Turki lama (Ottoman) dan Turki baru (Kemal Ataturk). Bukan meniru, tapi ide yang lahir sebagai bentuk sintesa berupa NKRI,” kata Mahfud dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu.
Bahkan, Mahfud juga menyempatkan diri untuk datang dan berfoto di Jalan Soekarno yang memang tak jauh dari kantor KBRI. Dia menjelaskan bahwa Bung Karno ketika memperjuangkan NKRI, pada awalnya sangat terpengaruh Mustafa Kemal.
Metara Turki Modern, tidak dicampur negara dengan Agama, agar keduanya tidak mundur. Namun, kemudian terjadi kompromi setelah berdebat dengan kelompok Natsir yang menginginkan negara Islam.
“Lantas lahirlah kompromi yang sangat indah. Soekarno menjadikan Indonesia bukan negara sekuler karena masyarakat Indonesia agamis atau beragama, Natsir juga setuju untuk tidak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam,” ujarnya.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menambahkan Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, sambung Mahfud, Indonesia bukan negara Islam dan tidak beragama.
"Ini prismatika yang sangat indah, produk ijtihad, produk kesepakatan. Modus vivendi, mitsaqan ghalidza, yang terinspirasi Turki lama yang ottoman dan Turki modern Kemal Ataturk," tambah dia.
Adapun dialog dengan warga dan mahasiswa Indonesia di Istanbul berlangsung di Konsulat Jenderal RI di Istanbul dan dimoderatori Konjen RI Darianto Harsono pada Jumat (25/8). Peserta yang hadir antusias mengikuti paparan Mahfud yang kemudian secara bergantian mengajukan pendapat dan pertanyaan.
Banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S2 dan S3 di Turki, sedangkan Dialog Kebangsaan di Ankara berlangsung di Kedutaan Besar RI di Ankara pada Kamis (24/8).
Banyak hadir mahasiswa-mahasiswi asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S1 dan S2 di ibukota Turki ini. Dialog dimoderatori Pengurus PPI Fauzul Azhim Fakhurazi.
Lebih lanjut, Menko Mahfud mengapresiasi sambutan dan penghormatan oleh pemerintah Turki yang bersahabat. Menko bercerita betapa hangat dan terhormat sambutan yang diberikan pada Indonesia.
Mahfud juga diantar oleh menteri dan difasilitasi berkunjung ke berbagai tempat termasuk ke makam Bapak Bangsa Turki, Kemal Ataturk dan salat Jumat di Hagia Sophia yakni shaf paling depan. Di Istanbul, Mahfud dijamu secara khusus makan siang oleh Gubernur Istanbul Davut Gul.
“Turki mempunyai kesamaan semangat yang sama dalam memperjuangkan Islam yang modern, Islam yang moderat, Islam yang menerima perbedaan, Islam Wasatiyah, kita juga punya sejarah panjang dengan Turki. Turki memberi gelar Khalifatullah ke Raden Patah ketika menjadi Raja Demak, juga gelar yang sama ke Sultan Hamengkubuwono. Pejuang kita, Teuku umar dan Tjoet Nyak Dien juga dibantu oleh Turki saat mengusir penjajah," ucap Mahfud.
Mahfud meyakini Indonesia lebih maju sebagai negara inklusif, negara yang meyakini agama dan religious nation state. Sementara itu, Turki masyarakatnya Islami meski secara resmi negaranya sekuler.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mahfud MD bahas Soekarno dan lahirnya Pancasila di Turki