Manado, 2/12 (AntaraSulut) - Bank Indonesia (BI) memprakirakan inflasi Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, pada akhir tahun 2014 mencapai 7,52 persen sebab terdampak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

"Kami perkirakan inflasi pada akhir tahun 2014 sebesar itu akibat ada kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi sejak pertengahan November 2014," kata Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Luctor Tapiheru, di Manado, Selasa.

Luctor mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter, memberikan dampak inflasi Manado sebesar 1,96 persen.

"Dampak kenaikan BBM bersubsidi ke inflasi Kota Manado yakni sebesar 1,96 persen," kata Luctor.

Dia mengatakan dengan asumsi kebijakan berlaku di sejak 18 November 2014, maka inflasi Kota Manado di akhir tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 7,52 persen plus minus satu persen secara year on year (YoY).

Presiden Joko Widodo menaikkan harga premium dari Rp6.500 per liter menjadi Rp8.500 per liter, dan solar dari Rp5.500 per liter menjadi Rp7.500 per liter.

Inflasi diperkirakan dapat menjadi lebih tinggi karena Desember bertepatan juga dengan perayaan Natal 2014 dan Tahun baru 2014,

Mencermati hal tersebut, kata Luctor, maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk meminimalkan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi di Kota Manado.

Langkah pertama adalah, meminimalisir kenaikan tarif angkutan darat, kata Luctor, yang merupakan wewenang pemerintah daerah.

Selanjutnya, perlu dipastikan ketersediaan BBM bersubsidi untuk menjaga kelancaran aktivitas perekonomian.

Di sisi lain, katanya, upaya pengendalian tekanan inflasi yang berasal dari non-BBM juga perlu terus dilakukan antara lain melalui peningkatan produksi, memperlancar distribusi, mengelola "timing" pasokan pangan dan membangun kerja sama antar daerah dalam penyediaan pangan strategis.***2***



Pewarta : Oleh Nancy Lynda Tigauw
Editor :
Copyright © ANTARA 2024