Manado,  (ANTARA Sulut) - Hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama Bank Indonesia Perwakilan Sulut mengungkapkan etos kerja dan inovasi pekerja Sulut masih rendah dan ini menjadi kelemahan daya saing daerah ini.

"Terkait etos kerja yang rendah tersebut maka perlu dilakukan revolusi mental dan karakter tenaga kerja Sulut agar mampu meningkatkan etos kerja agar sama dengan pekerja dari daerah lainnya," kata Ketua Lembaga Demografi Universitas Indonesia, Sony HB Darmadi dalam paparan Pertemuan Tahunan BI Sulut 2014 di kantor Perwakilan BI Provinsi Sulut, Rabu.

Selain etos rendah, dalam penelitian tersebut didapati pula bahwa kemampuan berinovasi dari pekerja daerah ini tidak terbangun dengan baik sehingga hasil kerja belum sepenuhnya berinovasi sebagai pekerja lainnya di Indonesia.

Sony mengatakan etos kerja tenaga kerja ini yang masih rendah tersebut, ada hubungannya dengan beberapa budaya daerah ini yang tidak mendorong orang untuk lebih rajin bekerja.

Akibat etos kerja yang rendah tersebut, maka indeks daya saing Sulut hanya 0,69, angka tengahnya 0,60, masih jauh dari angka indeks sangat baik.

"Daya saing yang rendah tersebut, karena terdapat kelemahan etos kerja dan inovasi dari para pekerja di daerah," kata Sony.

Sulut sebenarnya punya keunggulan selain sumber daya alam melimpah, juga letak geografis yang sangat strategis, dan potensi pekerja cukup banyak, tetapi hal ini belum mampu mendorong indeks daya saing berada di angka tinggi karena terganjal kelemahan dari pekerja Sulut itu sendiri.

"Data yang dihimpun dari kabupaten/kota di Sulut maupun berasal dari sektor industri, pertanian dan jasa, mendapati kesimpulan yang sama, yakni etos kerja yang sangat rendah, ini memengaruhi indeks daya saing Sulut hampir menyentuh batas angka tengah atau standar 0,60," kata Sony.

Guna mendorong tumbuhnya etos kerja, kata Sony maka intervensi pendidikan dan pembangunan dari keluarga, sangat penting.

Meski terdapat kelemahan, tetapi penelitian ini juga menyebutkan bahwa ada beberapa sektor yang cukup baik terjadi di Sulut.

"Pasar uang dinilai cukup baik, karena punya kesiapan teknologi," kata Sony.

Sony mengatakan Sulut masih memiliki peluang untuk bisa menjadi daerah maju ke depan, karena ada program rencana pembangunan jangka menengah dimana menjadikan daerah ini sebagai salah satu poros maritim di Indonesia Timur.

"Ini menjadi peluang, karena daerah ini akan menjadi perhatian pembangunan dalam berbagai bidang, termasuk juga peningkatan sumber daya manusianya," kata Sony.

Wakil Gubernur Sulut Djouhari Kansil mendukung adanya revolusi mental dan karakter bagi pekerja di daerah ini sehingga mampu menjadi pendorong pertumbuhan daerah dan ekonomi ke depan.

"Secara kualitas pekerja Sulut tidak kalah dengan daerah lainnya terlihat dari indeks pembangunan manusia (IPM) daerah ini yang ada di peringkat atas di Indonesia, karena itu mari semua kita bersama-sama mencari jalan keluar agar kualitas pekerja daerah ini dapat ditingkatkan," kata Djouhari.

Pewarta : Oleh Guido Merung
Editor :
Copyright © ANTARA 2024