Manado, 17/12 (AntaraSulut) - Kepala Perum Bulog Divre Sulawesi Utara (Sulut) Yayan Suparyan mengatakan hingga awal Desember 2014, Bulog mampu menyerap beras lokal di daerah tersebut hingga 13.000 ton.
"Penyerapan beras lokal ini, memang masih kecil dibandingkan dengan target sebesar 35.000 ton untuk tahun 2014," kata Yayan di Manado, Rabu.
Yayan mengatakan hal ini karena Sulut bukan daerah produsen beras sehingga target yang ditetapkan tersebut belum terpenuhi.
"Tahun ini, cuaca tidak menentu serta masa paceklik yang terjadi di akhir tahun," jelasnya.
Dia mengatakan sawah di Sulut juga sangat sedikit bahkan disayangkan banyak beralih fungsi lahan sawah menjadi kawasan perumahan.
Serapan beras lokal tersebut, katanya, tersebar di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Bolaang Mongondouw, dan Kabupaten Minahasa.
"Sulit membeli beras petani lokal diakibatkan sebagian besar daerah sentra produksi padi mengalami gagal panen karena anomali cuaca," katanya.
Dan juga, katanya, masih tingginya harga jual para petani padi, sehingga harga beli Bulog masih di bawah.
"Kami memang ada program pembelian beras lokal dengan standar harga sampai ke gudang Bulog maksimal Rp6.600 per kilogram. Namun kami masih sulit untuk menyerap beras-beras itu karena harganya masih di atas standar Bulog," katanya.
Saat ini, stok beras Bulog Sulut masih cukup karena diperkuat dengan pemasukan beras nasional dari sejumlah daerah di Tanah Air. Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir dengan stok beras yang ada.
"Walapun penyerapan beras petani lokal masih minim, tapi stok masih cukup. Penambahan selalu dilakukan dan disesuaikan dengan stok yang ada di gudang kami," jelasnya.
Ketahanan stok beras di Sulut masih bertahan hingga tujuh bulan ke depan atau hingga Juli 2015. Ketersediaan beras tersebut mencukupi kebutuhan selama beberapa bulan ke depan. Sebab, Bulog juga melakukan pendistribusian program beras miskin (raskin) yang merupakan program nasional.***2***
(T.K005/B/F002/F002) 17-12-2014 09:38:11
"Penyerapan beras lokal ini, memang masih kecil dibandingkan dengan target sebesar 35.000 ton untuk tahun 2014," kata Yayan di Manado, Rabu.
Yayan mengatakan hal ini karena Sulut bukan daerah produsen beras sehingga target yang ditetapkan tersebut belum terpenuhi.
"Tahun ini, cuaca tidak menentu serta masa paceklik yang terjadi di akhir tahun," jelasnya.
Dia mengatakan sawah di Sulut juga sangat sedikit bahkan disayangkan banyak beralih fungsi lahan sawah menjadi kawasan perumahan.
Serapan beras lokal tersebut, katanya, tersebar di Provinsi Gorontalo, Kabupaten Bolaang Mongondouw, dan Kabupaten Minahasa.
"Sulit membeli beras petani lokal diakibatkan sebagian besar daerah sentra produksi padi mengalami gagal panen karena anomali cuaca," katanya.
Dan juga, katanya, masih tingginya harga jual para petani padi, sehingga harga beli Bulog masih di bawah.
"Kami memang ada program pembelian beras lokal dengan standar harga sampai ke gudang Bulog maksimal Rp6.600 per kilogram. Namun kami masih sulit untuk menyerap beras-beras itu karena harganya masih di atas standar Bulog," katanya.
Saat ini, stok beras Bulog Sulut masih cukup karena diperkuat dengan pemasukan beras nasional dari sejumlah daerah di Tanah Air. Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir dengan stok beras yang ada.
"Walapun penyerapan beras petani lokal masih minim, tapi stok masih cukup. Penambahan selalu dilakukan dan disesuaikan dengan stok yang ada di gudang kami," jelasnya.
Ketahanan stok beras di Sulut masih bertahan hingga tujuh bulan ke depan atau hingga Juli 2015. Ketersediaan beras tersebut mencukupi kebutuhan selama beberapa bulan ke depan. Sebab, Bulog juga melakukan pendistribusian program beras miskin (raskin) yang merupakan program nasional.***2***
(T.K005/B/F002/F002) 17-12-2014 09:38:11